Veni menoleh ke arah Varsha, sedikit mengernyit heran karena menantunya itu menatap ke arah lain. “Varsha” panggilnya, memegangi tangan Varsha.
“Ha, iya” jawab Varsha, menoleh ke samping, wajahnya tampak terkejut.
“Kau terus menatap ke arah suamimu. Apa kau begitu merindukannya karena kalian berjauhan?” ledek Kakak kedua Veni.
Varsha tersenyum malu. “Aku kebetulan melihat ke sana. Tadi kau menanyakan apa, Ma?”
“Bukan aku yang bertanya, tapi Kakakku” jelas Veni, tersenyum kepada Varsha.
Kakak pertama Veni menatap Varsha, meneliti penampilan Varsha. “Kau sudah hamil?”
Varsha kebingungan harus menjawabnya bagaimana, dirinya tidak akan hamil karena memang mengonsumsi pil KB. “Belum, Tan”
“Sekarang kau umur berapa?” tanya Kakak kedua Veni.
“27 tahun”
Semua orang di meja itu memusatkan perhatiannya kepada Varsha, membuat Varsha yang di tatap seperti itu merasa gugup, dia menggerak-gerakkan tangannya di paha. Tangannya mendadak dingin, serasa sedang di interogasi.
“Tidak masalah. Kau baru menikah, nanti pasti akan hamil” bela Veni, menggenggam tangan Varsha yang berada di bawah meja. Veni tersenyum kepada Varsha, dia tahu jika saat ini Varsha merasa kurang nyaman.
“Tetap saja, kau harus bergegas memiliki anak. Baskara anak tunggal dari keluarganya, dan dia harus memiliki anak untuk mewarisi semua harta kekayaan keluarganya” ucap Kakak pertama Veni, dia kemudian menatap ke arah Veni. “Kau mau semua kekayaanmu jatuh ke tangan keponakanmu, Veni? Kau tidak memiliki ahli waris lain setelah Baskara”
“Anakku masih muda, kau sudah membicarakan ahli waris saja. Mereka juga belum lama menikah, biarkan mereka menikmati masa-masa berdua terlebih dahulu” bantah Veni.
Adik Veni menatap ke arah Varsha. “Jangan dengarkan Vina, kakakku yang satu itu memang suka menuntut semua pengantin di keluarga kami untuk segera memiliki anak” bisiknya pada Varsha.
Varsha tersenyum, menganggukkan kepalanya.
“Apa sebelum menikah kau melakukan tes kesuburan?” kini kakak kedua Veni yang bertanya. “Benar kata, Vina, kau harus memberikan Baskara keturunan”
“Kenapa kalian malah memojokkan menantuku?!” Veni menatap kedua kakaknya itu dengan tatapan tidak suka. “Semua butuh proses, kau kira membuat anak semudah itu”
“Jika kau subur, kau bisa langsung hamil setelah menikah” balas Kakak ketiga Veni.
“Kau tidak melakukan tes kesuburan pada calon menantumu, Veni? Bagaimana jika dia mandul?”
Veni menatap Kakak pertamanya marah. “Jaga kata-katamu, Vina! Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu saat ada Varsha di sini!”
“Lebih baik aku membicarakannya langsung pada orangnya, dari pada aku membicarakannya di belakang” Vina, Kakak pertama Veni menatap ke arah Varsha. “Kau tidak tersinggung dengan ucapanku bukan? Aku hanya mengatakannya demi kebaikan anak dari adikku juga”
KAMU SEDANG MEMBACA
BAYAR DI MUKA (TAMAT)
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!) WARNING!! (21+) Hutang sebesar 200 juta yang di tinggalkan oleh ayah Varsha, membuat Varsha harus membanting tulang untuk mencari uang. Segala pekerjaan dia lakukan, tapi hanya cu...