BAB 1

9.5K 223 0
                                    

2 Bulan yang lalu,
 Tubuh Varsha terasa begitu remuk, dia menghempaskan tubuhnya ke kasur lantai yang berada di kontrakan kecilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 Bulan yang lalu,

Tubuh Varsha terasa begitu remuk, dia menghempaskan tubuhnya ke kasur lantai yang berada di kontrakan kecilnya. Mulai dari pukul 7 pagi, Varsha sudah mulai bekerja, mengerjakan semua pekerjaan paruh waktu tanpa berhenti. Selesai dengan pekerjaan yang satu, dia lanjut dengan pekerjaan satu lagi, begitu seterusnya sampai pukul 11 malam. Pada pukul 11 malam, Varsha baru selesai bekerja, dan bisa pulang ke kontrakan untuk beristirahat.

Mata Varsha langsung terpejam begitu merasakan kasur usang miliknya yang sudah tidak terlalu empuk karena sudah lama di pakai. Di dalam kontrakannya juga tidak banyak perabotan, hanya di isi oleh lemari kecil yang di sediakan pemilik kontrakan, dan rak piring yang berisi dua buah piring serta dua buah gelas. Itu pun semuanya barang yang di tinggalkan oleh penghuni sebelum dirinya. Varsha pertama kali mengontrak di sini hanya membawa baju, dan badannya.

Varsha hidup hanya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Jika tidak bekerja, dirinya tidak akan bisa hidup. Baru beberapa menit mata Varsha terpejam, dirinya baru mencapai pintu masuk dunia mimpi, suara gedoran pintu membangunkannya.

“KELUAR, VARSHA! AKU TAHU KAU SUDAH PULANG!” teriakan seseorang terdengar beriringan dengan suara gedoran yang semakin keras.

Varsha berdecak kesal, tidak bisakah dirinya beristirahat sebentar saja. Varsha mencoba membiarkan orang di luar sana, matanya begitu berat, dan dia begitu malas untuk bangkit dari kasur. Bukannya berhenti, gedoran di pintu semakin keras, sampai-sampai tetangga kontrakan keluar untuk mengecek kegaduhan itu.

“KELUAR JALANG! KAU TIDAK BISA LARI DARI HUTANGMU!”

Varsha menggerak-gerakkan kaki dan tangannya dengan cepat di atas kasur. Kemudian membawa tubuhnya untuk duduk, matanya menatap kesal ke arah pintu yang masih terus di gedor.

“KALAU KAU TIDAK KELUAR, AKU AKAN MENDOBRAK PINTU..”

Pintu terbuka, menghentikan laki-laki bertubuh kekar yang sedari tadi menggedor pintu kontrakan Varsha. “Aku tidak akan lupa” Varsha menatap kesal ke arah dua orang laki-laki yang tampak seperti preman itu, dia sama sekali tidak merasa takut, seperti sudah biasa menghadapi mereka.

Para tetangga yang tadi keluar untuk melihat keributan, memutuskan untuk kembali masuk ke dalam. Mereka tidak mau ikut campur dengan urusan Varsha dengan para penagih hutang yang selalu rutin mengunjungi kontrakan perempuan yang hidup sebatang kara itu.

“Dan ingat satu hal” Varsha mengangkat jari telunjuknya, menuding laki-laki di depannya. “Bukan aku yang berhutang, tapi ayahku” ucapnya penuh penekanan.

“Kau anaknya, dan itu tanggung jawabmu!”

Varsha berdecih. Secara biologis dia memang anaknya, tapi laki-laki yang di sebut ayah itu tidak pernah menjadi ayah yang sebenarnya, dia sibuk berjudi, mabuk-mabukan, dan sangat jarang pulang. Laki-laki itu hanya pulang ketika kehabisan uang, mengambil uang tabungan milik ibu Varsha, dan kembali pergi dengan keadaan mabuk. Dia hanya pulang saat kehabisan uang. Apa laki-laki seperti itu bisa di sebut sebagai ayah?

“Kenapa kalian tidak menagihnya kepada ayahku?!! Kenapa kalian terus mengganggu hidupku?!! Kalian bisa menagihnya di kuburan di mana tubuh laki-laki bajingan itu terkubur!!” Varsha menatap kedua preman itu nyalang.

Hidupnya semakin menderita dengan hutang yang ditinggalkan oleh ayahnya. Laki-laki itu membuat masalah dengan menghajar orang yang bermain judi dengannya, tidak terima dirinya kalah. Akibatnya, orang yang di hajar menaruh dendam, membunuh ayah Varsha bersama teman-temannya. Varsha mengetahui kematian ayahnya setelah mayatnya di temukan di salah satu gang sepi oleh orang lain.

Selain menjadi beban selama dia hidup, saat sudah mati pun ayah Varsha masih menjadi beban. Laki-laki brengsek yang sialnya dia adalah ayah kandungnya, meninggalkan hutang yang banyak. Laki-laki itu berhutang kepada lintah darat untuk dia pakai berjudi, dan selalu kalah. Kekalahan berkali-kali tidak membuat ayah Varsha jera, dan dia semakin menambah hutangnya.

Saking putus asanya untuk mendapatkan uang, ayah Varsha datang ke rumah setelah lama tidak pulang. Dia datang hanya untuk mengambil surat rumah yang mereka tempati, rumah kecil, tempat di mana Varsha tumbuh. Rumah itu berakhir di ambil rentenir karena ayah Varsha tak kunjung membayar hutang.

“Kau jangan macam-macam denganku! Bagaimana mungkin aku menagih hutang dengan orang yang sudah mati!” salah satu preman menarik rambut Varsha dengan kuat.

Varsha memejamkan matanya, menahan tangan preman yang berada di rambutnya. “Lepaskan rambutku, brengsek! Kalian sama saja dengan laki-laki bajingan yang sudah menyusahkan diriku!” teriaknya.

“Lepaskan rambutnya!”

Rambut Varsha di lepaskan oleh preman itu saat mendengar suara seorang perempuan. Varsha menatap tajam ke arah perempuan yang berjalan mendekatinya. Perempuan itu berjalan dengan satu tangan di dada, dan tangan satunya di angkat, ada sebatang rokok menyala yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

“Kalian tidak boleh kasar saat menagih hutang” ucap perempuan itu, mengembuskan asap rokok ke wajah Varsha.

Uhukk.. Varsha terbatuk-batuk saat asap rokok memasuki saluran pernapasannya. Varsha mengibas-ngibaskan tangannya di udara, menepis asap rokok yang mengerubungi wajahnya.

Perempuan itu tersenyum miring. “Kalau kau tidak ingin aku menyeret dirimu untuk aku jadikan pelacur, maka kau harus melunasi hutang ayahmu itu” ucapnya penuh penekanan.

Varsha menatap perempuan itu tajam, mengangkat dagunya tinggi. “Aku sudah membayarnya kemarin”

Perempuan itu tertawa lebar. “Uang dua ratus ribu itu kau anggap sebagai bayaran?! Untuk menutupi bunganya saja itu tidak cukup, gadis kecil!”

Perlahan tatapan menantang yang Varsha berikan menghilang. “Aku tidak punya uang lagi” ucapnya pelan.

Varsha tidak punya uang lagi untuk membayar hutang ayahnya. Seluruh penghasilannya dari bekerja paruh waktu sudah dia berikan kepada mereka kemarin, dan itu uang terakhir yang Varsha punya.

Perempuan itu tersenyum sinis, menjatuhkan puntung rokoknya ke lantai, menginjak puntung rokok itu dengan sepatu hak tinggi yang dia kenakan. Walaupun umurnya sudah menginjak 35 tahun, tapi wajahnya masih tampak cantik dengan make up yang menempel sempurna, serta pakaian seksi yang memperlihatkan buah dadanya. “Aku sudah sering berhadapan dengan pengutang yang lari dari tanggung jawabnya”

Varsha berdecih. “Bukan aku yang berhutang”

Perempuan itu mengangguk-anggukkan kepalanya. “Benar, bukan kau yang berhutang, tapi karena kau satu-satunya keluarganya yang masih hidup. Maka segala hutangnya padaku menjadi tanggung jawabmu”

Varsha menatap perempuan di depannya nyalang. “Bagaimana bisa itu menjadi tanggung jawabku?!”

Perempuan itu tersenyum, tangannya bergerak membelai pipi Varsha, kemudian terus bergerak ke leher Varsha. Mata perempuan itu meneliti tubuh Varsha yang memakai celana dan baju kelonggaran, tapi dia bisa tahu jika tubuh yang tertutup itu begitu indah. “Aku punya solusi untukmu. Kau bisa menjual tubuhmu, dan kau mendapatkan bayaran”

PLAK..
Varsha menatap perempuan di depannya dengan marah, tamparan dia layangkan ke pipi perempuan itu tanpa ragu. “Aku tidak akan pernah menjual diriku hanya untuk melunasi hutang padamu!”

Kedua preman yang berada di belakang perempuan itu memegangi kedua tangan Varsha. “Lepaskan Saya brengsek!” teriaknya, memberontak, mencoba melepaskan diri. Tapi, tenaganya tidak cukup kuat, tidak sebanding dengan kekuatan preman itu.

Perempuan itu tersenyum miring menatap Varsha yang terus memberontak. “Kalian bisa menyakitinya” ucapnya, memberikan tatapan meledek kepada Varsha.

“Lepaskan!” Varsha mengentakkan tangan preman yang sudah melonggar.
 
Perempuan itu berjalan mendekati Varsha, tangannya mencengkeram dagu Varsha kuat. “Sepertinya kau suka bermain-main gadis kecil. Aku sudah cukup sabar menghadapimu. Kali ini aku tidak akan memberikanmu ampun” Perempuan itu melepaskan cengkeramannya, dengan sedikit mendorong. Lalu, dia beralih menatap kedua anak buahnya. “Bawa dia! Dia harus menyerahkan dirinya untuk aku jual”

Varsha menatap perempuan itu marah. “Apa mau...” Varsha memberontak ketika kedua preman itu kembali memeganginya, menyeretnya. “Lepaskan aku! Kalian dengar! Aku akan berteriak..”

“Kau sudah berteriak sedari tadi, tidak ada satu pun orang yang menolongmu” ucap perempuan itu.

Tidak ada satu pun tetangga yang keluar untuk melihat keributan di depan kontrakan Varsha. Tidak akan ada orang yang mau membantu Varsha, berurusan dengan lintah darat seperti mereka adalah hal yang harus di hindari.

“Aku akan membayar semua hutang ayahku! Aku berjanji padamu! Aku akan membayarnya” Varsha memohon kepada perempuan itu. Dia tidak mau dirinya dijadikan pelacur. Varsha tidak sudi menjual dirinya demi uang.

Perempuan itu berhenti melangkah, menatap Varsha yang tampak bersungguh-sungguh, memohon padanya. “Baiklah, aku akan memberikanmu kesempatan”

Varsha tersenyum lega. “Kau bisa menyuruh anak buahmu untuk melepaskanku?”

Perempuan itu tidak menjawab, dia mengeluarkan bungkus rokok, mengambil sebatang rokok, kemudian mendekatkannya ke mulut Varsha. Meskipun Varsha menolak dengan menggerak-gerakkan kepalanya, usahanya sia-sia, ada dua preman yang menahan tubuh dan kepalanya.

“Aku akan berubah pikiran jika kau tidak mengapit rokok ini di mulutmu”

Varsha terpaksa menerima rokok yang di masukkan ke mulutnya. Perempuan itu menghidupkan korek, menyulut rokok yang berada di mulut Varsha. Setelah berhasil menghidupkan rokok, perempuan itu kembali mencengkeram wajah Varsha. “Kalau sampai rokok ini lepas dari mulutmu, aku akan membawamu untuk aku jual!” ancamnya.

Varsha hanya bisa menangis, meringis merasakan sakit pada pipi dan dagunya akibat cengkeraman perempuan itu. Dada Varsha juga terasa sesak karena rokok yang masih berada di mulutnya.

“Aku beri kau waktu selama satu bulan untuk melunasi hutang ayahmu yang berjumlah 150 juta kepadaku” Perempuan itu menghempaskan tubuh Varsha sampai terjatuh ke lantai.
Batang rokok yang berada di mulut Varsha terlepas. Varsha terbatuk-batuk, memukul dadanya dengan tangan berulang kali. Bagaimana bisa dia mendapatkan uang 150 juta dalam waktu satu bulan.

“Beri aku waktu dua bulan” pinta Varsha.

Perempuan itu menghentikan langkah kakinya, membalikkan badan menatap Varsha yang masih terduduk di lantai. “Aku sudah berbaik hati memberikanmu tambahan waktu selama ini. Sudah 5 tahun hutang ayahmu menunggak”

“Kau bisa menaikkan bunganya”

Perempuan itu tersenyum, besar juga nyali Varsha. Perlahan kepalanya mengangguk setuju. “Oke. Aku akan memberimu waktu dua bulan untuk melunasi semua hutang ayahmu, tapi kau harus bayar 200 juta beserta bunganya”

“Kenapa bunganya tinggi sekali?!!” teriak Varsha tidak terima.

“Lalu, kau ingin melunasinya dalam waktu sebulan?”

Varsha langsung terdiam. Dia tidak bisa memprotes sekarang, dia hanya perlu mengulur waktu untuk membayar hutang ayahnya. Dia bisa mencari tempat tinggal yang baru, dan melarikan diri selama waktu itu.

“Jangan sekali-kali kau berpikir untuk melarikan diri” Seakan tahu jalan pikiran Varsha, perempuan itu langsung mematahkan niat Varsha. “Sudah cukup pelarianmu waktu itu. Ke mana pun kau akan kabur, aku akan menemukanmu. Pelarianmu itu hanya akan membuatmu kesusahan karena pada akhirnya aku berhasil menemukanmu. Aku akan datang kembali dua bulan lagi, siapkan uang yang aku minta”

Varsha sudah pernah mencoba melarikan diri, beberapa kali dia pindah tempat tinggal, dan selalu berhasil di temukan oleh perempuan lintah darat itu. Anak buahnya berada di mana-mana, dan tempat tinggal Varsha langsung di temukan dengan mudah.

Varsha segera bangkit dari duduknya, berjalan masuk ke dalam kontrakan. Di mana dia akan mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu dua bulan? Sangat mustahil jika Varsha hanya mengandalkan penghasilannya yang bekerja serabutan. Bahkan Varsha mengumpulkan penghasilannya sampai dia tua pun tidak akan dapat 200 juta, apalagi dalam waktu satu bulan.

Varsha menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, dia hanya bisa menangisi nasibnya. Nasib yang dia bawa dari keluarganya yang berantakan, ayahnya yang tidak bertanggung jawab. Laki-laki itu bisa mati dengan tenang, sementara hutang yang dia tinggalkan harus di tanggung Varsha dan ibunya. Bahkan, ibu Varsha memilih mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup lagi menahan beban hidup. Setiap hari selalu ada rentenir yang datang untuk menagih hutang, tidak jarang rentenir itu berlaku kasar kepada ibu Varsha.

Merasa tidak sanggup menahan beban hutang yang di tinggalkan suaminya, ibu Varsha memilih gantung diri setahun setelah ayah Varsha meninggal. Ibunya terlalu lemah untuk menanggung semuanya, meninggalkan Varsha sendirian. Perempuan itu harus bekerja pagi sampai malam, membanting tulang hanya untuk melunasi hutang laki-laki tidak bertanggung jawab seperti ayahnya.

Bukannya tidak pernah Varsha berpikiran untuk ikut menyusul ibunya, dan memilih mengakhiri hidupnya. Tapi, Varsha tidak sanggup melakukannya. Dia masih memiliki akal sehat, perbuatannya itu nanti akan dia pertanggung jawabkan di akhirat.

********

Mohon berikan dukungannya dengan vote dan komen yaaaTerima kasih,Rini Anggraini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mohon berikan dukungannya dengan vote dan komen yaaa
Terima kasih,
Rini Anggraini

BAYAR DI MUKA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang