Lovely 37

824 25 2
                                    

Happy reading😘

Maura sedang berada dirumah mamanya hari ini ia tidak memiliki kegiatan sama sekali,pagi tadi kegiatannya hanya diisi dengan yoga dan juga berenang,setelahnya ia tak tau harus melakukan apa jadilah ia kerumah mamanya untuk minta dibuatkan klapertat kelapa muda.

Usia kehamilan Maura sudah menginjak 13 minggu dan rasa mual juga muntah sudah tidak terlalu sering dan hanya dipagi hari saja,kini ia bisa menyatap apapun disiang hari tanpa takut muntah lagi dan hal ini membuat mamanya semangat untuk membuatkannya banyak macam makanan.

"Waktu hamil Mo,mama gini juga gak?"tanya Maura dan ia pikir semua wanita hamil juga merasakan hal yang sama.

Laras menggeleng sambil tersenyum. "Kamu itu anak yang baik banget,gak pernah buat mama muntah dan mual,mungkin karena kamu juga ngerasain sedih jadi kamu gak mau buat mama susah."

"Kenapa gitu Mah?"

"Mama baru sadar hamil pas nenek baru meninggal,rasa kehilangan terganti sama kehadiran kamu."ucap Laras,mengingat hal-hal yang menyakitkan membuatnya ia selalu berusaha menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya.

"Terus waktu tau Mama hamil,papa gimana?"

"Papa seneng banget,apalagi papa anak tunggal orangtuanya juga udah meninggal jadi dia kesepian dan pengen cepat punya anak,tapi Mama waktu itu salah karena menunda tapi papa sama sekali gak marah dan selalu medukung pilihan mama,sekarang papa juga bahagia banget pas tau kamu hamil hampir tiap hari rencanain pengen ini itu buat anak kamu nanti."Laras mengusap perut Maura yang sudah sedikit menonjol,suami selalu berharap diberi kesempatan untuk menggendong cucunya.

Maura menganggukkan kepalanya pelan,Mamanya memang tidak pernah menceritakan bagaimana neneknya dulu hanya saja yang ia tau kakeknya adalah kakek yang sangat baik dan mamanya adalah ibu yang sangat lembut,jadi ia percaya neneknya dulu juga adalah ibu yang bijak seperti mamanya.

"Mama cuma pesan sama kakak,kalo nanti udah jadi ibu jadilah ibu yang adil untuk anak-anaknya,jangan pernah membeda-bedakan mereka hanya karena salah satu dari mereka kurang beruntung."nasihat Laras yang diangguki oleh Maura.

Laras mulai menyuapi Maura dengan klapertat buatannya,rasanya bahagia sekali bisa melihat Maura hamil dan membuatkan apapun  yang anaknya ini mau,hal yang tidak bisa ia rasakan dulu dan syukurnya putrinya tidak mengalami hal yang sama.

"Habis ini Mo,mau ke kantor Mas Jean ya mah."ucap Maura setelah ia mengambil minum diatas meja.

"Ya udah,nanti diantar sama pak Adi ya."

"Iya Mah."sahut Maura.ia juga meminta klapertat buatan mamanya untuk ia bawa kekantor,mungkin nanti ia juga akan mampir sebentar untuk membeli kopi.

sudah jam 3 sore Maura pun memutuskan untuk pergi ke kantor diantar oleh pak Adi,sampainya disana ia langsung bertemu dengan Susan sekretaris Jean,rasanya aneh sekali melihat Susan ada dibawah biasanya wanita itu tak pernah jauh dari suaminya.

"Ibu Maura sendiri aja?"tanya Susan lalu membantu Maura masuk kedalam lift.

"Iya,Mas Jean ada diruangannya gak?kok kamu tumben banget ada dibawah."

"Pak Jean lagi ada diruang meeting bu jadi tadi saya kebawah sebentar karena ada yang mau dibeli."jawab Susan,

Saat keluar dari lift,Maura langsung disambut oleh papa mertuanya yang sepertinya baru keluar dari ruang meeting.

"Kamu sama siapa kemarinya Mo,kok kamu jalan-jalan gini sih?"ucap Raka khawatir.

Maura hanya tersenyum sambil memeluk lengan papa mertuanya."Mo cuma jalan Pah,bukan lari marathon, Mas Jean mana Pah?"

"Dia masih ada tamu diruang meeting sama Jayden juga,kamu disini aja ya."titah Raka saat membuka pintu ruangan Jean,ia menyuruh Maura untuk duduk disofa sambil menunggu Jean,tak lupa ia juga meminta Susan  membuatkan minum untuk menantu kesayangannya ini.

"Papa mau pergi ya?"tanya Maura tapi Raka menggeleng.

Raka memang selalu perhatian pada Maura sama seperti Adrian,Raka sangat bahagia saat tau Maura hamil ia bahkan sudah membelikan sebidang tanah untuk anaknya kelak,padahal lahir saja belum,Raka juga selalu bertanya ia ingin makan apa setiap kali pulang kerja hal itu ia ketahui dari suaminya.

Seperti sekarang Raka menawarinya banyak hal tapi Maura menggeleng, dikarenakan dirinya sudah terlalu banyak makan saat dirumah mamanya, tapi ia menginginkan sesuatu."Pah_ pengen bika ambon yang dari medan itu."

"Hah_ bika ambon ya,nanti papa minta relasi papa buat kirim langsung darisana."

"Aakk,makasih papa."Maura kembali memeluk lengan Raka.

"Iya."

Tak lama Jean masuk keruangannya bersama seorang wanita yang tak lain adalah Manda.

"Sayang,kamu kapan datangnya?kok gak bilang sama Mas."ucap Jean lalu menarik Maura agar duduk dekat dengannya,tapi Maura menolak dan masih memeluk lengan papa mertuanya.

"Sore Om,sore Maura."sapa Manda.

Raka hanya mengangguk sambil tersenyum sementara Maura hanya diam.Raka bisa merasakan menantunya ini sedang cemburu tapi sebisa mungkin sedang menahannya.

"Apa masih ada yang harus di bicarakan lagi?"tanya Raka lalu menatap bergantian Jean dan Manda.

"Gak ada Om,kalo gitu saya pamit pulang dulu.makasih ya Je."ucap Manda lalu pergi meninggalkan ruangan Jean.

Jean kembali beralih ke Maura yang belum melepaskan tangan papanya. "Sayang,kamu kenapa?sini dong cerita sama Mas."

"Pake tanya lagi,istri lagi hamil malah ketawa-ketawa sama perempuan lain."sahut Raka dan diangguki oleh Maura yang setuju dengan ucapan papa mertuanya.

"Papa kan tau aku cuma bantuin dia,kok jadi kayak nuduh aku selingkuh gitu sih!"Jean kembali membujuk Maura dan menjelaskan apa tujuan Manda datang ke kantornya.

"Ya gak usah diajak masuk keruangan kamu juga!ya udah deh Papa mau pulang dulu."Raka mengelus kepala Maura sayang lalu_"kamu mau ikut papa atau Jean_"

"Maura pulang sama aku aja!"sahut Jean.

Setelah Papanya pergi Jean membereskan barang-barang lalu mengajak Maura pulang,ia tahu sekarang Maura sedang merajuk tapi ia tidak bisa membujuknya disini jadi Jean harus membawa Maura masuk kedalam mobilnya terlebih dulu.

Sampainya dimobil Jean langsung mengambil kedua tangan Maura dan menggenggamnya."Sayang,kamu percaya kan sama Mas?Mas gak mungkin ada apa-apa sama Manda."

"Hum_"

"Sayang jangan gitu dong,Mas cuma bantuin dia aja gak lebih,gak usah dengerin omongan Papa,tadi Mas juga ketemuan bareng Jayden juga."ujar Jean lagi.

Tak ada sahutan dari Maura atas pernyataannya,malah kini istrinya meminta untuk segera pulang.

Tok

Tok

Seseorang mengetuk jendela mobil dan Jean langsung membukanya."Ada apa?"

"Ini pak,ketinggalan di meja bapak."ucap Budi lalu memberikan kantong berisikan klapertat dan juga kopi. Jean melirik Maura sebentar lalu beralih kepada Budi.

"Ok,makasih Budi."ucap Jean lalu menutup kaca mobil kembali,ternyata Maura datang untuk mengantarkan ini kepadanya,sekarang ia merasa sangat bersalah.

"Kamu anterin ini untuk Mas,kenapa gak bilang sayang."

"Buang aja udah dingin!"ketus Maura membuat Jean menghela napasnya. dirinya bingung harus bagaimana lagi menjelaskan bahwa ia dan Manda memang hanya sekedar urusan kerja.

"Buruan jalan,aku mau mandi udah gerah liat kelakuan suami!"ucap Maura penuh penekanan,kehamilan membuatnya terus berpikir negatif.

Jean segera melajukan mobilnya menuju rumah,sepertinya ia kan meminta bantuan Jayden untuk menjelaskan tentang Manda yang berada di kantornya hari ini.

"Sayang mau mampir beli sesuatu gak?"tanya Jean lembut.

"Gak perlu!"

Tbc...


My Lovely, MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang