05. Tekad (2)

219 7 0
                                    

Hidup akan selalu memberi pelajaran di
Setiap mementnya. Entah moment baik
Atau bahkan moment buruk sekalipun

•Shafiya Naura Rimsha

•••
Shafiya yang kini tengah menatap Gus di depannya dengan penuh tatapan jengkel. Bagaimana tidak ujian hafalannya gagal.
"Nanti sore setorkan hafalannya." Ujar Gus Haidar
Tentu saja setelah nya shafiya semakin jengkel
"Gus boleh ganti guru setoran gak, saya pengen ke pak kiyai saja." Shafiya mencoba untuk bernegosiasi.
"Abi saya banyak urusan, jadi beliau menyuruh saya untuk menggantikannya."
Sedangkan shafiya hanya tersenyum masam.
Hari ini memang Gus Haidar yang mengajari santriwati secara langsung.
Dan hal itu membuat shafiya tak bersemangat.
Bagaimana mungkin ia harus menguras otaknya hanya untuk mengingat ayat Yang sebenarnya shafiya lelah untuk menghafal nya.
"Nanti aku temani." Suara lailah menyadarkan shafiya
Seketika mata shafiya berbinar.
Ia mendapat ide tentu saya idenya akan dia laksanakan nanti sore.

Tibalah di waktu sore, benar saja shafiya berjalan beriringan dengan lailah yang tidak berhenti mengoceh. Entah kuping Shafiya yang sedikit panas ketika lailah menceritakan sisi baik Gus Haidar.
Mata syafia membola tentu saja karena dia kan tunangannya pikirnya begitu.
Hingga tibala mereka di ndalem. Dengan lailah yang berbicara kepada Haidar
Sedangkan shafiya tidak mau berbasa-basi pun langsung duduk di hadapan Haidar dan mulai membuka Al-Qur'an nya.
Tidak banyak kata shafiya hanya mendengarkan pembicaraan singkat lailah dan Haidar.
Selama itu pula lailah lupa jika ada shafiya di sampingnya
Hingga suara Haidar menyadarkan shafiya untuk segera membaca mushaf nya.
"Sudah siap setoran?" Tanya Haidar
Shafiya hanya mengangguk. Lalu ia segera menjalankan ide di kepalanya yang sejak tadi tersusun rapi di otaknya.
Namun belom juga rencananya berjalan. Mata shafiya melotot tatkala asbes genting berjatuhan hingga menimpah Gus haidar.
Ralat jika shafiya tidak menarik Haidar ke sisinya.
"Ehh Lo awas gentengnya jatoh." Pekik shafiya lantas menarik haidar ke sisinya.

Brukkk

Shafiya yang sadar jika lailah masih ada di sisi kanannya segara berdiri mengabaikan Gus Haidar yang masih mematung.
Ia melihat sisi lain dari shafiya
Gadis yang dulu sering mereka remehkan
"Lailah Lo gak papa kan. Mana yang luka. Duhh Lo harus di bawa ke uks, kaki Lo lecet. Lengan Lo juga bedara." Cercah Shafiya
Lailah pun sama terkejutnya dengan Gus Haidar tak banyak kata yang di ucapkan ketika punggung shafiya sudah di hadapannya dan shafiya membawanya ke luar,
Shafiya hanya berteriak untuk segera menolong Gus haidar di dalam.
Sesampainya di uks ia segera menurunkan Lailah.
"Lo diem disini biar gue keluar dulu."
Tanpa menunggu jawaban dari Lailah, shafiya pun keluar
Sesampainya di lokasi yang ambruk tadi shafiya menemukan para santri sudah membantu membereskan atau mengumpulkan puing bangunan yang terjatuh.
Mata shafiya melotot ketika melihat atap lainnya akan ambruk juga.
Tanpa aba-aba Shafiya berteriak
"MINGGIR LO PADA, ATAPNYA MAU ROBOH." Dengan teriakannya yang melengking tentu saja semua santri yang ada di dekat bangunan menjauh.
Sedangkan shafiya berlari ke arah berlawanan yakni mendekati bangunan.
Dengan sekali hentakan shafiya membawa umi Salamah dan kiyai Salim di dekapan nya.
Banyak teriakan yang terus Shafiya terima.
Shafiya melihat ke atas kesempatannya semakin sedikit.
Dengan kekuatan penuh shafiya mendorong ke dua orang di sisinya.
Hinggah

Brukkk

Shafiya hanya mampu merasakan sakit di sekujur tubuhnya
"Mama, Shafiya mau ikut mama." Itulah kalimat terakhir kali sebelum Shafiya kehilangan kesadarannya

"ya Allah, cepat kalian cari Shafiya di tumpukan puing itu." Perintah umi Salamah

Sedangkan haidar masih sok, apa yang barusan ia liat.
Dengan sedikit keraguan ia mulai mendekati para santri guna ikut membantu.
Taktla ia menemukan Syafiah, ia mematung.
"Gus bagaimana apa kita angkat perempuan ini." Tanya salah satu santri
"Gadis itu memiliki nama." Ujar Gus haidar datar
"Iya Gus." Jawab santri tadi dengan kegugupan
Haidar secara sadar menyangkat shafiya
Hatinya tak berhenti beristifar
Ia tidak tahu mengapa hatinya tergerak untuk membawa Shafiya

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang