" Pernahkah kalian melihat diri pada cermin, mendengar bunyi dentingan bel lalu terbangun. Kadang kala mimpi pun dapat diatur. Namun ketika kau sadar bahwa kontrol mimpi berada dalam tanganmu, maka entitas lain pun akan datang. "
— Phase 1: Nightmare —
||
UNO
Melihat skenario di depan jalanan luas, Shin Ryujin bergumam geli. "Tepat didepan mata sebelum informasi dari Joohyun eonni keluar, pasti seru."
Dilihatnya seorang pria terduduk lemas melepaskan pisau penuh darah dari tangannya. Kerumunan sudah siap dengan kamera dan hujatan panas. Ambulan disertai polisi pun dipanggil datang sesegera mungkin. Begitulah pandangan manusia biasa.
Spesial bagi Shin Ryujin yang mampu melihat apa yang tak tampak. Roh tersesat kini sedang dibelenggu kutukan untuk dimakan. Matanya pecah layaknya piring. Retakan itu akan menjadi memori yang disebut trauma.
"Fuu fu~ fuu." Bersiul santai, Ryujin gigiti bibir bawahnya tak sabar. Pekikan pun terdengar kencang. Banyak diantara mereka meminta petugas ambulan agar cepat bergerak. Sirine merah dan biru bercampur. Ramai sekali, membuat bibirnya menyeringai hebat.
Bukan hanya manusia, kutukan pun ikut memekik. Diantara mereka sibuk kelaparan dan takut eksistensinya disadari oleh Shin Ryujin. Enggan dijadikan boneka, kutukan pun mengangkut tubuh untuk melawan. Dicarinya dari mana sumber siulan itu.
Menyeringai lapar, Shin Ryujin semakin tidak sabar lagi untuk menambah koleksinya. "Diam disana ya, anak baik."
Membuka telapak tangan, dimasukkannya kedua tangan dalam mantel berisikan pedang dua tuas. Mengerahkan segala tenaga dan energi, pedangnya pun menghisap keberadaan kutukan. Satu lagi koleksi sudah ia dapatkan. "Kalian tau..."
"Kutukan terkuat adalah ketika kalian sadar akan detik-detik kekenyangan setelah hampir memakani roh. Disitulah titiknya, dasar bodoh." Ejeknya pada peranakan iblis yang diharapkan masih mampu mendengar.
—–—————–————
Dipanggil untuk memenuhi tugas spesial, Yoo Jimin tidak tahu mengapa Choi Beomgyu menatapnya seperti itu. Seakan-akan terdapat kesalahpahaman disana, dirinya merasa terhormat lantaran UNO dan Pimpinan Shin berada disini sebagai pemandu.
Pimpinan Shin pun mengumpulkan semua penghuni rumah putih untuk briefing. Beomgyu heran mengapa bukan UNO yang melakukannya. "Seperti yang kalian tahu, kondisi Kim Sanyeong tidak mengalami perubahan maupun kemajauan."
"Kemarin kami mendapat sebuah saran dari Beomgyu untuk melakukan, ahh sebutannya terlalu kekanak-kanakan. Mengapa generasi kalian seperti ini. Nak, jelaskanlah sendiri." Perintah Pimpinan Shin.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNO
RomancePintu dan kuda. Bukalah gerbang menuju engkau yang pergi tanpa pamit. Kucari engkau meski rasanya sakit. Perihal pendakian bukit inilah waktunya untuk bangkit. ᴜɴᴏ Seorang anak lelaki berusia 14 tahun harus menghadapi kesendirian setelah ibunya wafa...