Bab 48 Pengejaran ke KarangSetra

208 20 2
                                    

Api berkobar hebat membakar perumahan penduduk desa Kemukus, sebagian prajurit Kalingga menyelamatkan para penduduk yang tersisa dan yang sedang terluka parah. Sementara sebagian yang lain bertempur mati-matian menghalau kawanan siluman buaya yang haus darah. Para buaya jadi-jadan ini adalah anak buah dari Ki Rogoboyo yang dikomandoi oleh Sapali.

Ditengah pelataran utama desa, nampak Pangeran Bulan Putih berdiri tegak menatap tajam Sapali yang sudah terpojok di sudut pekarangan. Nampak mukanya sudah bonyok tak karuan setelah mendapatkan bogem mentah dari lawan. Darah hitam yang kental menetes deras dari sela-sela taring dimulutnya.

Dalam segi pengalaman, ilmu silat dan kanuragan apalagi tenaga prana, Sapali jauh dibawah Bulan Putih. Ia yang baru beberapa hari mempelajari ilmu Sembilan Kegelapan tentu tidak berkutik dihantam prana ilmu Angin dan Hujan milik Bulan Putih yang sudah dipoles belasan tahun. Hanya satu yang menyelamatkannya, yaitu keunggulan dari memiliki perewangan siluman Buaya adalah kulit yang luar biasa tebal. Bahkan tebalnya mampu menyerap hampir separuh kerusakan yang diterima.

"Wahai budak iblis, tanpa ampun kau mau meratakan Desa Kemukus yang merupakan pos terluar kerajaan Kalingga. Kejahatan luar biasa ini harus dituntaskan sekarang juga. Atas nama keadilan dan kebenaran. Aku sebagai perwakilan dari Kalingga  dan juga sebagai pengadil saat ini memutuskan hukuman mati untukmu siluman. Nah tetaplah disitu dan akan kupenggal kepalamu sebagai bukti laporanku kepada kerajaan" titah Pangeran Bulan Putih seraya mengembangkan kipasnya.

Kipas itu segera bergemerincing begitu prana ilmu Dewa Topan Menghembus Badai perlahan mengalirinya. Membuat senjata itu berpendar cahaya kebirauan menyilaukan mata. Bulan Putih langsung mengerahkan ilmu tingkat tinggi sekaligus. Walaupun musuh memiliki khadam siluman berkulit baja sekalipun pasti akan terbelah layaknya tahu.

Angin menderu kencang seiring cahaya biru yang makin menyilaukan.

Sapali terkejut, namun badannya sungguh terasa sakit tak terperih saat digerakkan, bagaikan ratusan mata belati tertancap di sekujur tubuh. Haruskah ia kembali menahan serangan ini?

Lari cucuku, ini bukan serangan biasa. Riwayat kita akan berakhir disini jika sampai terkena. Neraka menunggu kita Sapali. Tanpa cita-citamu untuk balas dendam ditunaikan!

Suara Ki Rogoboyo bergema di pendengaran Sapali, Pria itu segera membuka lebar-lebar matanya. Ia tidak mau mampus sekarang disaat dendamnya belum terbalaskan. Ki Rongkoh sudah ada digenggamannya tadi, sedetik saja diberi kesempatan ia tentu sudah menghancurkan batok kepalanya. Sayangnya Bulan Putih keburu datang dan merampas tubuh Ki Rongkoh yang ia bawa.

Ia menyesali mengapa ia menuruti perintah Rogoboyo untuk menyiksanya dulu. Kini dndamnya gagal terbalaskan karena Ki Rongkoh sudah dalam keadaan aman dalam perlindungan Bulan Putih.

Sapali pun meraung kencang, ia tidak rela nasibnya bakalan pupus saat ini. 

Suara Sapali menggelegar bagaikan auman binatang buas yang terluka. Sampai-sampai semua prajurit Kalingga menutup telinga mereka. Sontak semua prajurit buaya membalas auman Sapali. Tuan mereka saat ini sedang terluka dan membutuhkan pertolongan, Mereka pun mengalihkan serangan ke arah Bulan Putih secara serentak!

Bulan Putih mendengus kesal. Puluhan siluman buaya berkumpul dan menyerang ke arahnya tanpa jeda dan menghalangi arah pandangan ke Sapali. Dengan teriakan lantang Pemuda itu menyabetkan kipasnya yang berpendar kebiruan.

Akibatnya dahsyat, serangkum sinar kebiruan menerjang kawanan siluman buaya yang datang. membuat tubuh mereka terbelah dua di pinggang. Serangan itu juga menimbulkan suara ledakan dan kesiur angin kencang yang merontokkan dedaunan. Para warga desa Kalingga terperanjat manakala dengan sekali serang beberapa  pepohonan mulai berjatuhan. Suara gemeretak terdengar beruntutan manakala pohon dengan berat ribuan kati itu jatuh menimpa kawanan siluman buaya yang sudah bersimbah darah.

Larantuka si Pendekar Cacat Pembasmi Iblis episode : Maut Di KarangSetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang