Sudah sampai di gudang khusus penyimpanan arak milik Pimpinan Shin, malu-malu Choi Beomgyu saat diajak ayah mertuanya minum. Setelah ketegangan rapat direksi tempo hari lalu, tidak mungkin suasana akan terus krisis. Keduanya harus tetap berkembang dalam hubungan.
Memainkan igo, Choi Beomgyu memilih biji putih. Merubah rencana di tengah jalan, Pimpinan Shin dapat membaca buram agenda dalam pikirannya yang rumit. Mengelus dagu, Choi Beomgyu tersudutkan. Meletakkan batu di atas titik potong garis, kira-kira benarkah pilihan yang ia ciptakan di tengah situasi kritis?
"Ketika wilayahmu berhasil direbut lawan, pikirkanlah cepat bagaimana caranya melawan. Menyerang dan membalas itu jauh berbeda. Setiap makhluk pernah mengambil keputusan yang salah. Dengan begitu, kamu bisa belajar." Pimpinan Shin meletakkan batu hitamnya di titik final.
Atari yaitu kondisi dimana biji bisa dimakan pada giliran berikutnya, Choi Beomgyu sudah kalah sebelum seluruh wilayah berhasil direbut. Tertunduk kepalanya sibuk mengetuk-ngetuk jari pada meja kayu yang dibuat sendiri oleh Pimpinan Shin.
Mengerutkan alis, Beomgyu berhenti mengetuk. Memindahi satu-satunya biji yang tersisa, ia memilih satu spot khusus. "Mundur bukan berarti menghindar. Selagi belum terkurung, aku masih bisa pikirkan jalur lain untuk menang."
Tersenyum hangat, Pimpinan Shin senang memiliki menantu yang pintar.
Disisi lain, Shin Ryujin baru selesai berganti baju sekaligus membenahi kamarnya karena mereka akan menginap satu malam. Menarih buah stawberry di atas perut, kehamilan sungguh membuka pandangan para wanita. Dirinya menjadi lebih sabar dan terbuka atas berbagai pendapat.
Berguling menghadap ke arah pintu, dilihatnya sarung hitam berisi dua pedang milik langit. Ia tak diperbolehkan untuk bertarung. Kemungkinan besar Beomgyulah yang akan memakainya nanti. Ryujin pun memutuskan untuk mengasah pedangnya nanti sore agar tetap tajam dan mampu menikam target musuh.
Tidak menuruti perkataan Shin Ryujin, kini rubah yang gusar menunggu kapan peperangan kan tiba, duduk memandangi aliran sungai yang menjadi kumuh karena saluran air yang rusak. Itulah alasan mengapa buaya-buayanya mengamuk karena diberikan lingkungan kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNO
RomancePintu dan kuda. Bukalah gerbang menuju engkau yang pergi tanpa pamit. Kucari engkau meski rasanya sakit. Perihal pendakian bukit inilah waktunya untuk bangkit. ᴜɴᴏ Seorang anak lelaki berusia 14 tahun harus menghadapi kesendirian setelah ibunya wafa...