PART MASIH LENGKAP!!
(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!)
Hutang sebesar 200 juta yang di tinggalkan oleh ayah Varsha, membuat Varsha harus membanting tulang untuk mencari uang. Segala pekerjaan dia lakukan, tapi han...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2 Bulan yang lalu,
Tubuh Varsha terasa begitu remuk, dia menghempaskan tubuhnya ke kasur lantai yang berada di kontrakan kecilnya. Mulai dari pukul 7 pagi, Varsha sudah mulai bekerja, mengerjakan semua pekerjaan paruh waktu tanpa berhenti. Selesai dengan pekerjaan yang satu, dia lanjut dengan pekerjaan satu lagi, begitu seterusnya sampai pukul 11 malam. Pada pukul 11 malam, Varsha baru selesai bekerja, dan bisa pulang ke kontrakan untuk beristirahat.
Mata Varsha langsung terpejam begitu merasakan kasur usang miliknya yang sudah tidak terlalu empuk karena sudah lama di pakai. Di dalam kontrakannya juga tidak banyak perabotan, hanya di isi oleh lemari kecil yang di sediakan pemilik kontrakan, dan rak piring yang berisi dua buah piring serta dua buah gelas. Itu pun semuanya barang yang di tinggalkan oleh penghuni sebelum dirinya. Varsha pertama kali mengontrak di sini hanya membawa baju, dan badannya.
Varsha hidup hanya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Jika tidak bekerja, dirinya tidak akan bisa hidup.
Baru beberapa menit mata Varsha terpejam, dirinya baru mencapai pintu masuk dunia mimpi, suara gedoran pintu membangunkannya.
"KELUAR, VARSHA! AKU TAHU KAU SUDAH PULANG!" Teriakan seseorang terdengar beriringan dengan suara gedoran yang semakin keras.
Varsha berdecak kesal. Tidak bisakah dirinya beristirahat sebentar saja?
Varsha mencoba membiarkan orang di luar sana, matanya begitu berat, dan dia begitu malas untuk bangkit dari kasur. Bukannya berhenti, gedoran di pintu semakin keras, sampai-sampai tetangga kontrakan keluar untuk mengecek kegaduhan itu.
"KELUAR JALANG! KAU TIDAK BISA LARI DARI HUTANGMU!"
Varsha menggerak-gerakkan kaki dan tangannya dengan cepat di atas kasur. Kemudian membawa tubuhnya untuk duduk, matanya menatap kesal ke arah pintu yang masih terus di gedor.
"KALAU KAU TIDAK KELUAR, AKU AKAN MENDOBRAK PINTU__"
Pintu terbuka, menghentikan laki-laki bertubuh kekar yang sedari tadi menggedor pintu kontrakan Varsha. "Aku tidak akan lupa!" Varsha menatap kesal ke arah dua orang laki-laki yang tampak seperti preman itu, dia sama sekali tidak merasa takut, seperti sudah biasa menghadapi mereka.
Para tetangga yang tadi keluar untuk melihat keributan, memutuskan untuk kembali masuk ke dalam. Mereka tidak mau ikut campur dengan urusan Varsha dengan para penagih hutang yang selalu rutin mengunjungi kontrakan perempuan yang hidup sebatang kara itu.
"Dan ingat satu hal." Varsha mengangkat jari telunjuknya, menuding laki-laki di depannya. "Bukan aku yang berhutang, tapi ayahku," ucapnya penuh penekanan.
"Kau anaknya, dan itu tanggung jawabmu!"
Varsha berdecih. Secara biologis, dia memang anaknya, tapi laki-laki yang di sebut ayah itu tidak pernah menjadi ayah yang sebenarnya, dia sibuk berjudi, mabuk-mabukan, dan sangat jarang pulang. Laki-laki itu hanya pulang ketika kehabisan uang, mengambil uang tabungan milik ibu Varsha, dan kembali pergi dengan keadaan mabuk. Dia hanya pulang saat kehabisan uang. Apa laki-laki seperti itu bisa di sebut sebagai ayah?