Episode 26: Burn The Candle

7 1 0
                                    

Kutempuh jalan jauh tuk bertemu denganmu.
Meski berbatu dan berlubang, aku tahu itu.
Bahkan ketika kututup mataku,
Kau tetap datang melepas belenggu.

Kenangan kan memudar.
"Tidak, aku tahu pasti itu kamu."
Dulunya tersesat dalam kabut, tapi sekarang aku pergi kearahmu.

— Boy With Glasses —

||

UNO

Memasuki bulan April, Yoo Jimin menaruh inisiatif mengharumkan kembali pertemanan mereka. Diberitahunya jika ulang tahun Beomgyu tanggal 13 Maret kemarin sudah jauh terlewati.

Mengingat Beomgyu enggan turun kecuali makan bersama atau bekerja, mungkin sulit memberikannya kejutan. "Kita aja nggak tahu dia suka atau nggak. Mungkin kamarnya pun pasti dikunci."

Miris sebab yang lain tidak tahu. Soobin pun berkata, "Itu yang kalian nggak tau, dasar manusia zombie. Berperasaan sedikit. Dia takut tidur sendirian."

Kala pikiran terbuai perasaan negatif, tidak ada hal yang mampu menggantikannya kecuali pasrah lantaran terhasut tipu daya iblis yang nyata. Siapa yang kuat melihat diri sendiri dan ibunya ditindas brutal oleh makluk di alam api. Seakan-akan dirinya dipermainkan begitu mudahnya oleh mereka.

— Shin Ryujin POV

Sebenarnya hari ini adalah ulang tahunku yang ke-24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya hari ini adalah ulang tahunku yang ke-24. Tidak ada orang lain di rumah kecuali kami. Ujianku sudah selesai. Kudengar akan ada anggota baru yang datang. Beomgyu saja masih sulit menyesuaikan diri, ramai tidak berarti rasa sepi dapat hilang.

Soobin berkata anak itu takut tidur sendiri. itukah alasan mengapa Choi Beomgyu selalu terbangun di ruang tamu setiap fajar menyingsing pagi. Choi Soyi pulang ke rumah ibu kandungnya di Gangnam sedang kakaknya tidur berselimut tipis di kamar orang lain. miris sekali.

Dipakaikan topi kerucut berwarna norak dikepalaku dan Heeseung oleh vampir jelek itu. Kutepis tangannya agar tidak sembarang menyentuh. Yoo Jimin sudah siap memegangi kue yang ditancapkan dua lilin angka 24. Ternyata aku, dia dan Heeseung seusia. Bukankah itu lucu?

"Saengil chukkahamnida! Saengil chukahamnida~" Bernyanyilah Soobin dan Jimin yang tampak antusias. Dicubit punggungku dan Heeseung agar ikut merayakan. Apa boleh buat, kutepuk tanganku meski rasanya canggung.

Tahu jika Beomgyu sudah bangun, Soobin tarik lengannya agar mau duduk. Pucat sekali. Kulitnya begitu putih seperti Yoo Jimin. Bibirnya yang tipis mulai tersenyum kecil karena menghargai usaha kami.

Senyumannya...tampak tulus. Terobati hatinya meski tidak semua.

"Saranghaneun uri Beomgyu, saengil chukahamnida." Kata Yoo Jimin dan Soobin yang heboh melompat dan bertepuk tangan.

UNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang