Bab 9 Pertarungan di Atas Atap

475 44 4
                                    

Belasan bola Api masih berputar menderu di Langit Rumah Kepala Desa , membawa angin panas serasa membakar kulit. Angin kencang itu menampar daun jendela, memekakkan telinga dengan suara berderak. Tak urung beberapa penjaga terdorong mundur beberapa langkah.

Satu sosok masih berdiri tegar menantang ancaman para banaspati, Bergola Ijo menatap tajam mahluk penebar petaka itu, ia lebih penasaran pada dua sosok yang berdiri di atas atap Rumah Ki Rongkoh saat ini, karena ia tahu Banaspati kiriman ini adalah pengalih perhatian. Kemungkinan besar sosok dibalik serangan siluman ini adalah salah satu diantara dua bayangan diatap dan yang mampu memerintah mahluk Banaspati sebanyak ini pastilah bukan mahluk sembarangan. 

Sekarang yang Bergola Ijo harus lakukan adalah mengenyahkan para demit ini sebelum mencapai atap. Bukanlah perkara mudah karena demit Banaspati sulit ditaklukkan, tingkat kesaktian mereka lebih tinggi dibanding jenis demit lain. Teror Banaspati sangat menakutkan, dari pembawa teluh, santet serta sihir mematikan. Juga mampu mencabut nyawa satu desa dalam hitungan hari apabila para pemuja iblis telah menaruh kutuk pada desa itu. Mereka menyerang dari udara di kegelapan malam, nampak seperti nyala obor yang melompat lompat dari kejauhan, dan semakin membesar saat buruan yang diincarnya melarikan diri. 

Wutttt

Tiga Bola Api turun dari langit, menghujam secepat kilat bagai meteor.

Gigi Bergola Ijo bergemeretak kencang, ia menyiapkan hawa pukulan Guntur Saketi di kedua tangan yang terkepal menyilang di depan dada, sontak terdengar suara guntur berentetan saat prana murni mulai mendesak kedua kepalan tangannya. Itulah keistimewaan saat ilmu ini dikeluarkan.

Ledakan keras terdengar.

Tiga serangan itu tiba tiba meledak di tengah udara, terlihat gulungan angin tajam bersama liukan benda putih bercahaya mementahkan terjangan Banaspati tadi. Serangan tadi bukanlah datang dari Bergola Ijo, sama sekali bukan.

Bergola Ijo menajamkan pengelihatan untuk memastikan benda apa yang telah mementahkan serangan tadi, rasa senang terpancar dari senyum diwajahnya.

"Cambuk Bayubajra! Dinda Nararatih rupanya kau datang juga meski terlambat!"

Bersamaan itu terdengar teriakan wanita yang tajam dan penuh prana dari ujung dahan pohon randu.  Tenaga dalamnya sudah sempurna sehingga pucuk pohon itu terlihat sedikit menunduk diterpa angin kencang. Sosok pendekar itu memutar-mutar senjata pusaka berbentuk pecut dengan luwes.

Raungan angin semakin menjadi-jadi seakan mengabarkan kedatangan pendekar mahasakti berbaju serba merah itu. Dengan sekali sentak wanita itu melayang menuju kerumunan Banaspati yang berputar laksana lesus. Tampak Cambuk pusaka menyerang dengan ganas ke delapan penjuru untuk memecah formasi yang dibuat demit api.

Kawanan Banaspati itu terlihat marah, mereka membuka mulut yang penuh gerigi tajam sambil memperlihatkan kerongkongan yang dipenuhi api merah menyala , tiga diantaranya meniupkan lidah api maha panas ke arah sang pendekar wanita. Namun dengan sigap Nararatih, adik termuda dari tiga serangkai pendekar akhirat memutar cambuknya bagai tameng besi yang kokoh.

Dengan benteng angin yang ditimbulkan, jilatan api yang membakar tidak mampu menyentuh kulit mulus dara ayu tersebut. Malahan api tersebut terpental kembali ke empunya. Dalam satu kelebatan Nararatih dengan lincah melecutkan lima serangan cambuk pusaka ke arah pusar para Banaspati. Serangan balasan ini sangat tiba-tiba tanpa sempat ditangkis demit itu.

Akibatnya naas, kawanan itu tersengat cambuk sakti sampai terpental dari tempat semula, jatuh ke bumi bagai layangan putus.

Para penjaga terkesima melihat pertarungan Nararatih. Kesaktian tiga pendekar akhirat memang bukan isapan jempol belaka, bila Bergola Ijo terlihat garang dan kuat mandraguna, kebalikannya Nararatih menyimpan ilmu tinggi dibalik kelincahan dan gerak tipu yang dilancarkan.

Larantuka si Pendekar Cacat Pembasmi Iblis episode : Maut Di KarangSetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang