Bab 50 Dalam Kebimbangan Rasa

224 22 2
                                    


Candini berusaha membuka matanya perlahan, namun yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan. Nampaknya seseorang telah menutupi kedua netra gadis berbaju kuning itu dengan kain. Yang bisa ia rasakan adalah ia berada dalam sebuah tempat kecil yang terus berguncang. Terdengar derak suara pedati yang teratur, rupanya ia sudah berada di dalam kereta kencana yang sedang melaju.

Dengan susah payah gadis itu  berusaha bangkit tapi tangan dan kakinya terikat seuas tali sehingga Candini hanya bisa menyandarkan pundaknya ke dinding kayu. Jantungnya berdebar kencang, jika musuh ingin membunuhnya saat ini hal itu adalah sangat mudah.

"Eh, kau sudah siuman? Apakah kau ingin melihat?"

Sebuah suara merdu mengagetkan Candini, terdengar lembut sehingga mempu meredakan sedikit kekuatirannya. Saat ini ia sedang dalam keadaan tak berdaya dan ia benar-benar membutuhkan pertolongan. Maka gadis itu pun mengangguk.

Sebuah tangan lentik dan halus membuka ikatan kain di mata Candini. Saat terbuka, Gadis itupun mengerjapkan matanya yang terasa sedikit perih.

Dihadapannya sudah ada gadis ayu yang tersenyum ramah ke arahnya. Gadis itu begitu cantik mengenakan baju gaun berwarna hijau. Dan matanya berwarna hijau bening terlihat berbinar dan memancarkan daya magis yang mempesona.

"Siapa Nisanak? Kita ada dimana?" tanya Candini dengan terbata.

"Namaku Kinasih, Aku juga manusia sepertimu, saat ini kita ada di dalam Kereta Kencana Penjemput Sukma milik Raja Demit Karangsetra. Aku harap kau tidak takut berada disini." ujar Kinasih penuh harap. Ia sangat senang bertemu dengan gadis lain yang sebaya dengan dirinya.

Candini pun mengangguk sambil memerkenalkan namanya. Rupanya gadis yang dihadapannya adalah Kinasih, kembang desa dari Kemukus yang dicari-cari selama ini. Gadis malang itu ternyata  benar telah diculik oleh kawanan demit dan dibawa menggunakan sebuah kereta kencana. 

Entah sudah berapa lama Candini tidak sadar, yang jelas ruangan itu tertutup rapat tanpa ada sinar baik matahari maupun rembulan yang bisa masuk. Hanya lampu minyak tergantung yang membuat sasana menjadi terang benderang. Tiba-tiba matanya membulat saat melihat benda yang ada di dalam kereta, tepat di belakang Kinasih.

Dua buah peti mati berukuran besar nampak berjejer. Peti itu terbuat dari kayu besi berwarna hitam dan nampak kusam. Bau wangi dan busuk saling bercampur dari kedua peti itu membuat mual perut Candini. Bulu kuduknya meremang saat terdengar suara dengkuran dari salah satu peti itu. Seakan-akan ada sosok iblis yang bersemayam di dalamnya.

"Tidak perlu takut, Candini. Saat ini ayam sudah berkokok. Dan Matahari sudah menampakkan wujudnya. Semua Iblis akan berada dalam kondisi terlemahnya." ujar Kinasih seperti mengetahui isi pikiran gadis itu. "Apakah kau haus? aku akan mengambilkan air untukmu. Kita bisa mengobrol banyak setidaknya sebelum matahari tergelincir."

Candini tersenyum kecut, berarti tebakannya benar. Ada Iblis yang bersembunyi di dalam peti itu. Bagaimana bisa gadis secantik ini bersikap  sangat tenang  sementara disebelahnya ada raja iblis haus darah yang hendak bangkit?

"Tidak perlu! lekas bukakan ikatanku Kinasih, kita harus meloloskan diri dari tempat ini." bisik Candini dengan suara parau. Ia ingin segera pergi dari tempat ini selagi bisa. Kinasih pun mematuhi perntah Candini, tanpa banyak cakap ia melolos ikatan tali yang membelit di tangan dan kaki Candini.

"Ayo!"

Namun Kinasih menggeleng. Gadis cantik bermata hijau itu malah surut ke belakang peti. Aneh sekali mengapa gadis itu menolak untuk diselamatkan?

"Kau pergilah saja Candini. Selamatkan dirimu. Aku mau tetap berada disini menemani Kanjeng Gusti Patiyaksa..."

Candini terbelalak. Sejenak ia mematung berusaha memahami kata demi kata dari Kinasih. Apakah gadis itu sudah gila? ataukah ia sudah termakan sihir ajian sirep para mahluk halus itu sehingga menjadi linglung. Namun mata Kinasih yang jernih menandakan gadis itu tidak terpengaruh sihir apapun.

Larantuka si Pendekar Cacat Pembasmi Iblis episode : Maut Di KarangSetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang