13. Dua watak di persatukan

170 5 0
                                    

•••

Kicauan burung di pagi hari memperindah suasa kota pagi ini. di tambah bau tanah yang segar jejak hujan semalam. Shafiya menikmati pemandangan di depan kontrakannya. Walaupun hanya beberapa tanaman bunga.

Rambutnya tergerai ketika angin mulai menyapanya.
Sesekali ia akan tersenyum ketika di sapa para tetangganya.
Segelas kopi menemaninya di pagi hari ini. Semburat cahaya matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya. Terlihat di ujung jalan. Haidar dengan baju kokonya berjalan dengan salah satu tangannya membawa sajadah.

Pandangan mereka berdua terus berpadu menjadi satu. Saling menatap di setiap langkah. Hingga sosok Haidar kini sudah ada di depannya.

"Assalamualaikum ya Habibah ku." Ucap Haidar

Shafiya tidak menjawab, ia memili untuk kedalam. Entah mengapa moodnya tiba-tiba berubah. Ia meletakkan segelas kopi yang baru ia minum dua tegukan itu.

Melihat kepergian Shafiyah Haidar mencoba untuk sabar. Ia lantas mengikuti Shafiya.

"Kamu belum masak Shaf?" Tanya Haidar ketika melihat meja makan masih kosong. Padahal kemarin mereka sudah berbelanja.

"Lo kira gue peduli sama Lo?, Padahal Lo tahu sikap gue gimana. Jadi jangan berharap lebih. Lo lupa sama perbincangan semalam? Jadi stop memperlakukan gue dengan baik, dan jangan berharap gue bakal layanin Lo layaknya suami."

Ucapan itu membuat Haidar tersenyum, ia lantas meninggal Shafiya menuju dapur. Sedangkan Shafiya menggigit bibir bawahnya. Sebenernya ia tidak enak hati. Namun dengan sikapnya yang kurang ajar ini ia berharap bisa membuat Haidar pergi. Akan sangat merepotkan jika berurusan dengan keluarga yang sangat di pandang itu.
Berurusan dengan Haidar, maka harus siap dengan segala nya termasuk nasabnya. Yakni menyandang gelar Gus dan Ning. Baginya itu sangat merepotkan.

Bau aroma nasi goreng sudah memenuhi kontrakan kecil itu. Tanpa sadar Shafiya menelan air liurnya sendiri. Namun ia masih enggan keluar dari kamarnya setelah tadi dirinya memutuskan untuk mandi.

Ketukan pintu membuat Shafiya menoleh, ia melihat Haidar disana. "Apa?" Tanya Shafiya
"Sarapan dulu" ajak Haidar

Shafiya menimang, kemudian ia memilih untuk ikut makan. Lagi pula ia juga lapar.
Shafiya duduk di meja kemudian melihat menu sarapan yang Haidar buat. Ia kemudian mengambil beberapa menu itu.

Piringnya hampir penuh, kemudian Shafiya menikmati makanannya. Sedangkan di sisi nya Haidar yang mengangkat tangan untuk berdoa itu harus di urungkan. Shafiya menyadari itu. Namun, ia sudah bertekad apapun yang terjadi ia harus membuat Haidar lelah dengan sikap dirinya.

Pasutri muda itu makan dengan keheningan.
Shafiya sesekali melirik Haidar, Haidar pun melakukan hal yang sama. Tatkala mata mereka bertemu Shafiya memilih untuk segera mengalihkan pandangan nya. Kemana saja asal jangan ke arah manusia di sampingnya ini. Sedangkan Haidar yang menyadari itu tersenyum.

Usai menyelesaikan sarapannya. Haidar membereskan meja makan. Sedangkan Shafiya memilih untuk mencuci bekas makan mereka. Tangan Shafiya dengan hati-hati mengusap piring itu.

"Mau saya bantu?" Tanya Haidar mendekat.

Shafiya menaru piring yang sebelumnya ia pegang.
"Kalau gitu Lo aja yang beresin sisanya."

Usai mengatakan itu Shafiyah berlalu.
Lalu keluar dari kontrakan tanpa menunggu jawaban dari Haidar.

Sedangkan Haidar mencoba untuk meredam kekecewaan nya. Memang ia sudah memutuskan untuk menerima Shafiya dengan kebesaran hatinya.
Namun, melihat tingkah Shafiya membuat Haidar berkali-kali harus menahan emosinya.
Selesai mencuci piring Haidar memilih untuk mencari Shafiya

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang