Episode 20: Power Meassure

6 1 0
                                    

"Hari itu, hidupku berubah menjadi derita yang sesungguhnya. Jauh dari rasa tenang, benar juga, mengapa aku mau membantunya. Mimpi buruk berkepanjangan menghantuiku. Kematian kan datang kepadaku yang dilahirkan sebagai malapetaka."

Phase 2: Nightmare

||

UNO

— UNO Building

        Bertemu sang UNO selalu membuatku gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bertemu sang UNO selalu membuatku gugup. Mungkin karena ialah yang membawaku pergi dari penderitaan tak berujung. Selama itu, Bae Suji yang mengurusku. Kuteguk botol bir guna menenangkan diri. Membuang botol pada tempat sampah, kutekan tombol lift menuju lantai paling atas.

Sengaja memilih pekerjaan detektif, pangkat tingginya sebagai inspektur kepolisian divisi kejahatan dan kekerasan mampu mengatur dan mempermudah pekerjaan kami sebagai penghapus kutukan. Pemerintahan pun ikut campur dalam pergerakannya. Hanya 'direksi' yang tahu akan hal itu.

"Selain phatokinesis, kemampuan lainmu juga baik digunakan untuk membantu Beomgyu dalam misi ini." Ujar sang UNO.

Phatokinesis merupakan kemampuan mengendalikan dan memanipulasi emosi seseorang. Aku diciptakan sebagai alat perang antara Korea Selatan dan Korea Utara. Laboratorium itu sudah dihancurkan oleh UNO. Aku selalu berterimakasih padanya meski anak-anak lain tak terselamatkan.

Pimpinan Shin pun mengambil alih. UNO memanglah tidak bisa berbicara tanpa pembukaan atau basa-basi belaka. "Kita sudah menemukan anomali dalam mimpi Beomgyu yang berkaitan dengan koma dan matinya jiwa Kim Sanyeong."

"Jiminaa, jka rasa dirasa sulit untukmu, tidak usah dilanjutkan. Lagi pula ide Beomgyu terlampau ekstrim. Sebisa mungkin kami merahasiakan ini dari direksi sebelum betul-betul mendapatkan hasil." Lanjutnya.

Kubalaslah pernyataannya itu, "Kalau Beomgyu bisa, aku juga pasti bisa." Lagi pula ini adalah kesempatan langka untuk mencicipi alam api.

— White House

Dari sini Yoo Jimin melihat bagaimana Lee Heeseung melatih anjingnya agar segera memasuki hutan guna buang air besar. Pria itu ingin anjingnya hinggap lebih dekat dengan buaya mistis di sungai.

Masuk ke dalam, Yoo Jimin pun memberi salam sapa. "Kamu bukan manusia tulen, iya kan?"

Membalas tatapan gadis yang duduk santai bagai nyonya rumah, Heeseung ikut menyilangkan kedua tangannya. Memiliki indera penciuman yang kuat, baginya Jimin berbau rumah sakit, infus, dan bekas jarum suntik. "Dia datang."

"Siapa?" Tanya Yoo Jimin. Terpengaruh lantaran betapa seriusnya wajah Lee Heeseung, terbukalah pintu oleh vampir tampan yang datang membawa lesung pipi manis di wajah.

Choi Soobin membawa mainan lego untuk disusun bersama. Mengobrol, Jimin penasaran dari mana barang itu dipesan. Soobin pun menjawab, "Sudah jelas kan, rumah ini nggak tercatat data base distribusi paket. Jadi kalau mau beli barang online, alamat Mikyung ahjumma kuncinya hahaha."

UNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang