BAB 39

4.6K 158 13
                                    

Tidak ada air mata yang Varsha tumpahkan ketika dirinya sampai di tempat Lina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada air mata yang Varsha tumpahkan ketika dirinya sampai di tempat Lina. Sedari awal datang, Varsha terdiam, duduk di kursi yang biasa dia tempati. Varsha termenung menatap lurus ke jendela, kedua tangannya di taruh di atas pahanya, punggungnya dia sandarkan ke kursi. Terlalu menyakitkan sampai tidak bisa di jelaskan dengan air mata lagi, tapi di dalam sana, hatinya seperti disayat belati berulang kali.

Lina memperhatikan dari tempatnya berdiri, tidak jauh dari Varsha. Lina belum ingin bertanya dengan apa yang terjadi kepada sahabatnya itu. Sebelumnya, Lina sudah mengingatkan Varsha untuk tidak menaruh perasaan kepada pelanggannya, tapi sahabatnya itu tidak bisa mengendalikan hatinya.

Lina tidak menyalahkan Varsha, tidak ada orang yang bisa mengendalikan di mana hatinya akan berlabuh. Varsha hanya sial harus terikat dengan seorang laki-laki yang berhasil mengambil hatinya.

Lina beranjak dari tempatnya berdiri, memilih pergi ke dapur untuk mengambil gelas. Lina akan menyeduhkan kopi untuk Varsha, sebagai teman melamun perempuan itu. Setelah membuka bungkus kopi instan, dan memindahkannya ke gelas, Lina membawa gelas itu kembali ke ruangan utama, mengisi gelas itu dengan air panas dari dispenser.

“Lebih baik kau menangis dari pada termenung seperti itu, Varsha” Lina menaruh gelas berisi kopi hangat di meja di depan Varsha. Kemudian, menarik salah satu kursi untuknya ikut duduk.

Varsha mengalihkan pandangannya kepada Lina, memperlihatkan senyuman yang terlihat begitu menyedihkan. “Aku baik-baik saja. Mungkin butuh waktu untuk melupakan semuanya. Dia laki-laki pertamaku, Lina. Dan kebersamaanku dengannya membuatku terlena cukup lama sampai aku lupa bagaimana caranya untuk berbalik badan, dan kembali ke kehidupan sesungguhnya”

Inilah kehidupan Varsha yang sesungguhnya, dia hanya seorang perempuan yang hidup sebatang kara, dan memiliki seorang sahabat seperti Lina. Tidak ada nama Baskara di kehidupannya yang sebenarnya, laki-laki itu hanyalah ilusi yang terbentuk di saat dirinya bermimpi indah di malam hari. Sudah waktunya bagi Varsha untuk terbangun, dan melupakan mimpi indahnya.

“Aku tidak ingin bertanya padamu, tapi jika begitu berat untuk menjauh darinya, kau turuti egomu saja, tetap bersamanya sampai dia tidak membutuhkanmu lagi. Risikonya, kau akan semakin hancur jika menunggu sampai dia yang meninggalkanmu”

Varsha mengangguk, mau diselesaikan sekarang atau pun nanti, hasilnya akan tetap sama, Varsha tetap akan hancur. Justru akan lebih hancur lagi jika di biarkan lebih lama. “Aku sudah memutuskan, Lina. Aku akan mengakhirinya sebelum aku jatuh semakin dalam”

Lina meraih tangan Varsha, menggenggam erat tangan sahabatnya itu. “Kau hanya butuh waktu untuk melupakannya. Tidak dalam waktu dekat, tidak ada yang bisa melupakan kenangan indah dalam hitungan menit. Tapi, percayalah, lambat laun semuanya akan memudar di telan waktu. Kau masih punya aku, kau bisa mengeluh padaku jika rasanya begitu berat”

Varsha tersenyum, dia masih punya Lina, masih ada orang yang peduli dengannya. Dunianya tidak akan berhenti meskipun tanpa ada Baskara, karena pusat dunianya bukanlah Baskara, laki-laki itu hanya salah satu figuran yang lewat di jalan cerita, bukan untuk singgah, apalagi menetap. Varsha hanya salah mengira seorang figuran sebagai pemeran utama. Jalan ceritanya akan terus berlanjut, Varsha akan terus menjalani hidupnya seperti biasa.

“Bajumu yang ada di kontrakan sudah aku kumpulkan, dan sudah aku susun dengan rapi di kamarku. Kau tinggal di tempatku saja untuk sementara waktu”

Untung saja Varsha sudah memiliki persiapan. Benar dugaannya, dia akan membutuhkan kembali pakaian lamanya, dan kembali ke kehidupan yang sesungguhnya. Varsha keluar dari rumah Baskara tanpa membawa apa-apa, dia hanya membawa baju yang melekat di tubuhnya. Sisanya, semua yang tersedia di sana dia tinggalkan begitu saja karena itu bukan miliknya.

“Apa Baskara menerima kau bayar dia 50 juta?” tanya Lina. Dia hanya tahu jika Varsha meminjam uangnya lagi untuk membayar Baskara.

“Aku membayarnya 170 juta”

Lina tampak terkejut. “Sebentar, aku penasaran. Apa aku boleh tahu?”

Varsha menganggukkan kepalanya. “Baskara memberikanku uang bulanan, Lina. Uang itu aku gunakan untuk membayarnya kembali”

“Otakmu jalan juga, Varsha! Apa dia tidak marah padamu? Ibaratnya kau hanya mengembalikan uang yang pernah dia berikan”

Varsha membayangkan bagaimana ekspresi Baskara saat melihatnya tadi, laki-laki itu menatapnya nyalang, dan Varsha tidak terlalu memperhatikan Baskara.

Lina menggelengkan kepalanya cepat. “Aku tidak perlu bertanya lagi, dia sudah pasti marah padamu. Lagi pula, harusnya kau tidak perlu mengembalikan uangnya, dia mau membuatmu menjadi istrinya seumur hidup hanya dengan uang 200 juta? Waktu hampir tiga bulan aku rasa sudah cukup untuk membayar uangnya itu”

Varsha menggeleng. “Tidak, aku akan membayarnya lunas sebesar dia membayarku di awal. Aku yang mengakhiri kontrak, dan aku harus mengganti rugi”

“Sekarang bagaimana? Di mana kau akan mendapatkan uangnya? Kau ingin terlibat dengan rentenir lagi? Atau kau akan mencalonkan diri jadi istri bayaran?”

Tidak keduanya. Varsha tidak ingin terlibat dengan lintah darat lagi, itu bukan solusi. Varsha juga tidak akan mencalonkan diri menjadi istri bayaran, sudah cukup pengalamannya bersama Baskara. Pekerjaan di Secret bukan bidangnya, hatinya begitu lemah untuk bersikap profesional.

“Aku akan mulai bekerja kembali, Lina. Aku masih bisa bekerja seperti sebelumnya, aku akan mengumpulkan uang dan mencicilnya kepada Baskara”

“Akan butuh waktu yang lama, Varsha. Kau akan terikat dengannya untuk waktu yang lama jika mengandalkan penghasilanmu dari pekerjaan serabutan”

Varsha tahu jika itu akan butuh waktu lama, tapi dia tidak punya pilihan lain. Dengan begitu, Varsha masih bisa menghubungi Baskara untuk sekedar mengirimkan pesan jika dirinya sudah mencicil hutangnya. Walaupun nanti, dia hanya bisa mendengar kabar laki-laki itu dari sebuah pesan singkat. Mungkin juga, nanti dia akan mendapati Baskara yang akan hidup bahagia bersama Clara dan anak yang ada di dalam kandungan perempuan itu.

“Apa kau mau meminjam uangku lagi? Aku masih ada tabungan 20 juta lagi jika kau butuh tambahan”

Varsha menggeleng cepat. “Tidak, Lina. Aku tidak mau merepotkanmu lebih jauh lagi. Uang yang 50 juta itu saja entah kapan akan aku bayar. Aku baru mengembalikannya padamu beberapa bulan yang lalu dan aku sudah meminjamnya lagi darimu”

Lina tersenyum. “Tidak apa-apa. Aku akan pinjamkan 20 juta lagi, nanti aku akan transfer ke rekening Baskara. Kau hanya perlu memikirkan 10 juta sisanya, aku membantumu karena aku tidak mau kau berlarut dalam kesedihan jika harus terus terlibat dengan Baskara. Kau harus benar-benar lepas darinya jika ingin melupakannya”

Varsha tersenyum haru. Tidak menyangka bisa memiliki sahabat sebaik Lina. “Aku berjanji akan mengembalikannya padamu, Lina. Aku akan membalas kebaikanmu, walaupun aku tidak tahu kapan bisa melakukannya”

Lina tertawa kecil. “Aku ikhlas, Varsha. Kau sahabatku, bukan orang asing”

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BAYAR DI MUKA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang