•••
Rasanya Baru dua bulan yang lalu dirinya pergi dari pesantren ini..tapi kali ini ia kembali. Bukan hanya sendiri tapi dengan nyawa seorang bayi dalam kandungannya.Ia menghembus kan nafasnya pelan. Seraya turun dari mobil setelah sebelumnya ia meminta papa dan Haidar pergi terlebih dahulu tanpa dirinya.
Shafiya memasang maskernya untuk menutupi wajahnya. Entah karena apa tapi hanya ini yang bisa ia lakukan. Sungguh ia tidak mau menarik perhatian orang-orang. Di rapatkannya cardigan di tubuhnya itu.
Lalu mulai melangkahkan kakinya ke arah dalam pesantren.
Sementara di dalam sudah ada Lailah dan juga umi Salamah yang turut menyambut kedatangan Haidar.
Tentu saja mereka kebingungan bukannya 2 Minggu yang lalu Haidar memutuskan untuk ke Tarim salah satu kota di Yaman itu. Untuk melanjutkan studinya.
Tapi entah mengapa hari ini Haidar kembali, dengan salah satu orang tua wali muridnya itu.
Itu yang ada di pikiran umi Salamah."Assalamualaikum Umi " ucap Haidar
Netranya memandang Lailah sekilas, namun ia segera melepaskan pandangannya.
Sementara Lailah tertunduk malu, ketika kepergok memperhatikan calon suaminya itu."Loh pak Arman, sehat pak?" Basa-basi Umi Salamah
"Baik Alhamdulillah, sampean.." tanya balik Arman
"Alhamdulillah baik, juga. Ada keperluan apa pak" tanpa basa-basi lagi Umi Salamah bertanya
Haidar dan Arman saling pandang.
Lalu mengisyaratkan agar Lailah pergi, Umi Salamah mengerti ia pun menyuruh Lailah untuk menyiapkan beberapa minuman dan cemilan."Nduk, tolong bawain minuman dan cemilan ya buat tamu kita." Ucap Umi Salamah pelan
Lailah mengangguk ia lantas pergi dari hadapan umi Salamah.
Barulah setelah di pastikan tidak ada orang lain, Arman memulai pembicaraannya.
Shafiya berkaca-kaca ketika melewati beberapa bangunan yang dulu ia jadikan tongkrongan. Masih segar di ingatan nya beberapa waktu ketika menghabiskan waktunya dengan santri.Bahkan dirinya ingat betapa konyolnya dulu dirinya sewaktu awal-awal masuk pesantren ini.
"Al-Huda aku kembali, kali ini dengan takdir yang berbeda. Entah takdir baik ataupun buruk." Monolog ShafiyaShafiya terus melangkahkan kakinya bahkan langkah nya kini berhenti di depan rumah yang dulu sempat menjadi sasaran empuk untuk bermalas-malasan. Dengan alasan membantu Lailah dirinya masih ingat itu. Shafiya mengusap air matanya yang menetes itu.
Setelahnya ia masuk lebih dalam, lebih dalam hingga kini ia berhadapan dengan perempuan yang dulu selalu tersenyum padanya. Kini, tampaknya tidak lagi. Tidak ada senyuman ramah itu, bahkan dapat ia lihat bulir air mata yang membasahi pipi nya itu.
"Kamu jahat Shaf, kamu udah ngerebut milik aku." Hanya itu yang Lailah ucapkan
Selebihnya lailah berlari ke arah yang berbeda.
Shafiya bergetar hebat, sungguh ia bahkan tidak mau ada di posisi nya sekarang.Shafiya tidak menoleh ke belakang karena ia tahu, semuanya sudah berbeda sekarang.
Shafiya memantapkan hatinya untuk melangkah kedepan."Apa yang kamu lakukan nduk, kamu melepas gadis sebaik Lailah. Bahkan kamu menyakitinya."
Shafiya menghentikan langkahnya ketika suara menggelegar itu terdengar. Semasa ia ada di pesantren ini tidak sedikitpun ia mendengar teriakan. Tapi kali ini ia mendengar nya.
"Bu, Haidar tidak salah. Tidak ada yang perlu di salahkan dari kejadian ini. Karena murni takdir. Mereka terikat begitu saja. Seperti yang saya jelaskan barusan.." ucap Arman
"Kalau begitu talak Shafiya. Pernikahan kalian belum sampai di pengadilan kan. Hanya di KUA, jadi talak sekarang. Saya tidak mau memiki menantu yang sudah jelas-jelas tidak suci lagi." Ucap Umi Salamah
KAMU SEDANG MEMBACA
Munajat Cinta
Spiritual"apaan si pa, Shafiya kan udah bilang kalau Shafiya gak mau mondok." Shafia terus berteriak ke arah Arman papanya "tapi ini demi kebaikanmu nak, papa gak mau kamu terjerumus terlalu jauh lagi. kamu mabuk-mabukan, balapan sana-sini, bahkan kamu serin...