— Time —
||
UNO
"I see everyone by and by living great life.
But i don't see us. Maybe there's no us.
I'm sorry, i wish we had great past and future.
Sometimes it's always lethal."— Ben Choi
———————————–—
— Uijeongbu, Gyeonggi do
Alam semesta membentang luas menciptakan berbagai dimensi. Bagai puting beliung persis seperti putaran galaksi, angkasa,, petir dan pohon yang cabangnya terstruktur layaknya kembar tiga,, mata dan nebula, bahkan otak dan kosmos memiliki keterkaitan dalam skala kuantum. Memiliki 65 juta lebih neuron, kompleksitasnya membuat pribadi bertanya-tanya. Tiap era, cara persepsi manusia dalam berpandangan pun berubah.
Rasa kagum, marah, sukacita, sedih hati, ketakutan, kebingungan lantaran kehilangan arah, kebahagiaan, cinta dan rasa kecewa, tiap-tiap emosi menggambarkan pribadi jiwa satu sama lain. Memasuki sarang harimau tanpa perlindungan, Bae Suji menapakkan kakinya kasar tanpa pandang bulu. Teringat bagaimana dirinya membakar cintanya sendiri.
Park Chang Ho meminta anak buahnya untuk tidak ikut campur. Alhasil mereka membiarkan wanita cantik memberikan serangan lebih dulu. Satu tamparan kencang membekas merah pada pipi. "Bukan urusanku mengenai pejabat-pejabat itu, toh mereka memang bejat. Tapi anak-anak! Harus aku bakar kamu dua kali?!!"
Perasaan pedih dalam hati berubah menjadi darah daging sendiri. Berempati pun sudah payah rasanya. Park Chang Ho meminta seluruh anak buahnya keluar hanya dengan satu jari. Dirinya tidak paham apa yang Suji katakan. Berdiri untuk bertengkar, tidak ada jalan bagi penyelesaian. Park Chang Ho mengaku tidak melakukan hal buruk terhadap kalangan bawah umur atau orang dengan skala perekonomian menengah kebawah.
"Bagaimana dengan tambak ikan itu, hm?" Tatap Suji pedas.
"Ahh pulau Chuja. Itu bukan lagi hak milik keluargaku. Kami memberikannya kepada Cha Daehwi beberapa bulan yang lalu karena tak terpakai." Balas Park Chang Ho.
Jika boleh jujur, Park Chang Ho tidak bisa menemukan apapun mengenai wanita di depannya namun Suji mampu mencari tahu hingga hal-hal sepele yang tak penting. Tersenyum manis, Chang Ho sedikit merasa tersanjung. "Senangnya dijadikan target oleh UNO."
— Pond, Chuja Island
Lagi-lagi pria yang dilihat oleh Minjeong semalam datang membawa karung hitam berukuran besar. Hari masih siang dan manusia sudah melakukan kejahatan. Mengeluarkan ponsel untuk memotret, terpantau sama sekali tidak ada sinyal disini. Melalui semak-semak belukar, Lee Heeseung memandangi tajam bagai gumiho cerdik.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNO
RomancePintu dan kuda. Bukalah gerbang menuju engkau yang pergi tanpa pamit. Kucari engkau meski rasanya sakit. Perihal pendakian bukit inilah waktunya untuk bangkit. ᴜɴᴏ Seorang anak lelaki berusia 14 tahun harus menghadapi kesendirian setelah ibunya wafa...