Chapter 24: Saddest Love

3 1 0
                                    

"Mencintai makhluk sepertiku adalah ujian.
Jika sudah tahu, mengapa masih bercinta? Pengorbanan tidaklah murah dan mudah."

Agape

||

UNO

        Siang menjadi gelap. Guntur dan lebatnya hujan kota Incheon semakin parah saja karena melibatkan proses pergantian musim. Pimpinan Shin baru saja mendapatkan kabar langit. Air matanya menetes pilu membasahi pipi. Dicengkramnya kursi berbahan kayu khusus miliknya.

Menjalani dua masa bersama kekasih, sungguh perjalanan yang menyenangkan. Dulu para dewa membencinya. Kini malaikat pun ikut bersedih melihat kesusahan hati seorang dokkaebi. Pimpinan Shin lebih dulu berduka sebelum anak-anaknya merintikkan air mata dikemudian hari.

Disisi lain, sang UNO generasi ketiga mengeluarkan buku kecil bersampulkan biru tua dari dalam laci meja kerja. Disimpannya dan dibacanya setiap hari. Kalung salib melilit pergelangan tangannya sebagai tanda. Sungguh dalamnya rasa rindu diiringi perasaan bersalah.

Dilihatnya jendela yang sudah dibasahi air mata seseorang. "Kali ini dirimu menangis lagi, Jenderal Shin."

Menaruh buket bunga merah darah diatas rerumputan, Choi Soobin menunduk senyum memandangi batu nisan mendiang cinta pertama yang wafat karena sebuah kesalahan fatal. Dilanjutkannya sebuah kisah sebagai peneman hari.

"Gagak Memiliki daya ingat yang tinggi sedangkan elang. Disaat gagak mencari makan di tempat sampah mengambil sisa-sisa makanan manusia, elang sadar kalau dirinya berada di puncak rantai makanan."

"Aku harap elang mau mengajari gagak caranya melihat dunia dari atas. Sayangnya, semakin tinggi elang terbang maka semakin sulit untuk gagak bernafas. Sudah kubilang kan, genrenya bukan krisis politik ekonomi tapi romance comedy." Ujar Choi Soobin.

Gaarrrr!

Ditinggal Soobin di depan toko bunga, langit gelap memakan Choi Beomgyu hidup-hidup. Kaca disinari oleh guntur langit. Meski suara perkotaan sungguhlah berisik, telinganya teredam tenang ketika melihat bunga gemitir. Dahulu, Ramona suka sekali mengumpulkannya.

— White House

        Melihat Shin Ryujin yang ingin pergi keluar, Yoo Jimin yang duduk di ruang tamu itupun menitip agar dibelikan es krim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Melihat Shin Ryujin yang ingin pergi keluar, Yoo Jimin yang duduk di ruang tamu itupun menitip agar dibelikan es krim. Mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas, Shin Ryujin membuka pintu depan.

Terkejutlah dirinya ketika melihat laki-laki berkacamata berdiri diam dalam keadaan basah. Kedua matanya merah dan sembap, Wajah pucat itu tampak ling lung. Memegang buket bunga marigold, Beomgyu tampak kacau.

Sepanjang perjalanan, Beomgyu tidak sadar jika menjadikan rumah putih sebagai tempat berpulang. Ntah sejak kapan memorinya mengenai Ramona memudar. Tidak ada momen bahagia kecuali keniscayaan, kesulitan dan kehampaan. Frustasi dirinya yang lupa akan sang ibu.

UNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang