27. Beri Aku Waktu

132 4 0
                                    

••••
Shafiya Semalam kembali ke asramanya karena ia meminta Haidar untuk merahasiakan hubungannya untuk saat ini. Karena Shafiya rasa belum saatnya memberitahukan hubungan nya dengan Haidar.

Ia melilitkan kerudungnya pelan, hari ini lebih tepatnya hari Rabu, setiap hari Rabu santri di Al-Huda di wajibkan untuk memakai baju batik.
Memang pesantren Al-Huda mengadopsi ajaran
Kontemporer. Alias ajaran yang di modifikasi dengan kemajuan zaman, namun tetap memperhatikan etika dan nilai-nilai norma yang terkandung di dalamnya. Serta ajaran pokok masih tetap bernuansa Islam. Hanya saja untuk pengetahuan umum tetap ada.

Jadi bisa di bilang pesantren Al-Huda adalah pesantren modern dengan ajaran-ajarannya.

Setelah selesai bersiap diri Shafiya kemudian membawa beberapa buku sesuai dengan jadwalnya hari ini. Serta dengan sebuah buku yang sekarang harus ia terapkan dalam kehidupan nya.

Ia membuka lembar pertama dari buku itu

"Menjadi perempuan yang menginspirasi."

Shafiya, memijit pangkal hidungnya. Ia sungguh tidak mengerti, hidup nya saja sudah berantakan bagaimana mungkin ia bisa menjadi seorang perempuan yang bisa menginspirasi banyak orang?.

"Lama-lama gue bisa gila." Ucap Shafiya pelan, shafiya pun pergi meninggalkan kamarnya. Ia terus melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

"Shafira tungguh" cegat shafiya. Ia mulai berjalan di samping Shafira mereka menuju kelas di pagi hari ini. Shafiya mulai duduk dan mulai membuka bukunya..Pelajaran terlaksana dengan baik. Bahkan sesekali Shafiya maju ke depan.

Istirahat pertama Shafiya ke kantin. Kantin di Al-Huda menjadi satu. Artinya antara Santri perempuan dan satri putra ke kantin yang sama. Hanya saja mereka harus melewati pintu yang berbeda.

Shafiya duduk tepat di tengah-tengah cantin. Ia sudah memesan bakso dan esteh yang kini sudah tersaji depannya.

Shafiya mulai memotong kecil-kecil baksonya itu..lalu mulai memakannya. Baru suapan pertama sendok itu kini beralih. Shafiya mendongakkan kepalanya. Ia terkejut ketika melihat Haidar kini berdiri di depannya.

"Ah sial..." Ucap Shafiya pelan. Namun itu masih bisa di dengar oleh Haidar.

"Jangan keseringan beli makanan yang gak sehat." Ucap Haidar dengan ekspresi yang datar.

Shafiya lagi-lagi mengernyitkan keningnya. Kenapa jadi dingin begini. Jika di perhatikan sifat ini seperti ia mengenal Haidar di awal-awal.

Balik lagi nih ngeselin banget ini orang. Monolog Shafiya.

Sedangkan para santri kini memandang keduanya dengan pandangan bertanya. Shafiya mengkode Haidar untuk segera pergi. Namun Haidar memilih duduk. Shafiya semakin memelototkan matanya.

Haidar kemudian berdiri setelah menyita makanan Shafiya. Tentu saja hal itu membuat para santri melongo, termasuk Shafiya kini juga semakin kesal. Karena baksonya dibawah Haidar.

"Apa?" Ucap Shafiya sedikit kesal kepada semua santri yang memperhatikan nya.

"Gadis kota itu tidak pernah berubah.",

"Bisa-bisanya dia ngilang. Sekarang malah nongol."

"Kira-kira kenapa Gus Haidar ngambil bakso milik shafiya.",

Begitulah kira-kira percakapan para santri sebelum Shafiya memelototi mereka semua.
Setelah melihat para santri telah mengalihkan pandanganya darinya. Ia kini menghembuskan nafasnya pelan. Shafiya memutuskan untuk kembali ke kelas. Lagi pula moodnya sudah hancur, rasanya untuk memesan makan kembali terlalu melelahkan baginya. Shafiya berdiri dari duduknya, ketika mulai melangkah Shafiya mengerutkan keningnya lagi. Ketika menyadari ada tangan yang menahannya untuk pergi.

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang