02. Al-Huda

346 13 0
                                    

"Binar kebahagiaan tidak akan pernah hilang
Karena sang Khalik tidak pernah hilang "

°°°°

"Shafiya bangun udah pagi hayo. Jangan bilang kamu ninggalin solat subuh."

"Hemm"

Tak tanggung-tanggung ia pun menarik tangan Shafiya hingga tertuduk sepenuhnya. "Lo apa-apaan sih hah. Lo ganggu bangat lailah." Ia perempuan itu adalah Shafiya dan Lailah. Sudah dari subuh tadi lailah bolak balik ke kamar Shafiya hanya untuk membangun kan Shafiya.
Meskipun Lailah sakit hati dengan respon yang diterimanya, tapi ia tidak akan membiarkan Shafiya begitu saja. "Aku cuman gak mau kamu ninggalin solat lagi Shafiya, udah jam lima nih. Buruan solat gih. Atau"
"Atau apa hah." Tantang Shafiya
Detik selanjutnya Shafiya terbangun dengan teriakan yang membahana " LAILAH ANJING LO." kesalnya
"Mandi dan solat subuh mulai sekarang. Atau aku akan membangunkan mu dengan cara begini." Senyuman Lailah membuat Shafiya kesal.
Sepertinya mimpi buruk itu akan segera hadir.
"Sekarang Shafiya" tekan Lailah lagi bahkan kini tangannya sudah siap-siap menjatohkan gayung.
"Okok gua mandi puas Lo."

Shafiya melakukan semua yang diperintahkan Lailah tidak luput sekalipun "sudah kan."
Lailah pun menyiapkan beberapa keperluan Shafiya seperti baju longgar dan jilbab tentunya.
"Lo nyuruh gua Makek ginian. O my good, gua gak ada bentuk kalau Makek ini Lai. Mata Lo katarak hah." Lagi perdebatan itu bermulai.
"Tapi emang seharusnya wanita muslimah begini shaf, ini yang nabi perintah kan, dan inilah syariat Islam." Lailah mencoba menasehati Shafiya selembut mungkin.
"Stop bawa syariat. Gue gak mau Makek ginian. Baju gua masih banyak kok di koper." Dengusnya.

Lailah tak memaksa Shafiya untuk memakai pakaian muslimah sekarang. Mungkin belom waktunya begitulah pikirnya. "Baik, kalau gitu aku yang akan mikirin kamu baju."
Tak ingin berdebat lagi Shafiya pun menurut.
Kini penampilan nya jauh lebih baik dari pada tadi. Jens panjang dan kardigan telah melekat di tubuhnya. "Lo pinter juga milih perpaduan warna." Puji Shafiya
"Mulai sekarang senggaknya kamu sudah menutupi bagian tubuh kamu shaf. Enggak kayak kemarin. Ohh ya sekarang hijab nya pakai ya." Mohon Lailah
"Gue gak mau Makek kerudung, kalau kamu tetep maksain gue lepas cardigan ini." Ancam Shafiya
"Okok, sekarang mending ikut aku ya. Ke ndalem. Aku ada tugas disana."
"Makan gratis kan."
"Iya, bonus tempat luas lagi."

Ah rasanya membayangkan makanan perut Shafiya merasa keronconngan.
Ketika sampai di ndalem Shafiya hanya duduk-duduk saja. Kebanyakan pekerjaan diselesaikan oleh Lailah.
Tepat ketika Laila menyelesaikan tugas nya ia mengajak Shafiya untuk makan bersama.
"Ini shaf, kamu mau lauk yang mana."
"Ini beneran boleh milih kan." Tanya Shafiya
"Iya boleh kok, soalnya ini menunya sudah dibawa kedepan barusan sama Bu Ningsih. Jadi makanan yang ada di sini murnih milik kita yang bertugas." Lailah menjelaskan kepada Shafiya.
Shafiya berbinar seketika. Tangannya mengambil beberapa potong tempe dan daging ayam. Lalu makan dengan lahapnya tanpa memperdulikan Laila.
"Pelan-pelan shaf, takutnya entar keselek."
"Ahhh udah biasa mah." Ucap Shafia ditengah kunyahan nya.
Mereka berdua makan sesekali Shafiya akan melemparkan pertanyaan, dan Lailah hanya menjawab.
Setelah makan Shafiya kabur dari ndalem. Tentu saja untuk meneruskan tingkah jailnya. Yaitu merusak suasana pesantren sehingga lambat laun ia berharap bisa di depak dari pondok ini.

"Hello bro ngapain nyapu, aelahh." Seru Shafiya
Benar saja setelah mendengar suara Shafiya, kebanyakan santri putra langsung beristighfar dan berlalu begitu saja. Sedangkan Shafiya terkikik geli melihatnya.
"Alah dasar pecundang." Ejek Shafiya
Kembali melanjutkan langkahnya hingga ia melihat bangunan masjid yang megah. "Widih keren juga ini masjid, masuk ah. Tiduran enak kali ya." Tanpa basa-basi Shafiya segera masuk kedalam masjid, yang memang sebagian santri putra melakukan ibadah Sunnah yaitu solat Dhuha. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan merusuhnya. Shafiya lantas membuka cardigan rajutnya. Lalu dijadikan alas untuk tidur. Setelah jama'ah santri selesai menunaikan ibadah solat Dhuha, mereka kembali tercengang dan beristighfar secara berjamaah "astaghfirullah hal adzim." Kemudian para santri pun lari terbirit-birit dari dalam masjid meninggalkan Shafiya yang kini tertawa sambil memegang perutnya.
"Aduhhh kenapa mereka pada lari sih. Hahahah"
"Padahal penampilan begini mah udah biasa aja di kota, kenapa mereka pada lari. Kek ngelihat hantu aja." Kekehnya lagi. Lantas melanjutkan tidurnya.
Menurut Shafiya penampilan nya masih terbilang wajar kok, jens sampai mata kaki, dan juga cardigan rajut yang ia buka. Hingga tersisah kaos tipis warna putih di badannya. Bukannya itu masih terbilang wajar. Salah sendiri kenapa dirinya tidak di keluarkan saja dari pesantren, padahal ini sudah hari kedua dirinya merusuh sejak papanya mengirim nya kesini.

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang