Episode 63: Wrath of Prophecy

8 2 0
                                    

        Terkadang ketika bosan, seseorang menciptakan orang lain dalam ceritanya sendiri. Jika kau mampu melihat hidupmu ketika dimulai sampai diakhiri, bagian mana yang ingin kau ubah? Ingatan adalah hal pelik.

Bahkan orang berbohong dibuku hariannya sendiri. Ada pula yang menyembunyikannya dalam jeruji baja, padahal tidak ada sesiapapun yang membacanya. Kebenaran sangatlah sederhana, namun kebohongan terpantau kompleks.

BDGARRRRR!!!

Ledakan memanglah terjadi. Hanya saja alam manusia tidak terganggu melainkan alam bagi rumahnya para iblis. Tidak mampu berdiri, Choi Beomgyu mengalami henti jantung di atas bebatuan panas milik Imoogi. Rasanya seperti tenggelam tanpa dasar. Jika ingin maju, maka kau harus meninggalkan sesuatu di belakang.

— UNO —
"Katanya realistik dan pesimistik tidaklah jauh berbeda.
Mungkin aku adalah si pragmatis yang pesimis."
————–—————–—————–—

Sudah lima jam, tidak adanya tanda-tanda kemunculan Choi Beomgyu baik di lokasi penginapan maupun rumah putih. UNO dan Bae Suji sudah siap bersiaga di Incheon. Heeseung tegap diam melihat sahabat kecilnya menunggu suaminya untuk pulang.

Shin Ryujin duduk di atas batu memandangi langit begitu lirih meminta penuh harap agar Beomgyu cepat pulang. Memiliki sepasang, satu lagi pedangnya dibawa oleh Beomgyu. Itulah alasan mengapa jantungnya terasa sakit ketika pertama kali melihat Beomgyu.

"Ayah tau..." Gumam Shin Ryujin menyadari berbagai hal.

Malam pun datang. Heeseung menarik Ryujin untuk cepat masuk ke penginapan. "Kita harus kembali ke Incheon. UNO meminta kita untuk pulang."

"Tapi Beomgyu-" Ucapan Ryujin pun segera disanggah.

Menatap tajam, Heeseung paling tidak suka jika instruksi atasan ada yang menantang. "Aku yakin Beomgyu tahu jalan pulang. Dia selalu kembali, dia pasti pulang ke rumah putih. Lagi pula kalau kita tetap disini, tidak ada jaminan kalau incubus itu akan kembali. Kekuatannya berbeda. Kita harus mencari tahu mengapa tabirnya bisa runtuh."

"Benar, selama ini mana pernah tabir dihancurkan sekalipun lemah. Kalau incubus bisa menghancurkan tabir penginapan, bagaimana dengan rumah putih? Kalau begini, aku jadi makin percaya dengan culun itu." Ujar Minjeong.

"Apa maksudmu?" Tatap Lee Heeseung.

Menghela nafas, Minjeong sisipkan poninya malas. "Culun itu bilang, dia ngundang malapetaka. Pusat UNO dan posisi si culun itu kan di rumah putih. Pasti yang diserang duluan oleh Imoogi apalagi kecuali rumah putih. Kalau incubus bisa hancurkan tabirku, kemungkinan tabir rumah putih pun begitu."

— Yoo Jimin POV

— Yoo Jimin POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang