BAB 20

6.7K 166 2
                                    

“Kita akan menikah lusa”
“Kau gila?!” Varsha menatap Baskara yang duduk di kursi kemudi dengan wajah terkejut sekaligus kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kita akan menikah lusa”

“Kau gila?!” Varsha menatap Baskara yang duduk di kursi kemudi dengan wajah terkejut sekaligus kesal.

Pernikahan mereka yang direncanakan sebulan lagi di percepat menjadi lusa, dan Varsha baru di beri tahu hari ini.
Baskara datang menemuinya di Secret setelah terakhir mereka bertemu ketika laki-laki itu mengantarkan Varsha pulang, tiga hari yang lalu saat tragedi di kantor yang Varsha lihat. Baskara tidak lagi menghubunginya, sampai akhirnya beberapa menit yang lalu Baskara mengabarkan jika dia sudah berada di depan Secret. Di sinilah Varsha berada sekarang, di dalam mobil Baskara yang terparkir tidak jauh dari Secret.

Baskara menatap Varsha, dia sudah memikirkannya, lebih cepat lebih baik. “Aku hanya memberitahumu, bukan meminta persetujuanmu. Ini tugasmu bukan? Kau harus menikah denganku sesuai dengan kesepakatan kita, dan aku bebas menentukan kapan kita akan menikah”

“Ya, tapi” Varsha kehabisan kata-kata, tidak tahu bagaimana lagi caranya berbicara dengan seorang Baskara. “Kau baru saja tidur dengan perempuan lain, dan kau malah mempercepat pernikahan kita. Orang tuamu akan curiga, Bas! Mereka akan tahu jika kau menikah denganku hanya karena ingin menghindari bertanggungjawab kepada Clara”

“Aku tidak menghindari tanggung jawabku!” Baskara tidak terima dirinya di katakan lari dari tanggung jawab. “Memangnya apa yang aku lakukan padanya?”

“Kau bercinta dengannya”

Baskara tersenyum miring. “Kau pikir aku satu-satunya laki-laki?” Baskara menggelengkan kepalanya. “Aku kenal Clara dari kecil, aku tahu bagaimana orangnya, dia perempuan yang bebas, sama sepertiku. Bukan masalah besar baginya bercinta sekali denganku”

Varsha menyugar rambutnya dengan tatapan lelah. Apa kehidupan orang kaya memang selalu bebas? Mereka bisa bercinta saat ingin tanpa memikirkan dengan siapa mereka melakukannya?

“Aku tidak tahu harus berkata seperti apa lagi padamu, Bas. Kau begitu bebas!” Varsha menatap Baskara tajam, Baskara bukan laki-laki yang bisa menghargai perempuan. “Kau brengsek!”

Hanya kata itu yang terpikirkan oleh Varsha untuk mendeskripsikan diri Baskara. Dengan mudahnya Baskara mengatakan jika yang dia lakukan itu bukan hal yang besar, tidak berpengaruh apa-apa dengan pernikahan mereka, laki-laki itu bebas, hidupnya penuh kebebasan. Tidak tahukah Baskara jika Varsha sulit tidur setelah melihat semua itu? Tentu saja Baskara tidak tahu, dia tidak akan peduli bagaimana efeknya pada Varsha.

“Kau membuatku bergairah, Varsha”

“Aku sedang tidak bercanda!” Varsha semakin kesal dengan Baskara. “Aku serius sekarang, Bas! Aku tidak menyangka akan terlibat dengan laki-laki yang begitu bebas, dan brengsek!”

“Aku juga tidak bercanda, aku bergairah denganmu!”

Mulut Varsha terbuka setengah, menatap Baskara tidak percaya. Apakah hanya gairah yang ada di otak laki-laki itu? Saat ini dirinya sedang marah, bukan menggoda Baskara. Varsha salah selama ini, dia tidak memiliki rasa apa pun kepada Baskara, tidak mungkin ada rasa untuk laki-laki seperti Baskara, bahkan setitik saja. Waktu itu dia hanya kaget, Varsha yakin seratus persen, dirinya menangis kala itu karena terkejut melihat orang bercinta di depannya.

“Aku tidak tahu harus menghadapimu seperti apa lagi, Bas” pasrah Varsha. Dia beralih menggerakkan tangannya untuk membuka pintu mobil, ingin segera keluar dari mobil Baskara. Berkali-kali Varsha menarik gagang pintu, tidak berhasil di buka. Varsha memutar tubuhnya, menatap Baskara kesal. “Buka pintunya, Bas!”

Baskara menggelengkan kepalanya. “Aku tidak akan membuka pintunya sebelum kau setuju untuk menikah denganku lusa” Baskara menggelengkan kepalanya saat teringat sesuatu. “Tidak, aku tidak perlu persetujuanmu karena kau sudah aku bayar di muka. Jadi, kau tidak bisa menolak, Varsha”

Brengsek. Varsha menatap Baskara dengan wajah yang sudah sangat kesal. Kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun. “Terserah padamu saja, Bas! Aku sudah di bayar, aku hanya mengikutimu sesuai kontrak kita. Kau puas mendengarnya?!”

Baskara menganggukkan kepalanya. “Bagus, kau memang harus menurut padaku. Lagi pula kau tidak peduli mau aku bercinta dengan siapa, kau kan hanya menjalankan tugasmu setelah di bayar. Jadi, kau tidak perlu marah-marah padaku”

“Kapan aku marah padamu?!” Varsha tidak terima dirinya dikatakan marah hanya karena hal yang tidak penting itu. Bukan urusannya. Apa yang Baskara lakukan tidak ada hubungannya dengannya.

“Kau baru saja marah padaku!”

Kalau bukan marah, untuk apa Varsha menatapnya dengan wajah kesal dari awal masuk ke dalam mobil. Jelas Varsha kesal dengannya. Suara perempuan itu juga selalu meninggi, tatapannya tidak pernah melembut dengan Baskara.

Varsha menghela napas pelan, mengontrol emosinya. Tenang, Varsha, hadapi Baskara dengan kepala dingin. Perlahan Varsha tersenyum kepada Baskara. “Aku tidak marah padamu”

“Senyumanmu jelek, Varsha” caci Baskara. Senyuman Varsha terlihat mengerikan, perempuan itu memaksakan bibirnya membentuk senyuman.

Mata Varsha melotot, kepalan tangannya dia ayunkan ke udara, berhenti tepat di depan wajahnya. “Kau ingin aku pukul, Bas?!” Varsha menurunkan kepalan tangannya. “Kau mau aku bagaimana lagi, brengsek?!” tanyanya frustasi.

“Kau diam!” Varsha langsung menghentikan mulut Baskara yang akan melontarkan kalimat bajingannya. “Aku tahu kau akan mengatakan jika kau bergairah mendengar umpatanku, berhenti mengatakan itu”

Baskara terkekeh. “Kau bisa membaca pikiranku” Padahal Baskara belum mengatakan apa-apa, dan Varsha sudah tahu apa yang ingin dirinya katakan.
Varsha menghela napas lelah, lelah menghadapi Baskara yang tidak bisa dia tebak. Lihat, laki-laki itu terkekeh ketika dirinya masih merasa begitu kesal dengannya. “Buka pintunya” pinta Varsha, volume suaranya sudah rendah.

“Jujur saja padaku, Varsha. Kau pasti marah melihat aku bercinta dengan Clara, makanya kau selalu mengungkit itu. Aku tidak menemuimu akhir-akhir ini karena ingin memperbaiki diri”

Varsha berdecih. Diri Baskara tidak akan bisa di perbaiki, laki-laki itu sudah benar-benar rusak, otaknya sudah geser, dan selangkangannya hanya memikirkan selangkangan perempuan. “Aku tidak marah, memangnya kau siapa bisa membuatku marah? Aku membebaskanmu melakukan apa pun yang kau inginkan”

Baskara menatap Varsha. “Benarkah? Kau yakin?”

Varsha mengangguk, dia tidak peduli dengan apa yang Baskara lakukan. “Kau bukan orang yang penting bagiku”

Baskara sedikit merasa terganggu dengan perkataan Varsha. Apa dirinya tidak sepenting itu bagi Varsha? “Meski aku melakukannya setelah kita menikah?”

Varsha menatap Baskara serius, tatapannya begitu tajam. “Lakukan saja, Bas. Tapi, jangan harap kau bisa menyentuhku setelahnya!”

Walaupun pernikahan mereka hanya bohongan, tapi bagi Varsha, pernikahan tetaplah hal yang sakral. Varsha juga tidak rela Baskara menyentuhnya setelah menyentuh perempuan lain. Varsha tidak sudi mengelap bekas orang lain. Yang terjadi sebelum di pernikahan akan Varsha biarkan saja, itu bukan lagi dalam kendalinya, tapi yang terjadi setelah pernikahan tidak akan Varsha terima apa pun alasannya.

Bibir Baskara tertarik membentuk senyuman, menatap Varsha remeh. “Kau yakin sekali aku akan sering-sering menyentuhmu, kau bisa saja hanya aku sentuh sekali saja”

Varsha memang menggoda di mata Baskara, tapi tidak bisa dipastikan jika Varsha akan sering Baskara sentuh. Prinsip Baskara, dia hanya memakai satu perempuan sekali saja, yang sudah pernah dia pakai, dia tidak akan berminat lagi.

“Apa pun itu, aku tidak peduli. Mau kau menyentuhku atau tidak, aku tidak peduli, malah aku bersyukur jika kau tidak menyentuhku” Varsha serius dengan kata-katanya, dia sangat berharap Baskara tidak akan pernah menyentuhnya. “Aku hanya tidak ingin kau membawa penyakit untukku”

“Kau kira aku bercinta dengan sembarang orang?!” Baskara tampak tidak terima, dia sangat selektif dalam memilih perempuan yang akan dia tiduri, dan dia selalu memakai pengaman, tidak pernah lupa, kecuali dengan Clara, itu terjadi tanpa direncanakan, dan di luar dugaannya.

BAYAR DI MUKA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang