#72 Memberikan Bahu yang Dingin pada Suatu Hal

131 15 1
                                    

OSAMU akhirnya berujar dengan kata-katanya, "Gak perlu ragu untuk bisa merasakan hal lain yang begitu asing. Manusia tak luput dari kesalahan, manusia tak luput dari kehampaan. Kamu mungkin salah paham."

"Kami gak bermaksud menyuruhmu untuk menjauhi dia. Kami bukannya tidak senang kamu bisa akrab dengan orang lain. Kemarin kami hanya begitu terkejut mendapati kalian yang tiba-tiba sangat dekat. Kami hanya belum terbiasa, Kusuma."

"Aku minta maaf jika kemarin ada kata-kataku yang membuat kamu jadi menguras berlebih emosi pikiran. Kemarin aku hanya ingin kamu tau gimana pandangan kami tentang dia yang begitu beda saat dia bersamamu. Aku hanya ingin menyadarkan bagaimana perasaanmu sesungguhnya. Gak perlu ditahan, kamu pasti bisa menemukan celahnya. Cari tau lebih dalam dan jujurlah apa yang kamu rasakan."

Setelah Osamu mengakhiri kalimatnya, Atsumu berhenti mengelus rambut Kusuma lalu berdiri dari duduknya. "Yuk udahan nangisnya. Kami juga punya hadiah natal untukmu loh! Bentar, aku ambil di kamar!"

Sebelum ia pergi meninggalkan mereka berdua, Atsumu memberi kode mengajak Osamu ikut pergi dengannya.

Sebelum meregangkan pelukannya, Osamu berbisik mengeluarkan beberapa patah kata. "Maaf membuatmu jadi menahan diri."

Kusuma pusing tak tau harus bersikap apa, ia tidak mengerti apa maksud perkataannya. Kelopak mata akhirnya terbuka, sinar lampu terang langsung ditangkap netranya.

Hati terasa hampa. Sudah lama rasanya ia tak menangis.. terlebih di depan orang lain. Merasa lega? Iya. Merasa malu? Iya. Merasa puas? Tidak.

Begitu banyak hal yang dirasakan secara bersamaan, terlalu bingung terhadap massanya. Tubuh terasa lemas, hanya bisa terdiam merasakan mereka yang mulai menjauh.

Langkah demi langkah mereka tempuh untuk menjauhi area dapur. Terasa sudah aman, Atsumu berdecak tiba-tiba. "Tuh kan gara-gara kau Kusuma jadi mau menjauh sama Kita-san!"

"Lah? Kau ini gimana?? Kok playing victim gini?! Jelas-jelas kemarin malam kau yang sibuk-sibuk marah karna mereka dekat!" Marah Osamu karena tak mau disalahkan penuh oleh Atsumu.

"TAPI KUSUMA NGGAK MANGGIL KITA-SAN JADI KAK SHIN LAGI ITU GARA-GARA KAU!"

"Ku ingatkan ya, KAU SENDIRI YANG DARI AWAL UDAH NUNJUKIN KALO KAU GAK SUKA DENGAN KEDEKATAN MEREKA! Kau bahkan bilang secara terang-terangan kan kalau mereka mengganggu matamu kemarin?!"

"Tapi tetap kau yang menjadi puncaknya! Soal itu kemarin aku gak begitu serius!!"

"Kau marah ke dia sampai tangga ke 99, dan aku yang hanya menasehatinya di tangga ke 100, jadi aku yang harus disalahkan sepenuhnya gitu?!"

Kusuma mendengar suara-suara samar teriakan mereka dan tidak begitu jelas apa yang membuat mereka marah. Adegan itu sudah biasa dirasakan oleh Kusuma, jadi ia menanggapinya santai, hanya sebagai kebutuhan aktuarisasi diri Atsumu dan Osamu.

Kusuma mengatur proses penarikan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dengan benar dan tenang. Merasa jelek setelah menangis, Kusuma pergi membersihkan wajahnya—membasuh arang di muka sebelum mereka menginjak dasar yang sama—lalu kembali duduk dan memakan makanan yang belum sempat dihabisinya.

Syukur Atsumu dan Osamu hanya beradu argumen. Mereka berdebat sepanjang jalan ke bilik kamar mereka, tetapi tak bersuara setelah keluar dari bilik kamar mereka. Energi emosi itu sama, tapi tak menerapkan hal yang sama.

Desas-desus bahwa Miya Kembar akan diam menyueki satu sama lain setelah bertengkar hebat itu nyatanya benar adanya.

Setelah menginjak area dapur akhirnya muka kusut mereka kembali normal. Atsumu membawa satu sekotak hadiah berpita khas natal mempresentasikan mereka untuk Kusuma.

Sumu, Samu, & Suma [BEING MIYA'S LITTLE SISTER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang