Bab 27 Pertemuan Pendekar (2)

263 24 8
                                    

Ruang Aula pendekar Swarnadipha mulai terlihat penuh dengan para undangan. Ribuan pasang mata melihat pada satu titik, sudut ruangan yang tertutup tirai, menyisakan siluet bayangan seorang wanita yang terlihat anggun dan gemulai.  Mereka saling berkasak-kusuk menduga seberapa cantik puteri utama pewaris gelar Majikan Benteng Hitam itu.

Bila berhasil meminangnya bukankah akan menjadi berkah tujuh turunan bagi mempelai pria? tidak hanya menguasai kekayaan dari benteng hitam akan tetapi juga kekuatan senjata-senjata mustika milik Benteng Hitam yang sulit ditandingi. Yang sudah tampak oleh mata tentu saja adalah tujuh senjata mustika milik Dewi Mustika Tujuh alias Kirana!

Sementara kursi dan meja para hadirin dibuat melingkar menyisakan sebuah tempat lapang ditengah-tengah ruangan. Di tanah lapang itu terdapat meja panjang terbuat dari kayu jati ribuan tahun yang mengkilap dan penuh ukiran, tepat didepan singgasana kehormatan Majikan Benteng Hitam. Tampaknya meja itu adalah meja kehormatan dimana tidak semua pendekar bisa seenaknya menaruh pantatnya diatas keenambelas kursi yang tersedia tanpa menunjukkan keahlian ataupun pamor terlebih dahulu.

Suara gong kehormatan kembali dibunyikan tiga kali, diikuti langkah tegap sesosok tegap berwibawa yang menjadi sosok utama di ruangan ini. Angin berhembus kencang dari luar aula dan seperti berputar-putar di sekitar badan Ki Waranggeni yang memakai zirah kebesarannya. Disampingnya mengiringi seorang pria kurus berwajah putih yang merupakan adik kandung Kirana bernama Pangeran Paku Ireng. Khalayak segera menundukkan kepala dengan takzim. 

Adik Kirana itu mengedarkan pandangan ke sekeliling hadirin, ia sudah menunggu kedatangan sang calon mertua yaitu ki Rongkoh, namun sampai pertemuan ini belum nampak batang hidungnya pun laporand ari anak buah, apakah terjadi sesuatu di desa Kemukus? Padahal ia sangat berharap bisa mengenalkan ke khalayak ramai siapa calon pendampingnya.

Sementara dari balik tirai Kirana meremas-remas jari jemari, akankah rencana gilanya berhasil? Aturan menikah di usia duapuluh satu tahun bagi penerus tahta Benteng Hitam memaksanya bersiasat karena ia memang belum menentukan sang pendamping. Matanya memutari seluruh hadirin yang hadir di kejauhan, tidak ada  yang merenggut perhatiannya sama sekali.

Tirai itu dibuat  khusus sehingga ia bisa leluasa melihat para undangan yang datang, namun tidak dengan para tamu. Semua orang datang dengan pakaian terbagusnya, begitu mewah dan berkilat berharap dapat menarik perhatian sang putri di balik tirai. Seharusnya pernikahannya dimaklumi batal apabila dia bersanding dengan seorang pengemis, para pendekar elit itu tentu tidak terima bila ia harus disandingkan dengan seorang gembel. Syukur-syukur bila aturan wajib menikah itu dibatalkan. Untuk ini akan ada tetua benteng hitam lain yang mendukungnya secara diam-diam.

 Gadis berbibir merah ranum itu benar-benar telah mempersiapkan matang, turnamen bela diri akan segera digelar untuk memperebutkan dirinya, andai saja tidak ada perwakilan Kalingga ia yakin kemampuan pemuda misterius semalam mampu mengungguli semua pemuda yang ada di ruangan ini. Namun keikutsertaan Bulan Putih bisa jadi merusak rencana yang telah disusun matang, mampukah jagoannya menundukkan panglima dari Kalingga itu?

Apakah sang Eyang mau menjalin hubungan lebih erat dengan Kalingga menggunakan Kirana sebagai umpannya? Meskipun Bulan Putih terlihat sangat tampan ia belum menaruh perasaan apapun terhadap pemuda itu. Berbeda dengan para dayang dan tamu wanita yang wajahnya mudah memerah bila mendapat lirikan dari sang panglima kerajaan Kalingga.

Ki Waranggeni mengambil tempat di depan singgasananya. Lalu ia memberi salam kepada para pendekar dengan mengatupkan kedua tangan di dada. Auranya terasa kental dan berat berwibawa, menandakan kesaktian ilmunya sudah pada tahap yang sulit diukur.

Dari jauh Netra Mahawira berkilat memandang sesepuh itu dengan kedalaman ilmunya. Tidak terlihat kelengahan atau celah kelemahan dalam diri pak tua ini. Walaupun umurnya diatas seratus tahun, badan masih tebal berotot dan kencang, kemungkinan tua bangka ini sudah memasuki tahap Pertapa Abadi.

Larantuka si Pendekar Cacat Pembasmi Iblis episode : Maut Di KarangSetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang