•••
Suasa sendok yang beradu dengan piring menemani mereka pagi ini. Merek bertiga yakni, Shafiya, Haidar dan Arman tengah makan bersama.
Terlihat Arman beberapa kali menawarkan makanan untuk putrinya Shafiya.
Shafiya terlihat menolak, mereka makan dengan bincangan hangat.Shafiya memperhatikan papanya dan Haidar. Mereka berdua terlihat serasi dalam artian pembicaraan mereka tidak pernah habis. Bahkan makanan mereka sebentar lagi habis.
Namun pembicaraan papanya masih panjang.
Arman memberikan nasehat-nasehat pernikahan untuk menantunya itu. Bahkan sesekali menyinggung sifat putrinya. Sedangkan Shafiya hanya membola.Selesai makan mereka bertiga kumpul di ruang keluarga.
"Maafkan papa ya nak sekali lagi. Papa mungkin sudah menjadi papa yang buruk untukmu. Maafkan papa yang tidak mau mengerti kamu. Maafkan papa untuk masa lalu. Papa mau menebus kesalahan papa. Maka tinggal disini ya, sama papa." Ucap Arman"Seharusnya Shafiya yang minta maaf pa, Shafiya terlalu fokus dengan kesedihan Shafiya. Tanpa mau mengerti papa juga. Padahal papa melakukan semuanya untuk masa depan Shafiya." Ucap Shafiya
Haidar tersenyum melihat pemandangan itu.
Ia dengan senyum penuh harunya mendekati Arman lalu bersalim."Pa, tolong restui kami. Doakan kami agar selalu menjadi keluarga yang sakina, mawadah, warohmah. Doakan kami agar selalu menemui keberkahan dan kemudahan di setiap langkah kami." Ujar Haidar
"Kalian sudah menjadi putri dan putra papa. Doa baik papa akan selalu menyertai kalian berdua. Bahkan ketika kalian tidak ada di depan papa. Doa papa akan selalu menyertai kalian." Sahut Arman.
Ia sedikit menitikkan air matanya, sedangkan Shafiya memeluk papanya dengan haru.
Untuk kali ini, ia bisa mengakhiri kesalahpahaman yang telah terjadi bertahun-tahun lamanya."Nak Haidar, papa mohon lebih sabar ya menghadapi putri papa. Papa titip Shafiya sama kamu. Jadikan dia satu-satunya tujuanmu. Jangan pernah lepaskan dia. Sekalipun kamu ingin melepaskannya. Maka pastikan tangan papa yang menerimanya terlebih dahulu." Ucap Arman menahan tangisannya.
Karena belum pernah di benaknya putri nya akan menikah secepat ini. Bahkan ia berharap putrinya mendapatkan pendidikan yang tinggi. Ia berharap putrinya bisa mengejar impiannya juga.
Sedangkan Shafiya yang melihat itu menangis.
Ia memeluk papanya erat.
"Papa jangan ngomong gitu, Haidar udah janji kok dia akan selalu bersama Shafiya. Benar kan Lo bakal jaga gue." Ucap Shafiya seolah meminta Haidar mengatakan iya."Apapun yang terjadi Shafiya akan tetap mempertahankan rumah tangga Shafiya pah, jadi papa gak perlu khawatir. Papa jangan nangis lagi." Ucap Shafiya lagi
"Pah, Haidar akan berusaha sebaik mungkin menjadi imam yang baik. Akan selalu berusaha menjaga dan membahagiakan Shafiya. Itu janji Haidar pa." Ucap Haidar
Arman tersenyum. Ia memeluk menantunya itu.
"Tolong wujudkan mimpi Shafiya ya nak, papa mau di mendapatkan pendidikan yang tinggi. Papa ingin Shafiya menjadi orang yang nantinya di pandang orang lain. Papa ingin Shafiya menjadi wanita yang menginspirasi."Kalimat itu seolah memiliki makna yang ingin Shafiya ketahui selama hidupnya.
Kini di hadapannya papanya mengatakan itu.Waktu berlalu cukup cepat. Tak terasa Shafiya dan Haidar sudah menginap selama 2 hari tiga malam di rumah Arman. Hari ini mereka akan ke pondok pesantren milik abinya Haidar. Tentu saja dengan rencana yang matang mereka bertiga memutuskan untuk ke Al-Huda memberitahukan tentang hubungan Shafiya dan Haidar. Serta melewatkan beberapa bagian contoh nya tentang kehamilan Shafiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Munajat Cinta
Espiritual"apaan si pa, Shafiya kan udah bilang kalau Shafiya gak mau mondok." Shafia terus berteriak ke arah Arman papanya "tapi ini demi kebaikanmu nak, papa gak mau kamu terjerumus terlalu jauh lagi. kamu mabuk-mabukan, balapan sana-sini, bahkan kamu serin...