42. bertanya dimana kamu

115 8 1
                                    

Siapa sangka hari secepat ini berganti. Tidak ada yang bisa menebaknya. Tongkat panjang ini harus bersanding dengannya. Bahkan jika di pikir-pikir kemarin dirinya masih bisa melihat.

Jika seandainya dirinya tahu bahwa hari kemarin adalah hari terakhir nya untuk melihat dunia. Ia akan terus memandang apapun yang bisa dilihatnya

"Ning Shaf" tepukan hangat dari belakang nya membuat Shafiya tersenyum

"Iya, ada apa?" Tanya Shafiya.

Sejak kembalinya ia benar-benar disambut dengan baik. Banyak orang-orang di sekeliling nya. Tapi ada satu orang yang dirinya rindukan dan ia belum menemuinya. Bahkan sejak di rumah sakit Shafiya hanya di temani mertuanya.

"Ning Shaf, ada beberapa santri yang merusak lingkungan pesantren. Mereka membakar sampah sembarang. Sehingga beberapa diantaranya ada tanaman yang mati."

Sudah tidak heran jika Shafiya harus menerima berbagai laporan. Meskipun matanya tidak bisa melihat dengan jelas, ia masih bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Bahkan hari-hari terus berlalu, kemampuannya semakin baik.

Kalau kalian bertanya sebenarnya sudah berapa lama Shafiya tidak bisa melihat, maka jawabannya cukup lama. Sudah 3 bulan terakhir dirinya tidak bisa melihat dengan jelas. Pandangannya sangat buram.. seperti berada di dalam kepulan asab.

Itulah sebabnya meskipun terhitung tiga bulan dirinya tidak pernah melepaskan penutup matanya. Karena rasa pusing akibat pandangannya yang buram.

"Baiklah, panggil anak-anak yang bermasalah itu. Satu lagi, apa Gus Haidar sudah kembali?" Pertanyaan yang hampir ditanyakan setiap hari oleh Shafiya. Tidak ada yang bisa memberikannya penjelasan yang pasti. Seolah-olah Shafiya kehilangan jejak Haidar.

Bahkan ketika dirinya menemui tokoh-tokoh masyarakat seperti kiyai dan Bu nyai setempat. Dirinya di temani santri terkadang juga umi Salamah.

Ingin bertanya tapi jawaban yang di terimanya tidak memuaskan hatinya. Seperti saat ini jawaban yang sama ia terima. Seolah dialog yang telah di siapkan di sepanjang episode.

"Maaf Ning, Gus Haidar belom kembali." Jawab luna, santri yang di percayakan untuk menemani Shafiya. Kemanapun Shafiya pergi.

Shafiya hanya tersenyum seperti biasanya. Kemudian dirinya melangkah ke arah yang di arahkan Luna.

Eh Ning Shafiya udah datang beri jalan

Ada Ning Shafiya segera rapatkan barisan.

Ayo berkumpul semuanya.

Bisikan-bisikan itu mulai terdengar. Shafiya mulai mengatur nafasnya pelan. Sejak dirinya kembali, ia cukup di segani. Seolah kalimat "hidup itu seperti roda berputar " benar-benar di alaminya.

Tapi dalam hatinya ada perasaan yang tidak terima.
Entah lah harus senang atau sedih.

"Ada apa sebenarnya?"

"Ada dari seorang santri yang tidak sengaja membakar sampah sehingga merambat ke seluruh taman pesantren."

Shafiya mendekati asal suara itu.

"Siapa yang bertugas?" Tanya Shafiya

"Saya Ning."

Shafiya menoleh ke samping kirinya. Meskipun Allah mengambil penglihatannya tapi pendengaran nya cukup tajam. Shafiya beralih ke samping kirinya

"Bisa di jelaskan dengan kelalaian yang kamu buat?"

"Saya benar-benar lupa Ning, waktu itu saya ditugaskan untuk mencuci sampah yang sekiranya masih bisa di gunakan untuk kerajinan para santri. Lalu sampah-sampah yang sudah saya cuci saya jemur di tempat yang terbuka, disamping itu saya mengerjakan pekerjaan bebersih. Saya membakar sampah dedaunan di taman ini, tapi entah bagaimana sampah yang di jemur itu tiba-tiba berjatuhan sehingga kobaran api membuka jalannya."

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang