BAB 41

4.9K 170 38
                                    

Baskara tersenyum sinis saat membaca pesan singkat dari Varsha, perempuan itu mengirimkan bukti transfer uang sebesar 20 juta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baskara tersenyum sinis saat membaca pesan singkat dari Varsha, perempuan itu mengirimkan bukti transfer uang sebesar 20 juta. Dari mana Varsha mendapatkan uang sebanyak itu hanya dalam waktu tidak sampai sehari? Baskara yakin jika Varsha tidak akan punya uang lagi, perempuan itu memberikan semua uang yang dia punya padanya.

Varsha Anindya
Aku sudah mengirimkan tambahan uang untuk membayar hutangku padamu.
Hutangku sisa 10 juta akan aku cicil.

Baskara menutup layar ponselnya, menaruhnya secara asal di atas meja kerjanya. Dia tidak butuh uang dari Varsha. Selama mereka bersama, apakah Varsha tidak pernah menaruh rasa padanya? Apa perempuan itu tidak merasakan apa pun saat tangannya menyentuh kulit telanjangnya?

Baskara mengalihkan fokusnya untuk mempelajari berkas yang ada di atas mejanya. Dia akan membiarkan Varsha jika memang perempuan itu begitu ingin pergi darinya, dia tidak akan menahannya. Baskara akan melihat seberapa lama Varsha bertahan jauh darinya? Dia yakin, Varsha akan kembali dengannya, memohon untuk diterima di rumahnya lagi.

Baskara berdecak sebal, melemparkan berkas di tangannya ke meja secara asal. Dia tidak bisa fokus bekerja. Meskipun Baskara mencoba berpikiran jika Varsha akan kembali, tapi dia tetap merasa takut. Bagaimana jika Varsha benar-benar tidak akan kembali lagi? Bagaimana jika perempuan itu malah menikah dengan laki-laki lain yang menjadi pelanggannya?

Memikirkan hal itu membuat dada Baskara memanas, dia melonggarkan dasi yang mengikat di lehernya. Baskara tidak akan membiarkan itu, tidak ada laki-laki lain yang boleh menyentuh Varsha selain dirinya. Hanya dia seorang. Hanya dia laki-laki yang berhak menyentuh Varsha. Hanya dia yang boleh memuaskan perempuan itu. Memangnya Baskara siapa sampai berpikir jika hanya dia yang berhak atas Varsha?

Suara ketukan pintu terdengar. Baskara mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Dinda masuk ke dalam ruangan Baskara dengan membawakan segelas kopi panas, seperti rutinitas biasanya, menyiapkan kopi setiap pagi untuk Baskara. Dinda tidak lagi membahas tentang perasaannya pada laki-laki itu, tapi dia juga tidak membuang perasaannya pada Baskara. Dinda hanya menunggu waktu yang tepat di mana nanti dia memiliki kesempatan untuk memiliki Baskara.

Dinda menaruh segelas kopi di meja Baskara. “Jam 2 siang nanti Anda ada meeting dengan klien, Pak” beritahunya.

Baskara menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Dinda menatap ke arah dasi Baskara yang berantakan. “Anda ingin Saya membantu merapikan dasi Anda, Pak?”

“Tidak perlu. Saya masih punya tangan untuk merapikannya” ketus Baskara, tanpa melihat ke arah Dinda.

Dinda tersenyum masam. “Baik, Pak. Kalau begitu Saya permisi.” Dinda membalikkan badannya, melangkah keluar dari ruangan Baskara.

Baskara mencoba untuk kembali fokus dengan pekerjaannya. Baru saja dia berhasil memfokuskan diri, pintu ruangannya kembali terbuka. Baskara mendengus kesal, menatap ke arah pintu. Baskara kira Dinda yang kembali masuk ke ruangannya, ternyata bukan, melainkan Veni yang berdiri di sana.

BAYAR DI MUKA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang