46

42 6 2
                                    

Jisung menurunkan dirinya setelah merasa telah cukup jauh dari tempat sebelumnya, dia tidak tahu dirinya sedang berada di daerah mana.

Yang ia tahu, tempat yang kini ia pijak berbeda dengan kunjungan awalnya. Dimana tempat sekarang tampak lebih sepi, dengan bangunan-bangunan yang tidak terlalu megah.

Bisa dikatakan, tempat yang jisung datangi adalah sebuah desa di beijing.

Dimana tempat tersebut sangat tenang dari berisiknya hiruk pikuk kota besar.

" tempat seperti ini tidak akan ada hotel, pasti hanya ada sebuah penginapan... aku harus segera mendapatkannya sebelum hari semakin gelap... untung saja aku masih memiliki sisa uang cash, jadi tidak perlu menggunakan ATM ku yang sudah pasti bisa dilacak penggunaannya sama paman... "

" ouchh sejak kecil aku sudah merasa paman itu menyeramkan, tapi aku tidak menyangka dia semenyeramkan itu... " gumam jisung merinding mengetahui betapa ketat pengawasan jinyoung atas dirinya dan saudaranya yang lain.

" zea... aku tidak tau kau beruntung atau buntung memiliki ayah seperti paman... "

Jisung berjalan-jalan di sekitaran, celingak-celinguk mencari papan bertuliskan penginapan.

Sudah 30 menit ia berjalan, tapi tidak satupun ia menemukan penginapan. Bahkan toko-toko saja sudah pada tutup.

Entah bagaimana caranya, jisung sampai pada sebuah danau yang tampak indah dengan pantulan cahaya bulan. Rumput hijau yang bergoyang seiring irama angin yang berhembus lembut menambahkan kesan indah pada sekitaran danau.

Memanjakan diri jisung yang kelelahan.

" tidur di tepi danau mungkin tidak masalah, selagi tidak hujan... " gumam jisung pasrah akan keadaan.

Tak jauh dari sana, netra jisung menangkap sosok yang tampak tidak asing baginya. Berjalan sempoyongan dengan botol bir di genggamannya.

Tato naga di lengan, dengan bekas luka di mata kiri.

Jantung jisung bergemuruh kencang disaat sosok itu semakin dekat, meski samar jisung tau pasti itu adalah sosok yang ia cari hingga kakinya melangkah jauh dari kota kelahirannya.

Itu adalah sosok in guk...

Tanpa pikir panjang, dengan emosi yang menguasai. Jisung berlari ke arah in guk, memukul wajah itu sekuat amarahnya hingga in guk jatuh terjerembab.

Botol bir kaca di tangannya lepas, pecah hancur berkeping-keping membuat jalanan menjadi penuh dengan beling tajam.

" beraninya kau memukulku!!! " bentak in guk berusaha memfokuskan pandangannnya yang kabur karena pusing.

" siapa kau? " tanya in guk saat melihat wajah marah jisung.

" apa itu penting? " ujar jisung kembali melayangkan pukulan yang sialnya dapat dengan mudah di hindari oleh in guk.

Laki-laki itu bangkit dari jatuhnya, merenggangkan leher dan jari-jemarinya yang kaku.

" aku tidak ingin berkelahi di negara orang, kau siapa? Kau mengenalku? "

" anak dari hasil perbuatan jahannam mu pada seorang perempuan baik! In guk bajingan!" ujar jisung kembali melayangkan serangan dengan lebih kuat dan gesit.

Namun kali ini in guk tidak menghindar, ia memukul balik jisung hingga jelmaan tupai itu terdorong mundur.

" padahal kau mabuk! Kenapa kau sekuat ini! "

" kau lupa jika ada bela diri china saat mabuk? Watchha!!! Mabuk atau tidak, kau akan kalah bocah... dengar ya aku tidak mengenalmu, tapi kau memukulku duluan... jadi jangan salahkan aku jika kau mati hari ini... " ujar in guk melesat maju menyerang kembali jisung.

Jisung berusaha menghajar balik sekaligus melindungi dirinya, in guk bukanlah saingannya.

Baik dalam segi body, maupun pengalaman bertarung.
Jisung hanyalah seorang laki-laki yang belajar bela diri dari anime yang ia tonton selama menjaga toko bunga.

Tentu bukanlah tandingan preman seperti in guk.

Jisung terjatuh di samping pecahan botol bir, ia menggunakan salah satu pecahan yang cukup tajam untuk melukai in guk.

Menusukkan pecahan tersebut pada perut in guk, membuat in guk kesakitan.

Namun rasa sakit yang dirasakan in guk tidaklah menghentikan aksinya memukuli jisung, ia justru semakin marah dan memukul jisung membabi buta.

Membuat wajah jisung penuh rona merah dari darah.

Tidak sampai di situ, in guk juga melakukan hal yang sama seperti yang jisung lakukan pada dirinya.

Hanya saja, in guk menusukkan pecahan kaca itu pada dada jisung. Membuat jisung seperti kehilangan jiwanya saat itu juga.

" mati! " ujar in guk melayangkan pukulan terakhir hingga kegelapan menelan jisung.

" bocah ingusan, cari masalah... " gumam jisung memukul berulang kali wajah jisung, memastikan jika jisung tidak lagi bergerak.

" lahir di korea, mati di china.. banggalah bocah... " ujar in guk menyeret salah satu kako jisung.

Membawanya ke danau, membuangnya tanpa belas kasih ke air danau yang dingin dan dalam.

" aku harus pergi dari sini... .. " gumam in guk beranjak secepat mungkin sebelum seseorang menghampirinya karena telah membuat keributan si tengah malam.

Apa aku mati hari ini?

Jisung pasrah, membiarkan dirinya jatuh sedalam mungkin, mengijinkan air danau memenuhi dadanya menggantikan oksigen yang biasa ia hirup.

Ia terlalu lemah untuk berenang menyelamatkan diri..

.
.
.
.
.

Tok, tok, tok~
Masuk~

" pagi.... " sapa seungmin dengan senyum lebar pada daniel dan eunbi yang tengah sarapan.

" dokter!! " sapa daniel semangat, membuat seungmin terkekeh.

" pagi jagoan... bagaimana sarapanmu? " tanya seungmin mengelus surai botak daniel.

Rambut yang terpaksa dihilangkan karena operasi pengangkatan kanker otak.

" enak dokter! Kakak menyuapi ku! " ujar daniel membuat senyum eunbi merekah.

" apa dokter sudah tidak apa? " tanya eunbi khawatir, membuat seungmin tersenyum sangat tampan.

" terima kasih... " ujar seungmin menatap lembut eunbi hingga wajahnya memerah.

NOT YET, 2 ( STRAYKIDS ) HIATUSSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang