BAB 16

6.3K 189 6
                                    

Baskara menatap ke arah Varsha yang tertidur di kursi sebelah kemudi, tubuh perempuan itu Baskara tutupi dengan menggunakan jasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baskara menatap ke arah Varsha yang tertidur di kursi sebelah kemudi, tubuh perempuan itu Baskara tutupi dengan menggunakan jasnya. Sudah hampir dua jam lamanya Varsha tertidur. Tidur perempuan itu tampak begitu pulas seperti orang yang belum tidur selama berhari-hari. Baskara mengetuk-ngetukkan jarinya di setir mobil, mobil yang sudah terparkir tidak juah dari Secret.

Sejak satu jam yang lalu mobil Baskara terparkir di sana, tapi Baskara belum membangunkan Varsha, membiarkan perempuan itu melepaskan kantuknya. Merasa bosan, Baskara menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, mengangkat kedua tangannya, ditaruh di belakang kepala membentuk siku-siku. Baskara menunggu dengan santai, menatap lurus ke depan, tampak jika Secret sudah tutup, lampunya mati. Jelas saja, sekarang sudah lewat tengah malam.

Tubuh Varsha bergerak, mengerjap-ngerjapkan matanya. Perlahan mata Varsha terbuka sempurna, tangannya bergerak menutup mulutnya yang menguap, dia masih mengantuk.

“Kau sudah bangun?” Tanya Baskara, menatap Varsha.

Varsha menoleh, menganggukkan kepalanya. Dia beralih menatap jas Baskara yang menutupi tubuh bagian atasnya. “Berapa lama aku tertidur?”

“Lumayan lama, lebih dari dua jam”

“Benarkah?” tanya Varsha terkejut, di balas dengan anggukkan oleh Baskara. “Kau harusnya membangunkanku” Varsha mengambil jas Baskara, mengembalikannya kepada laki-laki itu. “Terima kasih sudah meminjamkan jasmu”

Baskara mengambil jasnya, mengedikkan bahu. “Tidak masalah. Aku hanya tidak ingin tergoda melihat tubuhmu”

Varsha mendengus kesal, dia memilih mengabaikan Baskara, menarik matanya menatap ke depan. “Kau mengantarkanku ke Secret?

“Aku tidak tahu rumahmu di mana, aku hanya tahu tempat ini karena kau pernah minta di antar ke sini”

Varsha mengangguk. “Iya, tidak masalah. Aku juga biasa menginap di Secret

Baskara menghadapkan tubuhnya ke kursi belakang, mengambil sesuatu yang ada di kursi belakang. Sebelumnya, dia mampir ke apotek untuk membeli ice bag untuk mengompres kaki Varsha, dan juga perban elastis.

Baskara menatap Varsha. “Biar aku bantu mengompres kakimu"

Varsha mengernyit bingung. “Biar nanti aku kompres sendiri”

Baskara menggelengkan kepalanya. “Aku sudah membeli alat kompres di apotek, sayang jika tidak terpakai. Mana? Angkat kakimu” Baskara memegangi kaki kanan Varsha, mengangkat kaki perempuan itu untuk naik ke atas pahanya.

“Posisi ini tidak nyaman bagiku” ucap Varsha. Tangannya menutup bagian sela pahanya, bajunya tersingkap karena satu kaki yang di angkat.

Baskara melirik paha mulus Varsha yang terlihat begitu jelas, dan selangkangan perempuan itu juga terlihat, tapi berusaha di tutupi dengan tangan oleh Varsha. Baskara beralih mengambil jasnya tadi, menutupi bagian paha Varsha dengan jas. “Jika kau tutup pakai ini, aku tidak akan bisa melihat celana dalammu”

Varsha berdeham, Baskara mengatakan kalimat vulgar dengan wajah yang begitu santai. Sepertinya kalimat-kalimat seperti itu adalah makanan sehati-hari bagi Baskara.

Baskara mengeluarkan ice bag dari kantong plastik, menempelkannya di pergelangan kaki kanan Varsha yang keseleo. Mata Baskara berfokus pada kaki Varsha. “Apa kau tidak tidur berhari-hari? Tadi tidurmu nyenyak sekali” tanyanya, tanpa melihat ke arah lawan bicara.

Varsha menatap kepala Baskara yang tertunduk, laki-laki itu fokus mengompres kakinya. “Aku bekerja sampai larut malam. Selama aku sakit kemarin, aku tidak bisa berangkat bekerja, jadi aku harus menutupi kekurangan penghasilanku selama tiga hari itu”

Baskara mengangkat kepalanya, menatap Varsha, tatapan mereka bertemu selama beberapa detik sampai Varsha memutuskan tatapan itu. “Kau juga tidak akan bisa bekerja setelah ini” Varsha menatap Baskara dengan dahi berkerut. “Kau tidak mungkin bekerja dengan kondisi kaki yang keseleo”

Ah, iya, Varsha pasti harus libur bekerja lagi sampai kakinya sembuh. “Aku akan di pecat lagi jika tidak masuk bekerja. Sepertinya aku harus mencari pekerjaan baru setelah kakiku sembuh, paling aku sudah bisa berjalan normal besok”

“Ini sudah besok” Baskara melirik jam digital yang ada di dashboard mobil. Pukul 00.34.

Varsha mengikuti arah pandangan Baskara. Sudah memasuki hari besok ternyata. “Besok satunya lagi”

Baskara terkekeh, dia kembali mengompres pelan kaki Varsha. Kemudian, Baskara beralih mengeluarkan perban elastis, membalut kaki Varsha dengan perban itu. “Perban ini akan membantu mempercepat penyembuhan kakimu, itu kata apotekernya”

Varsha menganggukkan kepalanya. “Sekali lagi, terima kasih”

Baskara mengangkat bahu. “Tidak masalah” Tangan laki-laki itu masih memegangi kaki Varsha yang berada di pahanya, padahal dia sudah selesai mengobatinya. “Berhenti bekerja” Baskara menatap Varsha serius. “Jika kau butuh uang, kau bisa memintanya padaku”

“Aku tidak mau. Kau bukan mesin pencetak uang untukku” tolak Varsha. “Kau tidak memiliki tanggung jawab untuk menafkahiku, kau bukan keluargaku, kau hanya orang asing di hidupku”

“Aku akan menjadi suamimu nantinya”

“Tetap saja, aku bukan tanggung jawabmu” tolak Varsha lagi.

Meskipun nanti Baskara menjadi suaminya, Varsha bukan tanggung jawab Baskara. Mereka menikah karena kontrak, dan Varsha sudah di bayar di muka, jadi sekarang adalah tugas Varsha untuk membalas bayaran yang telah dia terima.

“Jika kau tidak mau berhenti bekerja, aku akan memaksamu”

Varsha membuka mulutnya, hendak memprotes.

“Sstt.... Aku memintamu berhenti bekerja karena kau harus fokus dengan rencana pernikahan kita. Kau sudah aku bayar, harusnya aku yang menjadi prioritasmu”

“Aku akan tetap menjalankan tugasku, tapi aku tidak akan berhenti bekerja. Jika aku tidak bekerja, aku akan mati kelaparan”

“Untuk itu, aku akan memberikanmu uang untuk memenuhi kebutuhanmu, anggap saja itu bonus, dan kau hanya perlu berfokus dengan rencana pernikahan kita. Berhenti untuk bekerja”

“Aku tidak mau!” Varsha menatap Baskara kesal. Enak saja laki-laki itu mengaturnya. Menjual dirinya seharga 200 juta saja sudah membuat Baskara dengan seenak hati merendahkannya, apalagi jika laki-laki itu menanggung seluruh biaya hidupnya. Varsha tidak akan punya harga diri lagi.

“Kau ingat isi pasal 3? Kau harus menurut apa kataku”

Varsha mendengus, dirinya terikat pasal dengan Baskara. Laki-laki itu sudah memikirkan semuanya saat dia menuliskan beberapa pasal itu di kontrak pernikahan mereka. “Aku lebih suka bekerja dari pada berdiam diri”

“Kau tidak akan berdiam diri saja. Kau akan di buat sibuk oleh Mamaku”
Varsha mengernyit bingung.

“Kau ingat apa katanya tadi? Dia ingin mengujimu. Kau lihat saja, dia akan terus mengganggumu sampai kau menyerah dan memilih untuk batal menikah denganku”

“Apa itu jenis perpeloncoan untukku?” sungut Varsha. Apa kekejaman mertua akan Varsha rasakan?

Baskara terkekeh. “Kau bertahan saja. Jangan takut, lawan saja. Dia memang sedikit bawel, aku akui itu. Aku saja tidak tahan mendengar omelannya. Aku tahu kau bisa menanganinya, kau juga pemarah”

Varsha melotot, membuat Baskara tergelak. “Kau mengataiku?!”

“Aku tidak mengataimu, aku hanya memberikan semangat supaya kau bisa menghadapi Mamaku. Hanya urusan Mamaku yang perlu kau urus, persiapan pernikahan biar aku yang mengurusnya”

Varsha diam saja, dia juga tidak mau mengurus pernikahan pura-pura ini, biar semuanya di serahkan kepada Baskara, biar laki-laki itu mengatur semuanya. “Terserah kau saja”

“Kau setuju untuk berhenti bekerja?”

Varsha tampak berpikir sejenak. “Aku setuju, aku bisa bekerja kembali setelah urusan di antara kita selesai”

Baskara menganggukkan kepalanya. “Aku suka perempuan yang penurut”

Varsha mendelik kesal. “Aku tidak menuruti perkataanmu! Aku melakukan ini karena kau sudah membayarku!” sanggahnya tidak terima.

Baskara tertawa. Varsha bukan perempuan yang akan tunduk pada laki-laki. Baskara harus bekerja keras untuk membuat Varsha tunduk padanya. Tidak adil jika hanya dirinya yang bertekuk lutut kepada Varsha karena Baskara begitu mendambakan tubuh Varsha.

*****

BAYAR DI MUKA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang