BAB 11

6.3K 206 0
                                    

Genre : Adult-Romance

Varsha berdiri di salah satu tonggak besar yang berada di depan kantor Baskara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Varsha berdiri di salah satu tonggak besar yang berada di depan kantor Baskara. Varsha menunggu dengan cemas, berharap Baskara belum pulang ke rumah, dan masih berada di kantor. Walaupun kemungkinannya sangat kecil mengingat sekarang sudah pukul 9 malam. Varsha melirik ke arah mobil rentenir yang memantaunya dari jarak beberapa meter. Butuh waktu lama untuk meyakinkan rentenir itu sampai dia memberikan izin pada Varsha turun mobil sendirian.

Varsha menatap parkiran VIP yang tidak jauh dari pintu utama kantor, di sana masih ada satu mobil yang terparkir, semoga saja itu mobil Baskara.

Varsha mengusap darah yang mengalir di kening dan hidungnya menggunakan tangan, mengelapkannya ke baju yang dia kenakan. Varsha akan menyerahkan dirinya kepada Baskara, laki-laki itu bebas menjadikannya istri selama yang dia inginkan. Kehidupannya bergantung kepada Baskara. Varsha tidak ingin berakhir menjadi pelacur.

Varsha merasa lega melihat Baskara yang keluar dari dalam kantor dengan seorang perempuan berjalan di sebelahnya. Varsha bersembunyi di balik tonggak besar, mendengarkan apa yang sedang di bicarakan oleh Baskara dengan perempuan itu.

“Apa aku boleh menumpang denganmu? Ini sudah larut malam” ucap Dinda, menoleh ke arah Baskara.

“Aku sudah menyuruhmu untuk pulang lebih awal. Kau tidak perlu menemaniku menyelesaikan pekerjaan”

Dinda tersenyum. “Aku tidak enak pulang terlebih dahulu jika atasanku masih bekerja. Jadi, aku bisa menumpang, Pak?”

“Aku akan memesankan taksi untukmu. Rumah kita tidak searah, aku tidak mau membuang waktuku. Aku sudah lelah bekerja” tolak Baskara.

Dinda tersenyum masam. Baskara masih belum mau membuka dirinya. Malam yang mereka habiskan waktu itu tidak berarti apa-apa bagi Baskara. “Aku akan naik taksi di luar kantor saja, Pak. Kalau begitu aku pamit” Dinda membungkukkan badannya sejenak, kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Baskara.

“Sedang apa kau di situ?”

Varsha yang berada di balik tembok, mengintip ke arah Baskara, laki-laki itu juga melihat ke arahnya. Varsha menelan ludahnya sudah payah. Keberadaannya diketahui oleh Baskara, percuma dia bersembunyi. Lagi pula, tujuannya ke sini adalah untuk menemui Baskara, bukan?

Varsha berjalan mendekati Baskara. “Ada yang ingin aku bicarakan padamu”

Baskara mengernyit, sedikit heran dengan luka di wajah Varsha. Tatapan Baskara turun, lengan perempuan itu juga terluka. “Kau habis kecelakaan?”

Varsha bergerak gelisah, kurang lebih seperti itu. Dia berguling-guling di jalanan. “Bukan itu yang penting sekarang. Aku ingin membicarakan mengenai yang waktu itu. Aku akan menandatangani kontraknya”

BAYAR DI MUKA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang