ᴡʀɪᴛᴛᴇɴ ʙʏ: ʜᴀᴋᴜɴᴀᴍᴀᴛᴀᴛᴀᴀ
UNO
Di hadapan keserakahan,
manusia bahkan iblis pun sama— Greed —
Semua mimpi kan terhubung bagai aliran listrik. Apa yang kulihat merupakan bencana. Mereka bodoh bukan karena tidak dapat melihatnya. Mereka dungu karena enggan percaya. Muak diri ini melihat ketidaktahuan para pandir muka bumi. Iblis yang sebenarnya adalah manusia.
Dunia ini hancur. Kekacauannya menyakiti semua indera dalam tubuhku. Ayah tidak pernah mau mengajarkannya. Ambruk diriku, kontiguitas membuka ruang maupun waktu. Para petinggi langit menyukai hal klasik. Pengorbanan melalui cinta, sulit kupahami maknanya. Ayah, kau melihatnya?
Tindakanmu menghasilkan sebuah dampak. Seluruh pintu kan terbuka. suara gebrakanmu didengar oleh penguasa. Diminta untuk menunggangi kuda, kau malah mengemudikan naga. Tanggungjawab, aku membencimu yang menambah masalah. Menutupi semuanya dariku, hati ini menyimpan benci.
Ayah, kau mendengarnya? Suara-suara langit. Ke-4 alam beresonansi. Kita bukanlah entitas yang sama dengan manusia. Aku dilahirkan untuk menjadi penghubung. Kau hanya membuka beberapa pintu. Selesai bukan berarti usai. Melelahkan rasanya melihat keterguncangan jiwa. Haruskah aku menghancurkan semuanya?
— 06:10 KST
Belum dimulai pun kekalahan mendatanginya melalui bunga-bunga tidur. Rasanya menjadikan diri sebagai pendidik bagi generasi baru demi memangku masa depan bukanlah hal sederhana. Setiap individu diberikan akal untuk berpikir. Terbangun dalam kesedihan mendalam, seorang pria yang berulang tahun merasa silu di hati.
Mencium semerbak harum, wanginya mengisi seisi kamar pengantin muda yang kerap diisi banyak cinta, beragsur-angsur, prosesnya meyakinkan dan kembali membeli kepercayaan. Shin Ryujin menyisir rambutnya untuk terakhir kali. Berpakaian formal, matanya menangkap panorama pagi di atas kasurnya sendiri.
Tanpa baju, setengah tubuh Choi Beomgyu hanya ditutupi selimut putih yang empuk. Menaiki kasur, Shin Ryujin menaruh telapak tangan diatas dada yang ia tikam. Masa lalu terbentuk untuk dijadikan pembelajaran. Dibelainya tubuh sang suami hingga menciumi leher yang ia idam-idamkan.
"Mimpi buruk lagi?" Tanya Nyonya Choi.
"Mau kemana?"
Shin Ryujin pun membangunkan tubuhnya kembali. Memposisikan diri duduk menghadap suami, diberitahunya perihal kue dan hadiah. Sebelum pergi berkencan, Ryujin dipanggil oleh sang ayah agar mendatangi gedung perusahaan demi menyelesaikan perihal pembagian aset-aset hidup.
Dilihatnya kuku Choi Beomgyu yang cepat sekali panjang. Setelah pulang, akan langsung ia potong. Saling menggenggam satu sama lain, masa tenang tercipta sunyi. Selama menunggu, tiap anggota UNO akan mempersiapkan diri. Shin Ryujin belai lembut alis prianya agar tidak lagi tegang setiap bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNO
RomancePintu dan kuda. Bukalah gerbang menuju engkau yang pergi tanpa pamit. Kucari engkau meski rasanya sakit. Perihal pendakian bukit inilah waktunya untuk bangkit. ᴜɴᴏ Seorang anak lelaki berusia 14 tahun harus menghadapi kesendirian setelah ibunya wafa...