39

126 28 2
                                    

***

Jiyong kembali menyetir dengan gadis berantakan di sebelahnya. Lengan kemeja Lisa robek di bagian bahunya, rambut gadis itu berantakan, kalungnya putus, sebelah antingnya hilang, ditambah kuku-kuku palsunya yang sekarang lepas, beberapa juga hilang. Gadis itu terus berdecak, tidak percaya kalau wanita yang mereka temui siang ini baru saja menjambaknya, menantangnya untuk berkelahi. Mereka berkelahi sampai sama-sama diusir dari sana setelah mengacaukan restoran itu.

"Dimana meetingmu sekarang?" tanya Jiyong, sembari menahan tawanya.

Ia membawa Lisa ke restoran itu untuk menahan dirinya agar tidak lepas kendali. Agar ia tidak menyakiti siapapun di sana. Agar ia tidak perlu melampiaskan amarahnya pada wanita yang sudah menelantarkannya. Tapi alih-alih menjaganya, justru Lisa lah yang lepas kendali.

Melihat Lisa lepas kendali lalu berkelahi dengan wanita itu, ternyata lebih memuaskan daripada hanya menjadikannya service dog. Gadis itu memberinya lebih dari sekedar ketenangan. Melihat seseorang membelanya, melihat Lisa berkelahi untuknya, ternyata berhasil menghiburnya— meski Lisa tidak pernah bermaksud begitu.

"Meeting?! Oppa masih bisa membicarakan meeting sekarang?! Kau tidak lihat bagaimana penampilanku sekarang?! Bagaimana aku bisa pergi meeting dengan pakaian begini?!" marah Lisa, membentak Jiyong meski bukan pria itu yang membuatnya sangat marah sekarang.

"Kalau begitu... pulang?" tanya Jiyong, hanya menebak-nebak karena ia tidak tahu kemana mereka harus pergi sekarang.

"Augh! Sialan!" umpat Lisa, lalu setelahnya gadis itu menendang-nendang lantai mobil di bawahnya. Ia terus mengumpat, menunjukan emosinya, mempertontonkan kekesalannya. "Tidak, aku tidak akan diam saja. Enak saja dia memperlakukanmu dan Leo begitu! Dia pikir dia siapa?! Dia kira dia tidak bersalah?! Dia minta dilepaskan?! Baik, akan akau lepaskan semuanya!" ocehnya, terus marah meski Jiyong sudah memintanya untuk berhenti. Lisa tahu, Jiyong tidak benar-benar ingin dirinya berhenti sekarang. Jiyong tidak bisa membela Leo, dia tidak bisa membela dirinya sendiri— setidaknya di depan wanita itu— karena itu Lisa yang harus melakukannya.

Karena tidak tahu kemana mereka harus pergi, Jiyong mengemudi pulang. Ia hentikan mobilnya di depan rumah Lisa, dan di sana lah Lisa baru berhenti mengoceh. "Jangan mencariku, aku sibuk sekarang," kata Lisa, yang dengan kasar membuka pintu mobil Jiyong, melangkah keluar lalu membanting pintunya.

Gadis itu melangkah masuk ke rumahnya. Dengan langkah yang sengaja ia hentak-hentakan. Terang-terangan menunjukan emosinya. Begitu sampai di dalam, ia menghela nafasnya. Diam-diam mengintip keluar, melihat mobil Jiyong melaju pergi meninggalkan rumahnya. "Semoga dia baik-baik saja," pelan gadis itu, mengkhawatirkan Jiyong.

"Kau habis kecelakaan?" komentar Rose, yang siang ini ada di rumah. Baru saja menyelesaikan makan siangnya yang terlambat.

Bukan hanya Rose, Jaehyun— manager gadis itu— pun ada di sana sekarang. Mereka baru saja selesai merapikan meja makan, dengan sebuah amplop di tangan Jaehyun. Lisa sempat memperhatikan mereka, berfikir kalau Rose dan Jaehyun baru saja selesai menandatangani kontrak baru.

"Bantu aku," kata gadis itu, sudah tidak lagi menunjukan amarahnya. Marah terasa sangat melelahkan baginya.

Melihat Lisa yang minta tolong dengan penampilan begitu, Rose dan Jaehyun tentu tidak bisa menolaknya. Jadi mereka pergi ke gudang di belakang rumah, dekat dengan kolam renang. Lisa menyebutnya gudang, tapi tidak seorang pun boleh masuk ke sana selain dirinya. Ruangan itu selalu terkunci, tidak seorang pun pernah masuk bahkan Leo sekalipun.

Begitu pintu dibuka, Rose juga Jaehyun tidak mencium aroma gudang yang berdebu dan lembab. Ruangan itu wangi, juga bersih, tapi Rose dan Jaehyun hampir pingsan, ketika melihat dua orang duduk di sudutnya. Seorang pria dengan rambut pendeknya yang rapi, lalu wanita dengan rambut panjangnya yang halus duduk di sana. Di atas sepasang kursi kayu lengkap dengan meja kopinya.

"Itu ayah dan ibuku," kata Lisa, tahu alasan Rose dan Jaehyun terkejut. "Patung, bukan manusia sungguhan," susulnya sebelum seseorang salah paham. Gudang yang Lisa bicarakan lebih terlihat seperti sebuah kamar bagi Rose. Tidak ada ranjang di sana, tapi ada beberapa lemari, beberapa rak lengkap dengan isinya.

"Kau membuat patung kedua orangtuamu?" heran Rose, yang sekarang mendekati patung itu. Bersama Jaehyun ia lihat patung dua manusia itu dari dekat, namun tidak satupun berani menyentuhnya.

"Hm... Aku membuatnya setelah mereka meninggal," kata Lisa, justru pergi ke sudut lainnya. Sekarang jawabannya membuat Rose dan Jaehyun jadi semakin takut untuk menyentuh patung itu. Bahkan Rose tidak berani menatap mata Teo dan Hani. Takut kalau mata patung itu tiba-tiba berkedip atau balas menatapnya.

Gudang itu penuh dengan kenangan Lisa bersama kedua orangtuanya. Lisa sendiri yang membuatnya, menatanya, menjadikannya museum kecil tempat ia bisa mengenang orangtuanya. Jiyong menyebutnya berlebihan, Jiyong bilang orang lain tidak akan membuat ruangan itu, Jiyong bilang orang lain akan takut kalau tahu Lisa membuatnya. Karena itu Lisa tidak pernah mengundang seorang pun ke sana. Karena itu Lisa selalu mengunci gudangnya, agar orang-orang di sekitarnya bisa tetap merasa nyaman.

"Tidak ada roh apapun di dalamnya. Itu hanya patung biasa," tegur Lisa, karena Rose juga managernya itu masih terus memandangi orangtuanya. "Tidak ada hantu di ruangan ini, aku jamin, ruangan ini hanya caraku merindukan orangtuaku. Sekarang bantu aku mencari foto Jiyong oppa saat masih kecil," pintanya, memggerakan tangannya agar Rose juga Jaehyun segera menghampirinya.

Di rak buku sepanjang 120 sentimeter, ada dua baris album foto yang disusun rapi. Lisa minta Rose dan Jaehyun membuka satu persatu album itu, mencari foto Jiyong kecil di sana. Tentu saja setelah ia tunjukan bagaimana rupa Kwon Jiyong setelah besar lewat handphonenya. "Cari foto orang ini saat dia masih kecil, wajahnya tidak akan jauh berbeda, hanya lebih jelek saja," katanya sekali lagi.

Setelah hampir satu jam mencari, mereka menemukan setumpuk foto Jiyong di sana. Sebagian besarnya bersama Lisa, hanya potret dua anak kecil yang sedang bermain. "Kau kelihatan lucu saat menangis," komentar Rose, yang sudah beberapa kali menemukan foto Lisa kecil menangis, lalu ada Jiyong kecil yang mengusap-usap kepalanya, menyuruhnya diam.

"Hm... Karena itu dulu orang-orang suka membuatku menangis," kata Lisa, terus fokus mencari-cari foto yang dibutuhkannya— foto Jiyong bersama ibunya. "Ketemu!" serunya, sebelum Rose kembali bertanya alasannya selalu menangis.

Lisa berdiri sekarang, bergegas keluar setelah ia minta Rose dan Jaehyun merapikan lagi foto-foto itu. Ia berlari, begitu saja mempercayai Rose dan Jaehyun tetap tinggal di gudangnya. "Nanti kunci lagi pintunya ya!" pinta Lisa, sudah berlari masuk ke rumah.

Ia pergi ke kamarnya sekarang, mengganti pakaiannya, cepat-cepat merias wajahnya. Memastikan riasannya cukup tebal hingga ia kelihatan berbeda dari biasanya. Ia tidak bisa menunggu besok, apalagi lusa. Jadi diteleponnya Leo, ia minta Leo untuk memberitahunya dimana adik-adik Jiyong berada, dimana ia bisa bertemu mereka. Akan ia balas wanita yang sudah menjambak rambutnya, hari ini juga.

***

Shower TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang