Juna mengendap-endap masuk ke dalam rumah. Ia berjalan tanpa suara, takut jika ada seseorang yang terbangun dan memarahinya karena pulang terlalu malam. Ketika sampai di ujung tangga, ia dikejutkan dengan sebuah tepukan di pundaknya. Seketika tubuhnya langsung merinding. Ia takut untuk menoleh ke belakang.
"Juna," suara bisikan itu terdengar jelas di telinganya. Juna menahan dirinya untuk tidak berteriak.
"Juna," suara itu terdengar sekali lagi. Kali ini Juna memberanikan dirinya untuk melihat ke belakang. Jujur, ia sangat penasaran tapi juga takut.
Perlahan ia mulai menoleh ke belakang sambil menutup matanya. Lalu ia mencoba sedikit membuka matanya.
"ANJING!!"
Plakk
Juna meringis pelan saat mendapat tamparan di bibirnya. "Kok bisa setan nampol bibir seksi gue?" gumamnya heran.
"Setan pala, Lo! Gue manusia ya!" sewot makhluk di depannya.
Juna memfokuskan matanya pada makhluk yang berdiri tegak di hadapannya. "Kak Leo?"
Leo memutar bola matanya malas. "Dari mana sih, Lo? Keluyuran malam-malam kek bocah hilang,"
"Enak aja. Nih, gue tadi pergi beli camilan." Juna mengangkat satu kantong plastik yang berisi berbagai camilan favoritnya.
"Beli camilan dua jam sendiri. Pasti Lo mampir-mampir kan? Beli camilan cuma jadi alasan Lo buat keluar,"
Juna mengangkat kedua alisnya. Memang Juna akui, kakaknya yang satu ini memiliki firasat yang kuat. Tebakannya hampir tidak pernah salah.
"Asal Lo tau, Mama dari tadi nungguin Lo. Dia mondar-mandir di depan pintu. Waktu gue tanya katanya dia khawatir karena Lo gak pulang-pulang padahal cuma beli camilan. Akhirnya gue yang gantiin Mama untuk menunggu kedatangan pangeran kodok ini,"
Juna mendelik tak terima, enak saja dia dibilang pangeran kodok. Muka gantengnya ini tidak setara dengan kodok di pinggir sungai.
"Nanti gue bakal minta maaf," ucapnya merasa bersalah.
"Bagus. Sekali lagi gue tahu Lo biarin Mama mondar-mandir nungguin Lo kayak tadi, gue bakal kunciin semua pintu dan jendela rumah ini biar Lo gak bisa masuk dan tidur di luar atau sekalian gak usah pulang aja? Bikin khawatir orang aja Lo!" Leo kemudian melangkah pergi menuju kamarnya.
"Kalau gue gak pulang yang ada mereka tambah khawatir, Kak. Ada-ada aja, Lo!" cicitnya.
~•000•~
Hari Sabtu yang cerah, pastinya harus diawali dengan senyum yang indah. Namun dua anak kembar Nathan ini malah memperlihatkan wajah masamnya. Mereka harus dihadapkan dengan pelajaran Matematika yang amat tidak disukai keduanya.
Zayn meletakkan kepalanya di atas meja, ia merasa mengantuk mendengar penjelasan guru yang sama sekali tidak dimengertinya. Ia melirik adik kembarnya yang berusaha mempertahankan matanya supaya tidak terpejam.
Belum ada satu menit Zayn memejamkan matanya, ia harus membangkitkan dirinya dengan malas karena tiba-tiba saja gurunya memintanya untuk menjawab soal di papan tulis.
"Bantuin gue, Den!" bisiknya pada Zayden.
Zayden menggeleng pelan. "Maaf, Yen. Gue sama sekali gak paham sama penjelasan barusan,"
Zayn menghela nafas lelah. Mau bagaimana lagi? Ia harus tetap maju ke depan, akan ia jawab sesuai dengan instingnya yang semoga saja benar. Ia mulai menuliskan rumus yang tadi ia hafalkan mendadak, kemudian mulai menghitung soalnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA
FanfictionKisah 7 anak yang hidup terpisah karena ada suatu masalah yang mengharuskan mereka untuk dititipkan pada saudara dari papa mereka sejak kecil. Sejak itu mereka memiliki pengalaman yang berbeda-beda kemudian membentuk sebuah kepribadian atau kebiasaa...