06. Sejalan dengan Sunnah

195 7 0
                                    

Orang bilang kebaikan akan berbuah manis.
Kalaupun ada sepah yang ikut, tanda duniawi
Ketika menanam padi rumput ikut tumbuh.
Namun ketika menanam rumput padi tidak akan
Pernah tumbuh.

- Lailah Pramudya

•••

Lailah yang masih berusaha untuk membangun kan shafiya yang kini masih sama seperti 1 jam yang lalu.
Masih asyik bergelung di dalam selimut.

"Shafiya, ayok bangun bentar lagi kita mau bantu-bantu masak."

"1 menit lagi oke, gue lagi pms anjai. Lagian masih subuh." Ucap shafiya di dalam selimut nya.

Dengan tak santai lailah membuka gorden kamar sehingga jelaslah kalau matahari sudah mulai menampakkan dirinya
Merasa terganggu akan Dinar matahari, shafiya menduduki diri. Mengucek matanya pelan lalu deretan giginya mulai kelihatan.

"Lohhh udah pagi ternyata hahaha." Ujarnya sedikit kikuk
"Aku udah bolak-balik kesini tiga kali dan kamu masih sama." Ujar lailah cemberut.

"Iya, iya ini gue udah mau mandi. Btw ada acara apa sih kok masak-masak nya pagi bener. Ramai lagi." Tunjuk shafiya ke arah jendela yang menampilkan beberapa santriwati sudah memasak dekat dengan ndalem ( rumah kiyai)

"Hari ini ada perbaikan kan kemarin sore rumah kiyai roboh, jadi kami para akhwat yang membantu di bagian masak-masak." Jelas Lailah

"Ohhh iya gue lupa, yaudah lo kesana dulu. Gue palingan siap-siap 15 menit selesai."

"Awas kalau bohong."

Shafiya tak menyahut lagi, ia segera mandi.
Mulai mencari baju yang pas Untuk nya.
"CK baju gue semuanya modelan begini, gimana caranya cobak." Ia berdecak sebal. Lantaran bajunya kebanyakan terbuka semuanya.
"Yaudah lah, makek jaket kulit aja kalau begitu."
Celana di padukan dengan jaket warna hitam sudah melekat di tubuhnya.

Berputar sejenak shafiya mulai mengoleskan beberapa rangkaian skincare di wajahnya menepuk pelan wajahnya terakhir menambahi libcrime pada bibirnya.

"Nah yang terakhir jangan lupa makek kerudung biar gak Kenak semprot si Gus sok kegantengan itu,." Monolog nya

Keluar dengan tergesa-gesa lalu mulai bergabung dengan mereka.
"Gue bantu apaan nih." Tenaganya semangat.
"Nih buangin kulit telur aja." Ujar salah satu santri
Shafiya pun menurut saja.

"Shafiya kamu gak panas makek jaket?" Tanya lailah sambil lalu mengupas beberapa bawang di tangannya
"

Sebenarnya panas, tapi apa boleh buat. Baju-baju yang lainnya udah ke cuci semua kan kemarin." Ujar Shafiya
"Gimana kalau nanti beli baju, kebetulan aku sama Gus Haidar mau ke toko bangunan sekalian bareng kamu ya
" Ucap Lailah

Sedangkan shafiya mendengar itu langsung berbinar.
Bagaimana pun ia belom sempat keliling kota disini
"Boleh deh, kalau cuman Lo berduaan takutnya ada setan." Ungkap shafiya
"Gak berdua shafiya tapi sama Gus Maulana."
Shafiya mengerutkan keningnya
"Siapa?" Tanya nya penasaran
"Ada guru di sini seumuran dengan Gus Haidar jarang keliatan sih, beliau soalnya gak suka keramaian begitu."

Shafiya hanya berohria saja
Acara masak-memasak pun selesai, Begitu pula dengan santri putra mereka juga hampir selesai memberbaiki sebagian atapnya.
Shafiya dan yang lain bergabung untuk makan tentunya dengan tempat yang berbeda dengan yang bukan mahramnya.

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang