Beberapa jam sebelumnya, terlihat Larantuka sang pendekar cacat dan Kirana putri pewaris tahta utama Benteng Hitam, kedua sejoli itu sudah berunding dengan seksama di ruang peristirahatan sang putri yang mewah dan luas sebelum upacara pernikahan dilangsungkan.
Tampak beberapa dayang istana hilir mudik mempersiapkan bunga-bunga yang meriah dan pakaian pernikahan. Tampak bina bahagia terpancar di wajah mereka karena sang putri hendak menikah. beberapa diantara mereka bekerja dengan cekikikan sambil memandang sepasang kekasih dengan wajah yang rupawan.
Agak jauh di balkon ruangan yang menghadap ke arah laut nampak Kirana tengah duduk di meja kecil dari pualam. Sementara Larantuka berdiri dengan bersandar ke dinding memandang tajam ke arah gadis cantik itu. Pemandangan laut yang indah disaat senja tidak menarik minat kedua orang itu.
"Maksudmu ada Raja Iblis yang bersemayam di Benteng Ini? bukan main, bukannya aku tak percaya tapi penjagaan disini sangat ketat. Lalat pun tidak akan bisa lolos dengan mudah" ujar Kirana dengan raut sangsi.
Ia menyelidik wajah Larantuka yang tetap terlihat tenang. Pemuda itu tidak pernah berdusta, bahkan sejak mereka bertemu di lereng diatas jurang tepi laut. Ia selalu menepati janjinya termasuk untuk berduel dengan taruhan nyawa.
"Tapi karena kau yang mengatakan aku juga akan mengirimkan orang-orangku yang terpercaya. Walaupun si Tua itu sudah menugaskan anak buahnya aku masih sangsi mereka akan bekerja dengan teliti." tambah Gadis itu dengan mantap.
Larantuka kembali teringat akan pesan Ki Rongkoh untuk menyelamatkan anaknya Kinasih, namun kali ini prioritasnya adalah Candini.
"Aku sudah memenuhi permintaanmu untuk memenangkan pertandingan. Sekarang cepat berikan Candini kepadaku. Lantas aku akan segera enyah dari sini." pinta Larantuka dengan nada dingin. Sudah cukup lama ia terpisah dengan adik dari Candika itu dan ia cukup cemas, karena tidak tahu sama sekali bagaimana keadaannya saat ini.
Kirana menghela napas gadis itu melirik sekejap ke arah pemuda tampan berkulit putih itu lalu memutar kedua bola matanya yang jernih. Seolah-olah berkata :
Apakah hanya ada dia yang ada di dalam pikiranmu?
Entah apa yang ada dipikiran Gadis Cantik berbaju merah itu, ia tidak lantas menjawab. bicaranya hanya bergumam tanda ia sedang memutar otaknya. Kirana memikirkan rencana selanjutnya untuk kembali menguasai keadaan karena keputusan Waranggeni menerima Larantuka menjadi pemenang memang di luar nalar. Tidak ada yang menyangka sama sekali baik rakyat Benteng Hitam ataupun Para Petinggi istana bahwa Larantuka bisa menyingkirkan Bulan Putih dalam memperebutkan Kirana.
Ia masih ingat betapa masam wajah Pangeran Bulan Putih saat Waranggeni tidak mengindahkan kata-kata Bulan Putih. Pangeran itu mengatakan bahwa keputusan yang tergesa dari Ketua Benteng Hitam sama artinya mengabaikan masukan dari Negara Kalingga. Mengabaikan Kalingga, berarti mengundang bencana besar bagi keberlangsungan Aliansi Benteng Hitam dan Kalingga.
Dan entah mengapa ia juga tidak ingin Larantuka menghilang begitu saja dari kehidupannya. Namun jelas pernikahan ini hanyalah sandiwara belaka. Mau tak mau pendekar pengelana itu harus pergi kembali untuk melanjutkan misinya.
Akhirnya Kirana menghela napas panjang. Ia sudah mengambil keputusan. Ia lantas memanggil semua dayang-dayangnya agar mereka segera meninggalkan ruangan. Kepada salah seorang dayang kepercayaan ia membisikkan beberapa pesan. Setelah itu dia kembali ke hadapan Larantuka. Kini hanya ada mereka berdua di kamar.
"Tidak semudah itu, aku memintamu untuk menikahiku bukan?" ujar Kirana.
"Lalu?"
"Nanti disaat para empu hendak menjadikan kita pasangan... Aku mau kau kabur dari altar suci. Bagaimanapun caranya. Jangan sampai pernikahan ini jadi terlaksana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Larantuka si Pendekar Cacat Pembasmi Iblis episode : Maut Di KarangSetra
ParanormalPerjalanan Candini dan Larantuka dalam mencari Penawar Racun Tujuh Langkah kembali dikisahkan, dalam empat puluh dua hari tersisa hingga racun merengggut nyawa Candini, mampukah mereka mengatasi segala marabahaya yang menghadang?