48. Kisah kita

128 9 1
                                    

Jangan pernah menyesali. Pertemuan diwaktu yang salah juga adalah takdir.

Munaja Cinta



•••
Shafiya benar malu saat ini, itu karena Haidar menyebut namanya. Siapa yang tidak malu, ketika namamu di sebut di tengah-tengah meriahnya sebuah acara.

Belakang ini, Shafiya memang sering kali ikut Haidar. Untuk hadir di berbagai acara dakwa. Seperti saat ini, acara maulid.

"Ya Habibah, kesini tolong. Maaf ya pak Bu, istri saya memang pemalu." Suara riuh makin terdengar, tatkala Haidar mencoba memanggil Shafiya untuk kedepan.

Shafiya mengarahkan tangannya ke samping kursi, ia mengambil tongkatnya. Lalu mulai berdiri, tentu saja ada beberapa panitia perempuan yang ikut membantunya.

"Terimakasih ya." Ucap Shafiya tulus ketika ia sudah ada di atas panggung.

"Sini Habibah..." Dengan lembut Haidar menarik Shafiya ke dekatnya.

"Cieeeeeeeee...." Suara gemuruh dari jemaah semakin membuat Shafiya malu. Bisa di bayangkan jika dirinya bisa melihat, mungkin ia dapat melihat berbagai ekspresi orang-orang.

Haidar berbisik pelan ke Shafiya. Memintanya untuk duduk. Shafiya pun duduk dengan tenang. Ia kini mendengarkan kisah yang Haidar ceritakan. Salah satu cerita romansa nabi Muhammad dan juga Aisyah.

"Jadi ibu-ibu jangan kan istri kita, ibunda Sayyidah Aisyah adalah istri yang di kenal memiliki sikap pencemburu. Bahkan kepada Sayyidah khadija, Aisyah pun masih cemburu. Itu karena Baginda nabi Muhammad, selalu menyebut nama istri pertamanya yaitu Khadijah, bahkan dalam satu cerita, di ceritakan nabi Muhammad selalu menyanjung nama istri pertamanya itu...."

Shafiya tersenyum ketika Haidar mulai menceritakan kisah itu, itu adalah kisah yang menurut nya sangat lucu. Siapa yang tidak cemburu jika suaminya selalu mengungkit nama perempuan selain dirinya.

Shafiya mengingat kisah itu, kisah itu bermulah dadi
Kecemburuan Aisyah terhadap istri pertama Rasulullah SAW yang telah wafat, Khadijah, hanya karena beliau sering menyebut namanya, memuji keluhuran akhlaknya, serta mengenang kebersamaannya.

"Khadijah hanyalah seorang perempuan tua, dan Allah telah memberi gantinya untuk engkau seorang perempuan yang lebih baik darinya" tegas Aisyah.

Perkataan Aisyah ini kemudian ditepis oleh Rasulullah SAW yang ingin membela Khadijah agar tak ada yang menjelek-jelekkannya. Apalagi Aisyah berkata demikian tanpa alasan yang jelas dan hanya karena api cemburu.

"Tidak! Allah tidak memberikan pengganti untukku yang lebih baik darinya. la sungguh-sungguh beriman tatkala orang-orang mengingkariku. la membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. la membantuku dengan harta bendanya, di saat orang-orang menjauhi dan memboikotku. Darinya Allah mengaruniakan anak kepadaku," bela Nabi menanggapi kecemburuan Aisyah.

Sikap yang diperlihatkan Rasulullah SAW ini mencerminkan dalamnya cinta dan keutamaan beliau karena senantiasa menjaga nama baik dan kehormatan istri.

Dengan membela Khadijah, bukan berarti Rasulullah SAW kemudian menyudutkan Aisyah. Ini adalah proses pembelajaran yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mencintai semua istrinya dan akan menjaga kehormatan sang istri meskipun telah tiada.

"Untuk itu bapak-bapak cemburu itu wajar, untuk itu kita harus selalu menjaga perasaan suami kita. Kadang kala kita sibuk dengan dunia kita, jangankan dengan perempuan lain, istri kita bisa cemburu pada siapa saja. Pada handphone di genggaman kita pun istri kita bisa cemburu..."

Semua jamaah mulai bertanya pada Haidar.
Bahkan diantara yang lain mulai melemparkan guyonan. Itu semakin membuat meriah acara malam ini.

"Andai saja hamba bisa melihat ya Allah, betapa bahagianya hamba bisa melihat paras wajah suami hamba. Melihat bagaimana cara beliau bercerita di depan jamaahnya. Melihat baju apa yang beliau kenakan. Melihat seperti apa sosoknya jika berdiri dengan badannya yang tinggi menjulang itu. Betapa gagahnya suami hamba?..."

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang