Bab 1 Teror Desa Kemukus

795 53 4
                                    

Iblis itu tak tertarik kenyal jantungmu
Rasa takutmulah yang ia nikmati

***

Waktu seakan berjalan begitu cepat, saat kedua sosok berusaha menerjang lautan semak belukar. Kedua sosok itu, Sapali yang bertubuh agak gempal dan Sartam yang berbadan kurus kerempeng nampak terengah, sinar ketakutan terpancar dari wajah mereka saat sesekali melihat ke langit yang terlalu cepat menjadi gelap.

Rasa was-was juga membuat mereka harus berkali-kali melihat kebelakang untuk meyakinkan mereka tidak sedang diikuti oleh sosok mahluk dari alam lain.

"Celaka Kang kita kemalaman" sesal Sartam.

"ini gara-gara kamu, mengajak menjala ikan sore-sore!" gerutu Sapali. "Aku lupa kalau danau ini menjadi tempat wingit setelah kematian Sarinti"

"Hussh jangan keras-keras kang!" seru Sartam, ia masih ingat bagaimana jasad Sarinti menggembung penuh air saat ditemukan mengambang di tengah telaga oleh warga. membicarakannya sama saja mengundang dia untuk hadir.

Jasad itu diketemukan satu matanya melotot hampir keluar, sedang yang satunya sudah bolong habis dimakan ikan. Desas desus menyebar, Sarinti meninggal setelah menyerahkan jiwa pada iblis akibat tak kuat didera kemiskinan.

Memikirkan itu Sapali hendak muntah. Pada keadaan yang  telah memaksa, juga pada orang yang mulai tak peduli. Dulu sempat ia sesekali memberi makan kepada wanita gelandangan itu, namun setelah dimarahi oleh istrinya ia tak pernah lagi memberi makan Sarinti.

"Kita dapat banyak ikan kang tapi ... terpaksa kita tinggal karena terlalu berat..." keluh Sartam lagi. Entah apa dua ekor ikan mas yang masih ia bawa cukup mengisi lima mulut anaknya di rumah.

"Ya sudah mau bagaimana lagi, daripada kemalaman nanti ada..." Sapali tak melanjutkan perkataan. Karena mendadak lubang hidungnya mengembang mencium aroma ganjil.

Wangi kembang kantil yang amat menyengat. Padahal disekitar situ tidak ada pohon bunga kantil yang tumbuh.

"Bau apa? Aku tak mencium apapun, kamu jangan ngawur!" bisik Sartam sambil mencekal erat lengan baju Sapali.

"Sumpah aku mencium bau bunga Tam!  Jangan-jangan itu arwah... "

Belum selesai bicara terdengar suara tawa wanita membelah kegelapan malam.

Sartam seperti tak mempercayai pandangannya sendiri.

Kik kik kiik kiiik

Jantung kedua orang itu seperti hendak lompat. Suara setan gentayangan Santini terdengar seperti mendekati mereka. namun tidak terlihat darimana asal suara itu.

"Lihat!" ujar Sartam menunjuk.

Dari kegelapan rimbun pohon muncul sebuah wajah penuh darah yang hancur berantakan dan berambut kusut.

Arwah Santini yang menjadi kuntilanak memergoki dua warga desa itu. Matanya melotot sementara mulutnya menyeringai seperti hampir robek dengan gigi runcing tak wajar.

Sartam lantas mengambil langkah seribu,  siapa yang mau diculik demit dan menjadi santapannya? sementara Sapali yang tambun semakin tertinggal di belakang dengan raut seputih kertas.

Namun setan berbaju putih itu tak mau melepaskan buruannya, ia terbang rendah mengikuti kedua pria malang itu sambil tertawa cekikikan.

Sapali berlari kepayahan, oleng seperti kapas randu tertiup angin. Berusaha menghindari batang pepohonan yang tumbuh menghadang.

Dug

Ia terantuk akar pohon Bayan lalu terjatuh ke tanah. Sapali sudah tak mampu lagi untuk bangkit, jangankan berdiri untuk napas saja hampir putus. Perutnya yang bulat terlihat kembang kempis kehabisan udara.

Larantuka si Pendekar Cacat Pembasmi Iblis episode : Maut Di KarangSetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang