At the moment of life and death,
make a wish with a powerful desire.
A soft-hearted creator might grant you that wish.||
— Suffer —
||
UNO
Setelah hari libur tiba, Choi Soyi merasa susah hati lantaran ibunya kerap tidak cukup memberikan kasih sayang dan waktu. Ketika pulang ke rumah putih, ia mendapati situasi yang cukup panas dimana kakaknya tengah berdebat batin dengan diri sendiri. Melalui kacamata, kedua matanya mampu menangkap pikiran dan kata hati mau sedalam apapun dikubur.
Menarik ujung kemeja Beomgyu, Choi Soyi menatapnya tersirat. Beomgyu melihat batu jiwa keunguan milik sang adik tampak begitu terang. Mulai memberanikan diri untuk mengobrol dan menghancurkan tembok pembatas, ia paham bagaimana rapuhnya hati Soyi.
"Kenapa?" Tanya Beomgyu.
"Bisa kalau nggak lagi kesana? Firasatku buruk." Ujar Choi Soyi.
Mengangguk santai, Beomgyu menganggapnya sebagai rasa khawatir dari gadis kedua yang sepertinya menentang dirinya untuk berangkat lagi. "Semua hal yang berhubungan dengan alam api memang selalu membuat firasat orang lain buruk. Bukan cuma kamu, aku pun juga begitu. Tapi gapapa, lihat pedangnya. Dikasih pinjam dengan Shin Ryujin."
"Pedangnya bagus." Kata Choi Soyi ingin lihat lebih dekat.
Beomgyu turunkan lututnya menyentuh tanah, membuka sarung pedang lalu ia tunjukkan ukiran diatas pedang mengkilap tersebut. "Kanan dan kiri punya ukiran masing-masing yang bentuknya berbeda. Mungkin ini tulisan jauh sebelum era Goguryeo. Menurut kamu bagaimana?"
"Shin Woojin bilang, Ryujin eonni curi pedang itu dari ruangan Pimpinan Shin. Ryujin eonni sempat dimarahi tapi mereka sudah baikan. Kelihatannya ada banyak dendam dan kesedihan disana. Memangnya nggak sakit lihat itu?" Tanya Choi Soyi.
Berhenti tersenyum, Beomgyu merasa adiknya terlalu banyak tahu. Bisa jadi intuisi dan firasat yang kuat itu datang dari UNO. Semakin lama tinggal disini, hatinya semakin terikat. Keluarga besar yang ia idam-idamkan sejak kecil sebenarnya memanglah sudah ada. Dirinya hanya terlambat sadar saja. Memasukkan kembali pedang dalam sarung, ia akan mulai mencoba membuka diri.
Menaruh telapak tangan diatas kepala Soyi, Beomgyu acak-acak rambut adiknya agar tidak khawatir. "Ada jelly di kulkas, jagain punyaku jangan sampai dimakan Soobin. Bisa?"
"Oke..." Jawab Soyi yang langsung menunduk tersenyum malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNO
RomancePintu dan kuda. Bukalah gerbang menuju engkau yang pergi tanpa pamit. Kucari engkau meski rasanya sakit. Perihal pendakian bukit inilah waktunya untuk bangkit. ᴜɴᴏ Seorang anak lelaki berusia 14 tahun harus menghadapi kesendirian setelah ibunya wafa...