15. Sebuah Pilihan

162 4 0
                                    

••• Bait Aksara •••
~Munajat Cinta

Kehidupan ini layaknya sebuah buku, kita bisa menulis apa yang kita mau, tapi terkadang ada beberapa revisinya kan?.

Tugasmu adalah menuliskan tinta itu pada lembar kosong yang di sebut buku itu.
Lalu sang editor akan melihat tulisan yang telah kau ukir dengan tinta mu itu.

Lalu di beberapa part atau bagian, ada beberapa kalimat atau bahkan bab di hapus dan di ganti dengan kalimat atau bagian yang lebih baik.

Jika ini tentang bagian itu, mengapa harus mempertanyakan itu?. Bukankah ada Sang maha Khaliq? Yang dalam kuasa-Nya segala sesuatunya telah di atur.

Bahkan jauh sebelum dirimu lahir ke dunia ini.
Bukankah semuanya sudah tertata.

•••
Hembusan nafas tak terhitung sudah dapat Haidar dengar, dari perempuan yang kini sepertinya sibuk dengan pemikiran nya sendiri. Sesekali Shafiyah bergumam, yang tidak jelas di pendengaran nya.

Haidar menggeleng kan kepalanya, ia lantas duduk di sofa lalu merenggang badannya.
Ia kemudian menutup matanya. Memijit pelan pelipisnya, Shafiya memperhatikan itu.

Shafiya menggigit bibir bawahnya. Sesekali ia akan menggigit kukunya sendiri, pertanda bahwa sang empunya sedang bingung yang berkepanjangan.

Shafiya mengikat rambutnya asal ia lantas turun dari ranjang sejak pertengkaran beberapa jam yang lalu ia sudah memikirkan dan memutuskan.

Shafiya menepuk pelan kepala Haidar
"Bagun." Ucap Shafiya sedikit ketus

Mau tak mau Haidar bangun, ia memperbaiki posisinya yang semula tiduran kini terduduk.
Alisnya terangkat seolah bertanya 'ada apa' pada Shafiya.

"Gue mau kita ke temu sama papa, dan bilang tentang masalah kita. Serta tolong tetap diam perihal kandungan gue. Anggep saja ini anak Lo. Bukan anak Maulana Abang Lo." Dengan satu tarikan nafas Shafiya mengucapkan itu.

Haidar tersenyum ia mengangguk kemudian berkata
"Bahkan tanpa di minta saya akan menganggap anak yang sekarang di kandungan mu adalah anak saya. Bagaimana pun dia keponakan saya kan. Tapi di buku nikah saya adalah ayahnya." Ucap Haidar sedikit bangga. Entah karena apa

Shafiya menjulurkan kelingkingnya, sedangkan Haidar kebingungan "apa?" Tanya Haidar
"CK..." decak Shafiya.

Lalu Shafiya mengangkat tangan Haidar dan mengaitkannya ke jari kelingking Haidar.
"Janji ya.." ucap Shafiya sedikit murung

Haidar tidak bisa menahan gelak tawanya. Untuk sesaat Haidar tertawa.
"Ya Habibah saya gak tahu kalau kamu masih menggunakan jari kelingking ini untuk sebuah janji." Ucap Haidar ia mencoba menahan gelak tawanya

Shafiya salah tingkah ia dengan segera melepaskan tautan tangan keduanya. "Ihh apaan si Lo. Gak lucu tahu. Gue bukan anak kecil seperti bayangan di otak Lo itu." Sungut Shafiya

"Emang saya bilang kalau kamu seperti anak kecil?" Tanya Haidar dengan nada mengejek.

Sedangkan Shafiya memilih untuk pergi kembali ke ranjangnya. Ia menggembung kan kedua pipinya
dengan posisi memeluk lututnya. Matanya yang lebar itu menatap Haidar dengan permusuhan.

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang