Episode 56: Colided

13 2 0
                                    

— 21:05 EET

Matahari telah terbenam. Selimut menjadi kusut. Sudah tak tertahankan, keduanya terangsang. Tergesa-gesa, Shin Ryujin kembali dominan. Dihimpitnya tubuh Beomgyu, menatap sensual penuh keinginan tersirat yang tak terucap.

Menarik kaus terlepas sepenuhnya, tidak pernah tahu Choi Beomgyu akan penisnya yang tegang. Memejamkan mata sudah pasrah, jauh dalam lubuk hatinya menginginkan malam panas pula. Gadis berambut pendek itu menungging turun menggunakan lidahnya untuk menyecap sekujur tubuh sang suami.

Puting pucat itu dimakannya vulgar. Lidah menjalar tanpa rasa takut. Tangan kanannya digunakan untuk memainkan penis Beomgyu yang terasa semakin keras, tebal dan membesar. "Beomgyu?"

Sesak merasakan sensasi ketika tubuhnya terangsang kuat, matanya pun terbuka memperlihatkan bola mata cokelat muda yang semakin terang seiring waktu. Shin Ryujin kira dirinya salah lihat. Tangannya pun berhenti bergerak detik itu juga.

"Hh...ahh- apa- Ryujin?" Tanya Beomgyu yang membuka mata kembali hendak memantau aktivitas kasur ini.

Saling bertatapan, degup jantung memburu kencang. Kedua paha mulus itu memperlihatkan selangkangan cantik. Perut langsing yang sudah siap dimakan, Shin Ryujin sangatlah menggoda. Gadis itu terkejut dan berusaha memaklumi segala hal absurd. Mengontrol emosi sendiri, Ryujin menaruh dua telapak tangannya di atas perut Beomgyu perlahan.

— Shin Ryujin POV

Matanya betul-betul terang. Bukan kerasukan. Mengapa aku takut. Beomgyu adalah suamiku. Lihatlah wajah naifnya itu. Dia sudah menatap canggung seakan-akan bertanya mengapa aku berhenti. "Pa- pas- pasti sakit..." Ujarku.

"Ke- kenapa sakit?" Tanyanya.

Ekspresinya langsung berubah menjadi rasa akan bersalah. Sesegera mungkin aku selami dirinya agar tidak berubah. Aku kecup pipi dan daun telinganya supaya merasa tenang. "Itu wajar, aku bisa tahan. Mau coba?"

"Kalau sakit, kenapa dicoba?" Ucapnya. Lugu sekali.

"Karena yang aku incar sensasi setelahnya." Jawabku.

Kukecup bibirnya lembut, menurunkan celananya mengambil kembali suasana vulgar untuk diteruskan. Terkejut wajahnya ketika aku cengkram penis itu dari sini. Mundur mengambil posisi duduk, aku suruh matanya agar menutup. Mau menurut, kini aku lepaskan celana dalam untuk mencoba.

Lagi pula vaginaku sudah sangat basah. Keperawananku akan habis di Latvia, siapa yang menyangka. Kuarahkan ujung penus Beomgyu pada lubang matang yang sudah siap ini. Rasanya begitu aneh ketika 'barang' orang lain membuat tubuhmu mengganjal.

"Hh...hahh...." Nafasku memendek seketika. Semakin aku duduk tegap, rasanya sangatlah menyakitkan.

Kulihat bagaimana kedua tangannya menangkap tanganku seakan-akan masih bisa melihat ketika matanya tertutup. Percuma saja, saling menggenggam menjadi jawaban. Aku turun menyelam, menungging di atas tubuhnya membiarkan penis itu terbiasa.

Kuciumi daun telinga Beomgyu, memijiti dahinya yang indah saat terbuka lebar, bangun kembali mengambil posisi berkuda. Sakit bukan main. Mataku terpejam-pejam dibuatnya. Kugigiti punggung tangan enggan mendesah. Aku tidak selemah itu. Mendongak ke atas, atap kamar hotel menjadi pemandangan sementara. Ahh, sakit sekali.

Greb!

Bangun secara tiba-tiba, lubangku tertusuk begitu dalam dan aku pun tidak sengaja bersuara kencang. Dipeluknya diriku yang jatuh ke belakang, posisi menjadi terbalik. Beomgyu tampak kesal. Ditahannya kedua tanganku selagi dibuatnya kakiku terbuka. Masa bodoh, aku hanya akan menikmatinya.

Beomgyu kecup telapak tanganku begitu lembut selagi mau mencoba sendiri memasukkan penisnya ke dalam. Diciumnya dahiku, ujung hidungku hingga pipi kananku, mendorong masuk bersama nafas yang tersendat-sendat.

UNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang