"Sekeras apapun usahamu untuk pergi.
Jika itu bukan takdirmu maka, se mustahil apapun itu
Kamu akan kembali pada poros takdir Tuhanmu."•Munajat Cinta
•••
Mobil sedan berwarna putih itu kini telah sampai pada pesantren. Banyak Santi putra dan putri yang memperhatikan. "Itu mobil Gus haidar kan.' ucap salah satu santri.
"Ya, semoga santri putri dari kota itu juga ikut bersamanya." Saut yang lainSedangkan Syafiah menghembuskan napas. Baru kali ini ia harus mengontrol emosi. "Lo mungkin bisa bawa gue kesini lagi. Tapi gue Syafia yang tetap pada pendiriannya." Setelah mengucapkan itu Syafia keluar dari mobil.
Jangan lupakan tingkahnya yang menutup pintu mobil Gus Haidar dengan sangat kencangnya. Karena hal itu pula para santri kembali menghembuskan napas.
"Dasar gak punya akhlak." Ucap salah satu santri putra
"Heh jaga omongan Lo ya. Lo punya Tuhan nyiptain bibir bukan buat omongin orang. Katanya santri omongan kok gak terdidik brather"
Skatmat seteleh mengucapkan hal itu Shafiya melihat semua santri putra terdiam.
"Kenapa diem Lo pada. Makanya Jangan sombong. Baru ilmu secetek aja pada belagu. Inget setan juga pinter tapi sombong kek kalian."
Lagi ucapan Shafiya menampar semua santri disana.
Sedangkan Shafiya hanya tersenyum kemenangan. Setidaknya ia bisa meluapkan emosinya lewat perkataan barusan.Lailah yang tahan melihat drama itu segera menghampiri Shafiya. "Shaf udah ayo ke kamar. Luka kamu juga perlu di obati." Ucap Lailah dengan senyuman indahnya.
"Yayaya." Sedangkan Shafiya hanya ogah-ogahan.
Sesampainya di kamar Laila mengobati Shafiya.
Sesekali Lailah akan meringis padahal orang yang terluka Kini hanya terdiam. "Aelah lebay amat Lo. Ini luka kecil gak ngaruh buat gue." Ucap Shafiya
"Ini cukup lebar shaf. Kamu emang gak sakit apa?." Ucapan Lailah membuat Shafiya terkekeh.
"Lo tahu gue pernah jatoh dari motor pas balapan, dan luka gue jauh lebih parah dari ini. Jadi Lo gak perlu khawatir." Jelas Shafiya
"Hah kamu serius." Tanya Lailah cengo
Shafiya hanya menganggukkan kepalanya.Sore hari di ponpes seperti biasa kita akan melihat para santri putra maupun putri mulai membersihkan diri. Guna melaksanakan aktivitas sore hari atau sekolah sore. Sedangkan Shafiya masih tidur. Tidak ada tanda-tanda bahwa Shafiya akan bangun.
"Shaf ayo bangun." Ucap Lailah sambil lalu membenarkan kerudungnya.
"Kita ada kelas sore."
Namun Shafiya masih enggan untuk bangun.
Akhirnya Lailah menarik kaki Shafiya
"Ayoo bangun.""Aaaaaaaaaaaaaaa Lailah Lo ganggu tau gak." Teriak Shafiya
"Makanya bangun. Siap-siap cepet kita kan mau ke kelas."
Jelas Laila sabar
"What? Kelas sore. O my good, ini sekolah apa simulasi jadi ilmuan sih hah. Kan tadi pagi udah sekolah, sore hari juga sekola?. Lama-lama otak gue panas Laila." Oceh Shafiya"Ayoh ihhh Shaf, jangan males." Ucap Lailah sambil lalu mendorong Shafiya ke kamar mandi.
Sedangkan Shafiya hanya pasrah
Selesai cuci muka Shafiya kembali mengoceh
"Lailah gue gak mau Makek ini ya. Susah" tunjuk Shafiya ke lailah
"Itu kan Ciput, gak wajib sih asal rambutnya gak keliatan." Ucap Lailah
"Iya deh, gak usah." Ucapnya seraya bersiap memakai pasminah.
"Ni.." ucap lailah sambil memberikan sebuah seragam.
"CK rok? Gue gak pd pakek begituan."
"Tapi ini memang di wajibkan syafia, kalau gak mau dapat hukuman." Lailah sudah mulai kehabisan sabarnya.
Shafiya pun menurut. Ia segera melepas bajunya dan mengganti dengan seragam.Keduanya melangkah memasuki kelas.
Shafiya duduk di bangku paling belakang. Ia tidak mau jika harus repot-repot duduk di depannya.
Ia mulai memperhatikan kedepan. Tapi pikiran nya melalang jauh dari tempatnya.
"Shafiya!!!." Hardik sang guru pun shafiya harus mengalihkan pikirannya.
"Iya Bu." Ucap shafiya seraya mengetuk kepalanya pelan
"Bodoh." Umpatnya lirih.
"Kamu gak dengerin saya, bisa-bisanya ada santri yang seperti kamu. Hukuman buat kamu selesaikan hafalan yang ibu jelaskan di papan." Shafiya hanya mengangguk pasrah.
Ia tidak mau menambah masalah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Munajat Cinta
Espiritual"apaan si pa, Shafiya kan udah bilang kalau Shafiya gak mau mondok." Shafia terus berteriak ke arah Arman papanya "tapi ini demi kebaikanmu nak, papa gak mau kamu terjerumus terlalu jauh lagi. kamu mabuk-mabukan, balapan sana-sini, bahkan kamu serin...