UNO
||
Ibuku hanya meninggalkan buku bersampul biru
dan sepetak tanah kecil yang habis dicuri.— In My Theory —
Kalimat pertama yang kupelajari dan pahami adalah malapetaka. Diriku salah penafsiran, kiamat yang sebenarnya adalah untuk imoogi. Seluruh energiku habis, sepertinya begitu. Kuharap hasilnya sepadan dengan air mata yang mereka keluarkan. Aku ingin membantu dan berguna. Anehnya, kini aku menginginkan pengakuan dari sang UNO.
Pippp pippp
Pasien henti jantung dinyatakan selamat dari maut. Dokter Jung menjelaskan bahwa Chae Song Hwa memiliki keberuntungan, Secara empiris, wanita itu mampu terselamatkan karena kadar laktatnya kurang dari 4, interleukinnya lebih rendah dan kaspasenya kurang dari 0,17. Resusitasi jantung paru sudah dilakukan beserta alat-alat penopang kehidupan.
Tidak sampai 24 jam, Chae Song Hwa diberikan keajaiban nyata oleh Tuhan. Ketika nafasnya berhembus untuk terakhir kali, matanya terbuka melihat ruang intensif begitu jelas. Angka harapan pasien henti jantung terbilang rendah. Ia memiliki resiko kematian tinggi sebesar 37% disertai kerusakan beberapa saraf.
Kedua tangannya yang membeku sedingin es batu kembali dihangatkan oleh putri dan putra tersayang. Bersyukur lantaran mendapat kesempatan untuk melayani orang tuanya sekali lagi, Shin Ryujin tidak akan lagi memalingkan wajah hanya karena ujian dan kerja lapangan. "Bunda..."
Keesokan harinya, Song Hwa dijenguk oleh banyak orang. Dimulai dari UNO, Lee Seyoung, Lee Yeon, Lee Rang, Menteri Jung Eun Chae dan beberapa direksi. Seluruh anggota generasi ketiga pun ikut datang membawakan buah tangan. Namun hanya satu orang yang tidak muncul.
Ketika kamar rawat inap sudah sepi dimana senja membasahi wajahnya, Chae Song Hwa memanggil suami tercinta agar mau mendengarkan. Pimpinan Shin pun datang mendekat untuk mendengarkan. Berucap lembut, Song Hwa tersenyum kecil. "Pergilah ke rumah putih...kasih Beomgyu air minum."
"Beomgyu? Ahh iya, anak culun itu nggak datang. Cih, liat aja kalau dia sakit." Kata Shin Ryujin sembari mengupas apel tanpa mematahkan kulit, menaruh buah jeruk bahkan menata anggur diatas piring begitu simetris.
Menatap Shin Gong Yoo penuh makna, Song Hwa gelengkan kepalanya perlahan. Sudah seharusnya putri kecilnya itu berbaik hati pada Beomgyu meski tidak mempunyai alasan apapun. "Anak culun itu...bantu ibumu bangun, nak."
— Chae Song Hwa POV
KAMU SEDANG MEMBACA
UNO
RomancePintu dan kuda. Bukalah gerbang menuju engkau yang pergi tanpa pamit. Kucari engkau meski rasanya sakit. Perihal pendakian bukit inilah waktunya untuk bangkit. ᴜɴᴏ Seorang anak lelaki berusia 14 tahun harus menghadapi kesendirian setelah ibunya wafa...