BAB 37

4.5K 147 10
                                    

Thank you so much guyss buat yang udah ninggalin komentarnya

Semua komentar kalian aku bacaa dan tiap kali ada komentar baru aku jingkrak-jingkrak saking senangnya

Sesenang itu memang aku tiap kalian ninggalin jejak

Aku merasa kalian ikut menghayati cerita yang aku buat sampai kalian ikut kesal dengan beberapa tokoh di sini

Aku merasa kalian ikut menghayati cerita yang aku buat sampai kalian ikut kesal dengan beberapa tokoh di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belas kasihan atas anak Baskara yang tumbuh di rahim Clara.

Hal itu selalu berputar di benak Varsha, membuat Varsha merasakan perasaan sedih, kecewa, kasihan, dan benci. Semuanya bercampur aduk menjadi satu. Varsha menghela napas berat, dirinya sudah berdiri di depan pintu rumah sejak beberapa menit yang lalu. Tangan Varsha terasa berat untuk membuka pintu rumah, masuk ke dalam, dan bertemu dengan Baskara, laki-laki yang sudah mengobrak-abrik hatinya.

Semua orang menginginkan ahli waris dari Baskara, bahkan laki-laki itu juga menginginkan anak bukan? Harusnya Baskara melepaskan Varsha, dan bertanggung jawab atas bayi di rahim Clara. Dengan begitu, semuanya akan jauh lebih mudah, Baskara mendapatkan keturunan dari Clara, dan Veni akan senang memiliki cucu dari perempuan yang tepat menjadi istri Baskara.

Varsha masih terduduk di kafe dengan pandangan lurus ke depan. Clara sudah tidak berada di depannya lagi, perempuan itu sudah pergi beberapa menit yang lalu.
Varsha mengambil ponselnya yang berada di saku celana, dia ingin menghubungi Veni, menanyakan kabar mertuanya itu.

"Halo, Varsha"

"Halo, Ma. Apa aku mengganggumu?"

"Tidak. Aku sedang bersantai di rumah. Ada apa kau meneleponku?"

Varsha tampak berpikir, menggigit kecil bibir bawahnya. "Apa kau menginginkan cucu dari Baskara, Ma?"

"Tentu saja, Varsha" sorak Veni terdengar begitu bersemangat membicarakan cucu. "Aku pasti senang jika mendengar kabar kehamilanmu"

Veni akan segera mendengar kabarnya, tapi bukan dari Varsha, melainkan dari Clara.

"Tapi, kau tidak perlu merasa terbebani, Varsha. Semua sudah ada yang mengatur, rezeki, dan anak. Semuanya sudah di atur, kau nikmati saja waktumu bersama Baskara terlebih dahulu. Jika ucapan dari Kakakku di pesta mengganggumu, kau bisa menganggapnya sebagai angin lalu, Varsha. Aku tidak menuntutmu untuk segera hamil"

Veni memang tidak pernah menuntut Varsha untuk hamil, tapi dia tahu jika perempuan itu begitu mengharapkan kehadiran cucu dari anak tunggalnya. Baskara anak satu-satunya di keluarga Wicaksono, dan dia harus memiliki keturunan. Jika tidak dengan Varsha, maka dengan perempuan lain, yaitu Clara.

BAYAR DI MUKA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang