Episode 32: Glasses

4 2 0
                                    

Kenangan yang kau tinggalkan untukku
berubah menjadi duri. Mimpi-mimpiku terlalu manis,
Terkadang pula menyakitkan. Jika itu kamu,
maka separuhnya adalah diriku.

|

UNO

Dihempaskan keatas kasur, tubuh Yoo Jimin dipenuhi lebam terutama luka cekik pada leher. Kemejanya terlepas secara paksa. Kedua kakinya ditendang agar mau terbuka lebar sebelum ditiduri. Tidak sadarkan diri, lengannya ditusuk oleh dua orang pria menggunakan jarum suntik. Lee Heeseung merasa janggal. Setahunya Yoo Jimin tidak selemah itu.

Ryu Hee Song pun meludah kearah kasur dengan gebrakan kesal. Lehernya dicakar oleh Jimin hingga berdarah. "Sialan, panggil yang lain. Perempuan ini harus dikasih pelajaran supaya tidak main-main dengan laki-laki seperti kita."

"Wih dadanya gede bos." Ujar Kang Hae Sook.

"Mana Jang Beom? Bukannya dia yang mau duluan? Susah payahku dapatkan cewek premium kenapa dia hilang? Hae Sook, mana tripod? Rekam sebelum buka bungkus." Perintah Ryu Hee Song.

— Yoo Jimin POV

Selalu dikurung dalam ruangan, pertama kalinya aku lihat mentari pagi ketika UNO datang untuk menjemput

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selalu dikurung dalam ruangan, pertama kalinya aku lihat mentari pagi ketika UNO datang untuk menjemput. Aku takut memejamkan mata namun gemetar ketika disuruh terbuka. Jarum suntik menjadi makanan sehari-hari. Meski terbiasa, bukan berarti aku tak risau. Rasanya begitu menyakitkan. Meminta tolong pun, tidak ada yang mendengar.

Tolong aku...

Setidaknya, maukah Tuhan memberikanku pertolongan sesekali. Aku tidak meminta banyak. Aku hanya ingin diselamatkan lagi. Tubuhku lumpuh. Rasanya sakit ketika ingin kugerakkan. Semuanya terasa panas. Apa yang akan mereka lakukan pada kakiku?

Terdengar bunyi dentuman. Mataku enggan terbuka. Suara apa itu. Rasanya seakan-akan lemari dan meja dibalik secara paksa. Begitu brutal, tampaknya aku akan mati. Tubuhku akan diperkosa tanpa izin secara bergilir. Itulah yang ditakutkan oleh para gadis. Aku ingin menikah, memiliki anak dan hidup sampai mati bersama orang yang kucinta. Sulitkah mengabulkan hal sepele seperti itu?

Srakkk

Kemeja menutupi bagian atas tubuhku. Suara siapa itu? Aku mendengar nafas seorang pria. Lee Heeseung mendekat untuk mengendus bau suntik yang dimasukkan. "Bangunlah, sudah aman."

Lee Heeseung? Ternyata dia. Syukurlah. Hatiku lega ketika mendengar suaranya. Rasanya mau menangis saking takut diriku saat ini. Ditarik lenganku agar duduk. Kemejaku dipakaikannya meski terasa kasar. Mungkin Heeseung tidak terbiasa dengan gadis-gadis.

Seperti orang lumpuh, aku tidak mampu menjawab seluruh perintah dan pertanyaannya. Bagaimana ini?

 Bagaimana ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang