Bab 37 Madu Kemenangan

213 25 4
                                    

Darah berwarna kehitaman merembes dari mulut Pelukis Darah. Pendekar itu terbatuk akibat dadanya terasa sesak dan nyeri  oleh luka dalam, napasnya terengah-engah. Namun ia berusaha bangkit dengan perlahan, sudah terang benderang bahwa kemampuannya ternyata masih dibawah pemuda misterius gembel itu. 

Satu hal yang membuatnya terkejut adalah Aura dingin yang jahat telah merasuk ke dalam tubuh, menandakan Jurus pemuda ini bersumber pada Kitab Sembilan Kegelapan tahap tinggi. Jurus ini sangat terlarang digunakan dalam dunia persilatan. Karena bersumber dari ajaran Iblis dan menghendaki tumbal nyawa manusia untuk bisa menguasainya. Namun saat berhasil menguasai, maka pemakai akan memiliki kekuatan  tak terbatas.

Cihh

Ia meludahkan sebagian darah beku yang menyumbat tenggorokan, rupanya bukan hari ini ia dapat memenangkan tujuh mustika dari Benteng Hitam. Sayang sekali, padahal kesempatan itu begitu dekat! 

Pelukis darah menyeringai seram ke arah Pemuda misterius itu, ia merasa setelah ini takdir akan membuat mereka bersua kembali dikemudian hari. Namun itu nanti, setelah ia sudah cukup siap untuk kembali bertarung.

Pelukis Darah segera melompat tinggi ke arah pepohonan rimbun yang mengitari area laga. Lalu dengan keahlian ringan tubuh  yang mencapai tahap sempurna, sekejap saja bayangannya menghilang dari jangkauan mata para penonton yang hadir disana.

Kabur bukan berarti kalah, menyusun rencana untuk bertempur lagi meraih kemenangan di kemudian hari adalah taktik yang cerdas bagi Pelukis Darah.

"Aku tidak kalah hari ini! Kedepannya akan kurebut mustika itu dan membuatmu menyesal!"  teriaknya diakhiri suara tawa yang keras bergema.

Disamping Kitab Lentera Merah yang diturunkan dari gurunya Petapa Lembah Hitam ternyata Pendekar pelukis darah diam diam mempelajari Kitab Sembilan Kegelapan untuk menambah kesaktiannya. Beberapa nyawa manusia tak berdosa telah ia korbankan untuk menjadi budak iblis. Karena itulah ia dapat merasakan jika Larantuka juga menggunakan ilmu yang sama.

Sandungan seratus tumbal darah tulang manusia inilah yang membuat Pelukis Darah hanya bisa mempelajari hingga ke tahap lanjut. Untuk naik tahap empat lagi ia harus mencari ratusan korban manusia dan itu tidak bisa lagi dilakukan secara diam-diam layaknya tahap awal. Syarat ini teramat berat, belum lagi jika ingin menguasai tahapan Nitis Sungsang. Ia harus berendam dalam kolam yang penuh diisi dengan darah manusia agar bisa terlahir kembali.  Pendekar lain tentu  akan segera memburu kepalanya apabila ketahuan bersekutu dengan iblis.

Yang membuatnya tak habis pikir entah bagaimana caranya Larantuka bisa menguasai tahapan yang lebih tinggi tanpa terdengar ada pembantaian tumbal besar-besaran di dunia persilatan sama sekali. 

Larantuka, akan aku cari rahasia Sembilan Kegelapan milikmu dan akan membuat perhitungan denganmu di lain waktu!


***

Suasana Medan laga dipenuhi hiruk pikuk para penonton dari kejauhan. Tersisa tiga kontestan lagi diantara reruntuhan gelanggang arena akibat bentrokan maha dahsyat.

Bulan Putih tengah bersila mengambil napas untuk meringankan luka dalamnya. Begitu pula dengan Mahawira yang tampak sudah mampu berdiri lagi. Dengan ilmu Es Api yang dimiliki ia mampu menyembuhkan lima puluh persen cideranya dengan cepat. Boleh dibilang diantara lima kitab utama, Ilmu Es Apilah yang memiliki daya penyembuhan paling tinggi.

Ia mengatupkan tangan dan mulai melafalkan japa mantra ajian Segara Geni. Walau harus mengerahkan seratus kali pun akan ia lakukan untuk meraih kemenangan. Tidak perduli jika keadaan sekitar sudah luluh lantak terkena sambaran jurusnya yang ganas.

Larantuka si Pendekar Cacat Pembasmi Iblis episode : Maut Di KarangSetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang