Lovely 6

4.2K 135 7
                                        

Happy reading😘

Sudah seminggu ini Jean tidak bertemu Maura, lebih tepatnya menghindari gadis itu. Setelah pembicaraan terakhir mereka, Jean memutuskan untuk bersikap dingin demi keberlangsungan hatinya.

Hatinya jelas-jelas menginginkan gadis itu menjadi pelabuhan terakhirnya, awalnya Jean menganggap perasaannya hanya rasa tertarik semata, tapi setelah melewati beberapa hari bersama Maura, perasaanya bukan lagi tertarik melainkan rasa ingin memiliki.

Beberapa kali Maura menghubunginya tapi Jean mengabaikannya, Maura juga banyak mengirim pesan tapi ia hanya membalas sedang sibuk. Mamanya juga berkata Maura datang beberapa kali kerumah hanya untuk mencari dirinya.

Bahkan Maura sampai memaksa Jayden untuk mengantarkannya bertemu dengan Jean, tapi Jayden menolak karena Jean yang melarangnya dengan alasan pekerjaan kantor sedang menumpuk.

Seperti hari ini. Jean sudah bersiap untuk lari pagi karena ini hari minggu, ia tak mau jika nanti tiba-tiba Maura datang mencari dirinya.

"Mau kemana?"tanya Raka yang sedang menikmati kopinya.

"Papa gak liat aku udah pake baju olahraga gini, itu artinya aku mau nonton konser!"Jean mendengus kesal sambil memakai sepatu.

"Diih, Sensi amat sih, ditolak sama Momo ya?"ejek Raka. Terkadang ia suka menggoda anaknya yang satu ini. Sifat Jean sangat jauh berbeda dengan Jayden. Jean cenderung lebih kaku dan to the point, anak sulungnya ini tidak suka berbasa-basi.

Jean merotasikan matanya malas lalu segera pergi. Udara pagi mungkin bisa membersihkan kepalanya dari segala pikiran buruk.

Kini Jean sudah berada ditaman kota, tidak terlalu ramai tapi tidak juga sepi. Setelah melakukan pemanasan kini Jean siap berlari. Rasa lelah mengitari dan berkeliling taman dengan berlari membuatnya sedikit melupakan Maura.

Sebenarnya Jean rindu sikap manja gadis kecilnya itu, tapi ia juga harus tegas pada dirinya sendiri. Jika Maura hanya menganggapnya seorang kakak dan itu tak akan pernah berubah.

"Kak Jeje."

Jean menghentikan larinya kala mendengar suara yang tak asing."Lila kamu lari pagi juga?"tanya Jean pada Lila, adik dari Maura.

Lila menggangguk, ia terpaksa lari pagi untuk menemani kakaknya. Karena jika ia tidak mau maka kakaknya akan melaporkan kepada papanya. Bahwa ia ketahuan menyimpan nilai ulangan yang jelek dibawah kasur.

"Kamu sama siapa?"tanya Jeas Was-was. Jangan sampai dugaannya benar.

"Tuh."tunjuk Lila pada Maura yang sedang berjalan santai.

"Kak, kakak kemana aja sih?! Ditelpon gak diangkat, didatangi kerumah gak pernah ada."Maura bahkan sudah mendumel, tak perduli jika ia diperhatikan oleh beberapa orang yang lewat. Ia juga terus memeluk lengan Jean.

"Kakak sibuk."ketus Jean tapi Maura tak perduli, gadis itu bahkan terus menempel seperti biasa.

Melihat sudah ada Jean yang menemani Kakaknya. Lila lebih memilih pulang dengan alasan sakit perut, awalnya Jean melarang tapi dengan keahlian aktingnnya. Lila berhasil pulang dengan memesan goj*k.

"Byee kak, sampai jumpa dirumah."ucap Lila penuh tawa.

Akhirnya Jean harus pasrah, kini ia berjalan bersama Maura beriringan. Padahal gadis ini sedang Jean hindari tapi kenapa harus bertemu disaat ia sedang seperti ini.

"Kak Je, kakak marah ya sama aku? Kakak tu kayak ketus banget sama aku? Gak kayak biasanya? kak Je kenapa sih? Mo ada salah ya?"

Dalam hati Jean sungguh tidak tega, ia bisa melihat dari ujung matanya Maura terlihat sedih, karena ia mendiami gadis ini lebih dari seminggu.

My Lovely, MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang