Happy Reading 🐈
•
•
•10:10
Damian baru membukakan pintu gudang di saat anak perempuannya itu berteriak dan akan meminta maaf kepada ibunya.
Saat pintu gudang di buka, areum langsung memeluk Fabian yang sedari tadi pagi menemaninya walaupun hanya di luar gudang.
"Mbak ta-takut, dek. Di dalam sa-sana gelap" Isak areum di dalam dekapan Fabian
"Sekarang mbak udah di luar, udah sama adek dan papa" ucap Fabian
"Ayo pergi dari si-sini, mbak gak mau di sini lagi" ajak areum yang masih terisak dengan kedua mata yang membengkak
Fabian menganggukkan kepalanya kemudian mengajak sang kakak untuk segera pergi dari gudang dan menyusul ibunya yang berada di ruang tengah dengan meninggalkan Damian yang masih berwajah datar.
Sesampainya di ruang keluarga, areum yang melihat tari tengah duduk di sofa pun langsung berlari menghampiri ibunya kemudian memeluk tubuh sang ibu saat dirinya sudah berada di ruang keluarga tersebut.
"Hwaaa, mama. Mbak takut, ma. Di sana gelap banget" adu areum dengan kondisi yang masih menangis
Tari mengelus kepala belakang areum dengan penuh kasih sayang lalu mengecup pucuk kepala anak perempuannya berulang kali.
Cup..
Cup..
Cup..
"Lain kali gak boleh bentak bentak orang tua lagi ya, mbak. Dosa sayang" ucap tari dengan lembut
"Hiks.. Hiks.. Maafin mbak, ma. Mbak tadi udah bentak mama dan ngomong benci sama mama. Mbak janji gak akan kayak tadi pagi lagi, ma" balas areum
"Sama dedek bayi nya gimana?" Tanya tari
"Mbak juga gak benci sama dedek bayi nya, mbak mau punya adek lagi asalkan adek bian gak pilih kasih nantinya" jawab areum
Tari langsung terkekeh saat mendengar jawaban areum yang sangat di luar kepalanya. Harusnya Fabian yang berkata seperti itu bukan malah areum.
Fabian yang mendengar itu pun hanya diam karna dirinya tak ingin menimbrung obrolan antara ibu dan kakaknya sebelum dirinya di tanya.
"Adek gak akan pilih kasih kan sama mbak dan dedek bayi nya nanti?" Tanya tari pada Fabian
"Enggak kok, ma. Adek akan selalu sayang sama mbak dan dedek bayi nya" jawab Fabian
"Tuh, denger kan adek bilang apa? Jadi sekarang mbak gak perlu takut kalau adek pilih kasih" ucap tari
Areum menganggukkan kepalanya dan tari kini mengusap air mata anak perempuannya yang sedari tadi masih menangis.
"Udah nangis nya. Sekarang mbak makan, ya. Dari tadi pagi belum ada makan apa apa" ucap tari
Areum lagi lagi menganggukkan kepalanya dan tari langsung tersenyum. Setelah itu, tari menyuruh areum mengganti pakaiannya terlebih dahulu dan dirinya akan mengambilkan makanan di meja makan.
Areum pun berdiri dari duduknya kemudian berjalan menuju lantai atas untuk mengganti pakaiannya. Sedangkan tari berjalan menuju meja makan untuk mengambilkan anak perempuannya itu nasi dan lauk telur balado kesukaan areum.
Sesampainya di meja makan, tari melihat Damian tengah duduk melamun di kursi meja makan sembari memegang ponsel miliknya.
"Pa" panggil tari dengan pelan
"..."
"Papa"
"..."
Tari menghela nafasnya tatkala Damian tak mendengar panggilannya, ia pun mendekati Damian kemudian memegang tangan Damian lalu mengelusnya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FIERCE HUSBAND [END✓]
Literatura FemininaMenceritakan tentang seorang guru yang akan bertanggung jawab dengan kehamilan muridnya, walaupun bayi yang di dalam kandungan sang murid bukan lah darah dagingnya.