12. Aku dan Kamu

222 8 1
                                    

Kau bertanya apa aku percaya takdir?
Tentu saja tidak, ingatlah itu
Sampai detik ini aku tidak mempercayai

~Shafiya Naura Rimsha

•••

Shafiya membantu Haidar meletakkan Barang yang tadi sudah di belinya.
Ia mulai menata cemilan di tempatnya, sedangkan Haidar menata sayur dan buah-buahan. Setelah sebelumnya menaru beras.

"Biar saya yang nyelesain sisanya. Kamu siap-siap sana.. Sebentar lagi waktu Maghrib sudah habis." Ucap Haidar

"Gue gak solat..." Ucap Shafiya terang-terangan

"Apa ada alasan yang pas?" Tanya Haidar

Shafiya menggeleng kepala nya. Ia lalu duduk di sofa. Sudahlah semakin jujur dirinya ia yakin Haidar akan semakin jengkel juga padanya.

"Ya saya tidak akan memaksamu. Tapi perlu kamu tahu solat itu adalah kewajiban..." Ucap Haidar. Lalu dirinya pergi ke kamar mandi

Sedangkan Shafiya mulai memijit kepalanya singkat.
Ia memperhatikan setiap kegiatan Haidar. Mulai dari mengambil wudhu lewat pintu kamar pintu yang terbuka. Lalu melihat bagaimana Haidar solat dengan begitu khusuknya.

ditambah lagi dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang membuat siapapun jatuh cinta. Namun ketika melihat lebih jelas lagi sebenarnya ia bukan terpesona..

Shafiya mendekati Haidar, ia duduk dengan posisi lutut sebagai tumpuan nya. "Ayo kita bercerai Gus, Banyak hati yang terluka dengan bersatu nya kita. Termasuk saya"

Ucapan itu membuat Haidar menghentikan bacaan Al-Qur'an. Ia kemudian melihat ke sisi kanannya. Melihat Shafiya yang matanya berkaca-kaca.
"Siap yang akan terluka?" Tanya Haidar dengan sedikit kekehan.

"Lailah, orang tua Lailah, bahkan kedua orang tua gus. Tidak ada orang tua yang mau memiliki menantu yang hamil di luar nikah. Apa lagi bagi orang-orang seperti kalian pasti akan memandang nasab kan Gus." Ucap Shafiya mengutarakan isi hatinya.

"Tapi saya tidak, ketika semesta telah memilihmu sebagai istri saya. Maka sejak saat itu tidak peduli dengan lainnya." Ucap Haidar menenangkan.

Ia kemudian membawa Shafiya ke pelukan nya. Shafiya tidak memberontak. Ia menyandarkan kepalanya di dada bidang Milik Haidar. Air matanya menetes. Jika ada yang mengatakan dirinya tenang ia sangatlah salah besar.

Nyatanya tidak demikian, bagaimana dengan mudahnya takdir mempermainkan nya. Membuatnya jatuh pada kehinaan, semesta menitipkan sebuah nyawa dalam perutnya. Lalu kini, semesta mengirimkan seseorang yang tidak seharusnya ada di sisinya.

Sedangkan dirinya tahu, laki-laki yang sekarang bersamamu adalah milik orang lain. Bahkan jika boleh jujur, dirinya ingin memiliki dan dimiliki seseorang dengan cara yang benar.

Lalu dimana kah takdir itu?
Takdir apa yang bisa dirinya percayai.
Jika dari dulu hidupnya hanya sebatas daun yang terseret kesana kemari.
Ia tidak punya tujuan, lalu kini takdir membuat kejutan kembali.

"Saya tahu ini sangat mengejutkan mu. Awalnya saya pun bingung. Tapi tidak ada salahnya jika kita meniti jalan yang sudah ada di depan kita ini. Saya tidak akan memaksamu Shafiya, saya akan membiarkan kamu terbiasa dengan kehadiran saya."

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang