Lovely 26

1K 38 0
                                    

Happy reading 😘

"Terima kasih dok."ucap Maura kepada dokter Irwan, hari ini gips yang ada dikaki Jean sudah dibuka oleh dokter.

Hasil pemeriksaan rontgen menunjukkan tulang kaki Jean sudah kembali pulih, hanya saja belum bisa di bawa untuk lari dan banyak berjalan.

Jean masih berpura-pura lupa ingatan, Maura yang begitu polos masih mempercayainya, setiap kali Jean kelepasan maka disaat itu juga ia akan berpura-pura sakit kepala, hal itu tentu saja membuat Maura khawatir setelah itu istrinya akan lupa lagi.

Jika ada definisi suami durhaka, maka Jean lah orangnya, Maura sudah menjadi istrinya selama dua minggu, selama dua minggu juga Jean menahan dirinya agar tidak melahap Maura.

"Maura." sebenarnya Jean sangat sulit memanggil nama itu, Jean lebih suka memanggil Mo.

"Iya Mas." sahut Maura yang kini tengah memapah Jean berjalan menuju mobil.

"Hari ini kita pindah ke apart ya, Mas pengen lebih tenang." bujuk Jean.

Maura diam sejenak, jika pindah ke apart itu artinya hanya ada ia dan Jean. Sepertinya itu ide yang bagus agar mereka bisa lebih dekat. Selama dirumah sakit Maura agak sulit untuk mencoba bermanja ke suaminya, setiap hari mertua dan orangtuanya selalu datang menjenguk, belum lagi Maura harus mempersiapkan sidang skripsinya.

"Kita izin ke mama dulu Mas, takutnya mereka gak kasih."

"Soal itu nanti Mas yang bilang, sekarang kita kerumah kamu buat ambil baju dan segala kebutuhan kamu."ujar Jean lagi.

Supir melajukan mobilnya menuju rumah Maura, sampainya disana mereka disambut hangat oleh Laras.

"Loh, kok gak bilang hari ini keluar dari rumah sakit?"padahal setelah masak rencananya Laras akan pergi menjenguk.

"Iya mah, tadi dokter Irwan bawa foto hasil rontgen dan hasil udah baik-baik aja." beritahu Jean membuat Laras lalu membawa anak dan mantunya untuk makan siang bersama.

Seperti biasa Maura akan mengambilkan makan untuk Jean lalu menyuapinya, padahal Jean sudah bisa Makan sendiri tapi Maura tetap ingin selalu memperhatikan Jean lebih.

"Mah, Jean izin bawa Maura tinggal di apart ya."ucap Jean disela-sela makan siang mereka.

Laras melirik putrinya lalu beralih menatap Jean. "Emangnya gak pa-pa kalo kalian diapart, kamu juga baru sembuh ditambah lagi Maura masih harus kekampus, mama khawatir kalo kamu sendirian dirumah."

"Jean udah gak pa-pa mah, cuma belum bisa lari aja."ucap Jean meyakinkan mertuanya.

Laras diam sejenak lalu tak lama ia mengangguk setuju, walaupun Adrian sudah bilang dari jauh hari jika putrinya akan keluar dari rumah tapi rasanya tetap saja tidak rela. Mengapa Maura begitu cepat tumbuh sebesar ini bahkan kini sudah bersuami.

"Mama, kenapa diem? sedih ya karena Mo mau pergi."Kini Maura memeluk Laras dari samping, Melihat mamanya yang tiba-tiba sedih membuat ia merasa bersalah.

"Mama gak sedih kak, Mama cuma masih gak nyangka kamu udah nikah. Mama justru sangat bersyukur Jean yang jadi suami kamu, mulai sekarang harus patuh sama Jean." pesan Laras membuat Maura segera mengangguk.

Setelah makan siang, Jean langsung membawa Maura pulang ke apart, Barang-barang Maura cukup banyak terutama buku dan pakaian, Padahal Jean sudah berkata sebagian pakaian bisa dibeli saat diapart nanti tapi Maura menolak.

Seperti biasa, Apartemen Jean selalu terlihat rapi dan bersih jadi Maura bisa langsung istirahat, Tapi sebelum itu Maura harus mandi terlebih dulu.

"Mas, lagi ngapain?"tanya Maura saat Jean membuka laptopnya.

My Lovely, MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang