16. Sabda Pernikahan

164 4 0
                                    


•••

Suara adzan subuh sudah berkumandang.
Suara gemercik air dari arah kamar mandi membuat Shafiya terbangun.
Ia mengusap, lalu mengusap air matanya yang sedikit keluar dari sudut matanya.

Lalu mulai merenggang kan otot-otot nya.
Kemudian mencepol rambutnya asal.
Ia berjalan keluar kamarnya.

Dapat dirinya lihat Haidar yang sudah siap dengan peci dan sajadahnya yang tersampir di bahunya.

"Assalamualaikum ya Habibah. Selamat pagi." Ucap Haidar

Sedangkan Shafiya memasang wajah masam seketika. "Masih pagi, jangan bikin dating gue deh.." ucap Shafiya ia sedikit menggaruk lehernya.

"Ekhemmmm.." Haidar bergumam tidak jelas. Ia sudah menduganya Shafiya akan bersikap seperti ini.

"Ya sudah saya pamit ke mushollah dulu. Kamu jangan lupa solat." Pamit Haidar Kemudian

Shafiya hanya mengangguk. Ia kemudian mendekati kamar mandi lalu mulai memandangi wajah baru bangun tidurnya itu di depan cermin.

"Lo beneran udah jadi istri orang?" Tunjuknya pada bayangan dirinya sendiri di cermin itu.

Shafiya segera menyalakan air di wastafel itu.
"Ahhhhhhh dingin.." teriak nya ketika tangannya tidak sengaja terkena air itu.

Karena tidak sanggup dengan dinginnya air di waktu subuh, Shafiya memilih kembali ke kamar nya.
Ia bersiap untuk tidur kembali.
Menarik selimutnya lalu menyelimuti seluruh tubuhnya yang bergetar lantaran kedinginan itu.

Shafiya pun mulai menyelami dunia mimpinya kembali. Tiga puluh menit berlalu, Haidar kemudian kembali dari mushollah. Alisnya mengerut lantaran ia tidak menjumpai Shafiya. Lalu atensinya beralih pada kamar Shafiyah yang sedikit terbuka itu.

"Apa Shafiya tidur lagi?" Ujarnya kebingungan

Ia lantas membuka kamar Shafiyah, ia melihat mukena yang masih rapi di tempatnya. Sandal yang belum basah. Lalu Haidar menyadari ada hal yang dirinya lewatkan.

Haidar lantas menaru sajadahnya di dekat mukena Shafiya..lalu melihat ke arah Shafiya yang masih setia memejamkan mata itu.
"Mulai hari ini kamu akan terbiasa dengan kehadiran saya Shaf." Ucap pelan Haidar

Ia kemudian mengambil gelas di dekat meja nakas. Membasahi tangannya sendiri. Lalu mulai mengusap wajah Shafiya.
Gerakan tak nyaman yang Shafiya berikan.
Usapan itu terus berulang sampai mata Shafiya terbuka.

"Banjir-banjir..." Panik Shafiya

Haidar menyunggingkan senyumnya.
"Bukan banjir ya Habibah, tapi saya tahu kamu belom solat kan?"

Suara dari Haidar menyadarkan Shafiya, ia terdiam seketika. "Gue.. gue.. udah solat kok." Ucap Shafiya sedikit gugup.

"Jangan bohong, mukenamu saja masih sama posisinya. Bahkan sandalmu masih kering." Ucap Haidar

Sedangkan Shafiya kehilangan alasan.
"Ya dingin Lo gak tahu airnya dingin banget." Ucap Shafiya akhirnya.

Alasan yang di berikan oleh Shafiya semakin membuat Haidar tersenyum. Ia kemudian sedikit memaksa Shafiya untuk bangun. Sedangkan Shafiya mau tak mau menurut. Ia mengikuti langkah kaki Haidar.

"Air di pagi hari memang dingin tapi seger tahu. Kamu tahu kenapa udara di pagi hari juga lebih dingin dari pada angin di waktu fajar." Tanya Haidar ia mulai menyalakan air di wastafel.

Lalu mulai mengusapkan tangan basahnya ke arah Shafiya. Shafiya sedikit kaget ketika tangan basah Haidar mengusap tangannya. Lalu mengarahkan tangannya ke air itu.
Shafiya sedikit memejamkan matanya. Air itu dingin sekali. Bahkan ia sempat ingin menarik tangan nya. Namun tangan Haidar menghalangi nya.

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang