Pintu dan kuda. Bukalah gerbang menuju engkau yang pergi tanpa pamit. Kucari engkau meski rasanya sakit. Perihal pendakian bukit inilah waktunya untuk bangkit.
ᴜɴᴏ
Seorang anak lelaki berusia 14 tahun harus menghadapi kesendirian setelah ibunya wafa...
I have to disappear to make you smile This is the decision i have to make I have to end my life — Wang Yeo
UNO
||
— Progress —
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Putra mahkota kerajaan Goryeo abad ke-14 bukan sekedar dipilih melalui keturunan melainkan kehebatannya. Ilmu yang dimilikinya cukup untuk menopang 3 tabib dan pendekar pedang terhebat di istana. Dirinya telah diberkahi keterampilan sejak dilahirkan ke dunia.
Disegaji oleh rakyat, Wang Yeo selalu tampak bodoh di mata sang kekasih. Meski begitu, dirinya begitu mencintai Yi Sol.
Melihat wanita yang dicintai tengah menggantungkan norigae pada pakaiannya, Wang Yeo telah memutuskan untuk tetap menikmati hari-hari indah seperti ini. Sudah mengetahui identitas asli Yi Seol dikarenakan sang ayah, Wang Yeo tidak lagi peduli.
Memegangi telapak tangan Yi Sol yang kasar, Wang Yeo tersenyum manis. "Kecil sekali. Apa kamu bisa memegang pedang sebesar milikku? Bagaimana kalau kita tukaran senjata?"
"Dari mana kamu tau..." Tatap Yi Sol kejut.
"Pedangmu cantik. Tapi ukiran pada pedangku jauh lebih manis dan dalam. Aku mendapatkannya bukan dari dunia manusia. Mungkin karena aku pintar dan pantas untuk memilikinya. Ayo coba pakai pedangku, apakah cocok ditangan gemulai ini?" Tawa Wang Yeo.
"Cih, kamu menyindirku ya? Tanganku kasar karena miskin dan terlalu sering mencuci pakaian di sungai. Coba ikut tes dan jadi pegawai negeri di istana supaya kita tidak hidup susah. Kamu saja tidak punya pekerjaan, dasar." Ejek Yi Sol.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Untuk pertama kalinya diriku diajak Choi Soobin untuk ikut menyelam di aliran sungai yang terhubung dengan laut luas. Meski terpaksa, tumben sekali Lee Heeseung mau ikut. Aku juga bersyukur karena pawang buaya itu membuat kami tetap aman.
Diantara banyaknya ikan, kulihat beberapa yang mirip sekali dengan ikan milik Shin Ryujin. Terkadang setelah memeriksa rumah kebun kaca, gadis itu membawa pulang sekantung ikan untuk koleksi aquarium dalam kamarnya.
