01. Shafiya Naura Rimsha

615 19 0
                                    

Biarkan aku dengan pilihanku sendiri
Aku menolak nasehat, bukan karena aku tidak butuh hanya saja aku sadar. Tentang kesalahan ku, dan aku takut akan hal itu.

~Shafiya Naura Rimsha

••••
Suara musik menggema, banyak orang berjoget riya antara laki-laki dan perempuan sudah tidak ada batasan di dalamnya. Salah satu dari ratusan itu ada seseok perempuan yang tengah meneguk habis minumanya.
"Hey, Shafia Lo ada disini juga"
"Hey, yoi bro. Gimana menang?"
"Menang dong. Lu minum banyak amat, gak sakit tuh tenggrokan?"
"Hehehe udah biasa kok."

Shafiya Naura Rimsha nama gadis itu kini tengah meneguk habis botol arak ke-5 nya. Sementara di dekatnya ada Reyhan teman tongkrongannya. Mereka berdua menghabiskan malam dengan banyak meminum minuman keras itu.

"Gue pulang, selamat Rey Lo emang pantas jadi pemenang" ucap Shafiya linglung.

"Lo gak mau nginep disini? Liat tuh jalan Lo aja udah linglung." Tawar Reyhan

"Gue udah biasa, gue duluan." Setelah mengucapkan kata perpisahan Shafiya keluar dari Club. Deru motor Shafia membela jalanan, malam semakin larut. Namun, tidak ada ketakutan dimatanya.

Memasuki rumah Shafiya disambut oleh Arman Ayahnya
"BAGUS !!! SHAFIYA LIHAT JAM, SEKARANG JAM BERAPA.?"

Suara Arman membuat Syafiya menghentikan langkahnya
"Papah, papah belom tidur."
"Shafiya papa mohon berhenti ikut pergaulan bebas ya. Tadi Bu Fitri kesini, kenapa selalu bolos."
"Pa, Shafiya capek bahasnya besok aja ya."

Setelah mengucapkan itu Shafiya segera berlalu
"Jangan lupa solat dulu isyaknya."

"Hem."

Sesampainya di kamar Shafiya bukannya menuruti perintah papanya. Ia malah langsung tidur.
Dengkuran halus mulai terdengar, sepertinya Shafiya sudah terlelap dalam mimpinya.

Sedangkan dilantai bawah Arman tetap meminta bawahan nya untuk mengurus kepindahan Shafiya padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam.
"Maaf nak, papa melakukan ini untuk kamu" monolognya

Pagi hari telah menyapa, semburat merah dari sang matahari pun sudah mulai nampak. Terbukti terusiknya seorang gadis di balik selimut itu. "Hoammm" Shafiya mulai membuka matanya. Melirik jam yang ternyata sudah pukul tuju lewat lima belas menit.
Berlari menuju kamar mandi, tidak ada acara mandi. Gadis itu hanya mencuci muka dan menggosok gigi.
Setelah menyelesaikan ritualnya ia segera berganti pakaian. Mengolesi bibirnya dengan sedikit lipblos dan tas kecil yang berada di punggungnya.
"Pa, papa Shafiya mau berangkat dulu."
Teriak Shafiya menuruni tangga.
"Syafia sarapan dulu." Ujar Arman dari meja makan.

Tanpa melihat ke arah Arman syafiah pun berlalu.
"Pak saya bawa motor sendiri." Ucap syafiah ketika sopir pribadinya membukakan pintu mobil
"Maaf non, tapi motor non sudah di bawa tuan Arman semalem." Saut pak mamang selaku sopir pribadi syafia.
Syafia yang mendengar itupun berdecak, lalu kembali kedalam rumah.
"Pa, maksud papa apasih. Syafiah mau berangkat pa. Motor safia mana?" Ujar syafiah dengan kesalnya
"Motor kamu papa sudah sita, dan papa sudah memindahkan kamu ke pondok pesantren. Jadi walaupun kamu tidak masuk sekolah sekarang juga gak papa." Ucap Arman mutlak.
"Maksudnya apa?" Ujar syafiah lirih.
"Kenapa pa, kenapa papa berbuat seenaknya sama syafiah. Syafiah cuman mau minta papa ngertiin posisi syafiah." Teriaknya
Arman tak mengindahkan teriakan putri nya itu.
"Persiapkan saja dirimu syafiah, sudah cukup waktu 17 tahun mu. Sekarang waktunya kamu menemukan jati dirimu." Tekan Arman
Sedangkan Shafiya hanya menghembuskan napas lelah.
"Jangan harap Shafiya akan nurut sama papa. Lagian pesantren itu kulot pa, gak cocok buat Shafiya"

Arman tak mengindahkan Shafiya, lantas pergi begitu saja. Shafiya pun tak lagi membujuk Arman papanya. Biarlah ia mondok toh satu hari saja nanti akan bisa kembali.

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang